Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Mencegah, Deteksi Dini, dan Faktor Risiko Penyakit Diabetes

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Proxima Studio
Ilustrasi tes kadar gula darah, penyakit diabetes
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Memperingati Hari Diabetes Nasional, yang jatuh pada 18 April, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberi penjelasan mengenai penyakit diabetes di Indonesia.

Paparan ini disampaikan oleh Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Prof Ketut Suastika yang disiarkan melalui kanal Youtube Kemenkes Ri, Senin (19/4/2021).

Baca juga: Panduan Berpuasa bagi Penderita Diabetes dan Rekomendasi Menu Makanan

Lantas, bagaimana kondisi penyakit diabetes di Indoensia dan bagaimana pencegahannya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nomor 3 di dunia

Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF) pada 2019, Indonesia berada di urutan ketiga tertinggi dari negara-negara di dunia yang mempunyai angka prediabetes.

"Jumlahnya hampir 30 juta, atau sekitar 29,1 juta. Ini angka yang mengerikan sebenarnya. Angka yang memerlukan kewaspadaan," kata Ketut dalam pertemuan virtual, Senin (19/4/2021).

Angka ini dihimpun dari kelompok usia 20-79 tahun dengan kondisi prediabetes.

Prediabetes adalah kondisi di mana kadar gula dalam darah sudah melebihi batas normal, tetapi tidak setinggi pada penderita diabetes tipe 2.

Diabetes tipe 2 terjadi ketika kadar gula dalam darah melebihi nilai normal. Diabetes tipe ini, menurut Ketut, lebih sering terjadi di Indonesia.

"Fokus kita pada prediabetes ini karena akan menjadi calon-calon diabetes di kemudian hari kalau tidak ditangani dengan baik," jelas Ketut.

Baca juga: Simak, Tips Puasa Ramadhan bagi Penderita Diabetes

Faktor risiko

Salah satu faktor yang bisa ditandai sebagai risiko diabetes tipe 2 adalah kondisi badan yang obesitas dan preobesitas.

"Memang kalau orang dewasa sebagaian besar diawali dengan gemuk, paling tidak over weight ya, preobes. Namun ada beberapa juga, berat badannya normal juga bisa (berisiko)," kata Ketut.

Berdasarkan data dari Litbang Kemenkes per 1 Maret 2021, disebutkan 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia mempunyai obesitas. Tepatnya 35,4 persen dari 68 juta orang.

Sedangkan obesitas pada anak usia 5-12 tahun terjadi di antara 1 dari 5 anak atau sekitar 20 persen anak mempunyai kelebihan berat badan dan obesitas.

Untuk mendeteksi secara dini, Ketut menyarankan agar memperhatikan faktor risiko penyakit ini.

Baca juga: 5 Kondisi yang Menentukan Pasien Diabetes Boleh Puasa Ramadhan atau Tidak

Adapun faktor yang menandai seseorang memiliki risiko diabetes, yaitu:

  • Obesitas
  • Orang yang usianya relatif tua, 40 tahun ke atas
  • Riwayat keluarga penderita diabetes, misalnya orang tua atau saudara.
  • Perempuan yang memiliki gula darah tinggi saat hamil. Walau setelah hamil menjadi normal, tetapi ada kecenderungan terkena diabetes di kemudian hari.
  • Perempuan yang melahirkan bayi besar, lebih dari 4 kg.
  • Memiliki riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gangguan kadar lemak tinggi (lipid).

Bagi orang-orang dengan kondisi seperti di atas, Ketut menyarankan agar sering memeriksakan diri ke dokter.

"Itu kalau fase metabolik sindrom itu biasanya mulai ada tekanan darah tinggi, lipid. Itu dekat sekali dengan prediabetes, makanya perlu di-check-up," ujar Ketut.

Deteksi dini

Lebih lanjut, Ketut menyampaikan bahwa deteksi dini pada orang dewasa normal dapat dilihat dari lingkar perut dan indeks masa tubuh.

Keduanya dapat mendeteksi secara dini tingkat obesitas, yang jadi risiko penyakit diabetes.

"Bagi yang mulai berat badannya meningkat, obes. Jadi obes sangat sederhana sekali memeriksa, terutama dengan lingkar perut atau indeks masa tubuh," tutur Ketut.

Obesitas sentral yang berada di lingkar perut dapat diukur secara mandiri.

Lingkar perut yang mengindikasikan obesitas, pada laki-laki lebih dari 90 cm dan pada perempuan lebih dari 80 cm. 

Baca juga: 10 Makanan dan Minuman yang Harus Dihindari Penderita Diabetes

IMT

Adapun masyarakat juga dapat mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT) secara mandiri. 

IMT adalah indeks sederhana dari berat badan terhadap tinggi badan yang digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan Obesitas pada orang dewasa.

 

IMT didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m)

Rumus Penentuan Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT sebagai berikut:

Berat Badan (kg) : [Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)]

1. Bagi perempuan

Rentang nilai indeks massa tubuh untuk perempuan dewasa adalah sebagai berikut:

Kurus: < 17 kg/m²
Normal: 17 – 23 kg/m²
Kegemukan: 23 – 27 kg/m²
Obesitas: > 27 kg/m²

2. Bagi laki-laki

Rentang nilai indeks massa tubuh untuk laki-laki dewasa adalah sebagai berikut:

Kurus: < 18 kg/m²
Normal: 18 – 25 kg/m²
Kegemukan: 25 – 27 kg/m²
Obesitas: > 27 kg/m²

Baca juga: Update Corona Global 20 April 2021: New Delhi Lockdown Seminggu

Cara mencegah

Untuk mencegah diabetes, Ketut menganjurkan agar masyarakat mengatur pola makan dan rutin melakukan aktivitas fisik.

"Mulai laksanakan pola hidup yang sehat. Jadi sederhana sekali, asal mau mengikuti, jadi mengatur makanan dan aktivitas fisik," katanya.

Pada orang normal yang kemudian menjadi gemuk dan khawatir mengenai risiko obesitas, maka coba ubah pola hidup terlebih dahulu agar lebih sehat.

Ketut tidak menganjurkan untuk buru-buru mengkonsumsi obat-obatan.

Akan tetapi, yang perlu jadi catatan adalah tidak semua orang perlu langsing. Ketut menyampaikan bahwa orang normal hanya perlu menurunkan 5-10 persen dari berat badan awal.

"Jadi yang gemuk gak perlu langsing, yang penting turun 5 persen sampai 10 persen maka penyakit-penyakit itu bisa diturunkan," imbuh dia.

Baca juga: [POPULER TREN] Ramai soal Uang Pangkal Jalur Mandiri | Titik Penyekatan Larangan Mudik dari Banten hingga Jatim

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi