Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Pernikahan Lintas Generasi Marak Terjadi?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/ABDUL HAQ YAHYA MAULANA T.
Bora (58) dan Ira Fazillah (19) pasangan pengantin yang kembali menggemparkan Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Rabu, (7/4/2021).
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Belakangan, media sosial kerap diramaikan dengan kabar pernikahan lintas generasi.

Pernikahan lintas generasi terbaru yang menyita perhatian publik melibatkan seorang pria berusia 28 tahun dengan wanita berusia 53 tahun di Garut, Jawa Barat.

Sebelumnya, seorang kakek berusia 58 tahun juga menikahi gadis berusia 19 tahun di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Fenomena serupa juga terjadi tahun lalu, ketika kakek berusia 103 tahun menikahi perempuan berusia 30 tahun di Sulawesi Selatan.

Lantas, mengapa pernikahan lintas generasi kini kerap terjadi?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Simak, Dampak Psikologis dan Sosial Pernikahan Usia Dini

Penjelasan Sosiolog

Sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono menjelaskan mengapa marak terjadi pernikahan lintas generasi.

Ia mengatakan, maraknya pernikahan lintas generasi ini menggambarkan adanya pergeseran struktur sosial masyarakat.

Menurutnya, struktur sosial jaman dulu lebih menekankan senioritas, seperti antara anak dan bapak.

"Jadi orang tua itu betul-betul ditempatkan di tempat tinggi dan anak di bawahanya. Kemudian ada juga sekat struktur lain, misalnya bangsawan dan rakyat biasa, orang kaya dan orang miskin," kata Drajat kepada Kompas.com, Senin (19/4/2021).

Ia menuturkan, struktur ketat terkait senioritas kini mulai hilang.

Artinya, relasi antara orang tua dan orang muda sudah sejajar atau egaliter.

Hal ini juga menandai kemunculan demokrasi antar-generasi.

Misalnya, anak muda kini bisa bersaing dengan orang tua, baik di rumah maupun di kantor.

Drajat menjelaskan, pergeseran struktur sosial ini disebabkan oleh perkembangan tekonlogi informasi.

"Orang tua tidak lagi menjadi pusat otoritas keilmuan, pusat otoritas kebenaran, karena kemudian anak itu bisa mencari informasi dan kebenaran dengan caranya sendiri melalui internet," jelas dia.

Baca juga: Usia Kehamilan Lebih Tua Dibandingkan Usia Pernikahan? Ini Penjelasan Dokter

Hubungan didasarkan kebutuhan

Drajat mengatakan, ketika relasi senioritas antara orang tua dan orang muda lebih longgar, maka yang terjadi adalah hubungan yang didasarkan pada kebutuhan.

"Ketika anak menikahi orang tua kemudian dituduh mengincar hartanya saja. Hal sebaliknya juga terjadi, ketika orang tua mengawini anak muda itu hanya mengejar kebutuhan seksual saja," ujar dia.

"Sehingga fenomena-fenomena sugar daddy, di mana ada orang tua berhubungan dengan yang lebih mudah untuk bersenang-senang dan anak pun membutuhkan orang tua untuk memenuhi kebutuhannya, itu kemudian menjadi hal yang tidak bisa dielakkan karena saling membutuhkan," tambah Drajat.

Karena itu, hal yang dibutuhkan dengan adanya perubahan ini adalah penyesuaian diri.

Menurutnya, orang tua harus mengejar ketertinggalan mereka dengan anak muda, sehingga tidak hanya mengandalkan statusnya sebagai "orang tua" yang harus dihormati.

Sementara itu, anak muda pun harus memiliki kemandirian, sehingga tidak bergantung pada orang-orang tua yang lebih mapan dan menyandarkan hidupnya pada mereka.

"Menurut saya adaptasi sosialnya yang lebih penting," pungkas dia.

Baca juga: Ramai Selebgram Nikah Muda, Berapa Batas Minimal Usia Menikah di Indonesia?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi