Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa India Gagal Cegah Gelombang Kedua Covid-19 yang Mematikan?

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/RAJESH KUMAR SINGH
India melaporkan lebih dari 200.000 kasus virus corona baru, pada Kamis (15/4/2021), dengan 14 juta secara keseluruhan terinfeksi, dan semakin intensif membebani sistem perawatan kesehatan yang rapuh.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Selama enam hari berturut-turut, India melaporkan kasus harian infeksi Covid-19 melebihi 200.000 kasus.

Terbaru, 259.170 kasus baru dilaporkan pada Selasa (20/4/2021) dengan 1.761 kasus kematian baru.

Lonjakan kasus di India ini mungkin akibat dari kegagalan pemerintah dalam mencegah gelombang kedua Covid-19.

Glorifikasi penurunan kasus sejak September 2020 dan vaksinasi Covid-19, membuat mereka lengah dan mengizinkan kegiatan yang menimbulkan kerumunan massa.

Baca juga: Gejala Baru Covid-19 Saat Terjadi Gelombang Kedua di India, Apa Saja?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikutip dari BBC, Senin (19/4/2021), pada awal Maret 2021, Menteri Kesehatan India Harsh Vardhan menyatakan, negara itu berada di ujung peperangan melawan pandemi virus corona.

Vardhan juga memuji kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi sebagai contoh bagi dunia dalam kerja sama internasional. Sebab, India terus mengirimkan vaksin ke negara-negara asing sejak Januari 2021 sebagai bagian dari diplomasi vaksin.

Optimisme tak terkendali Vardhan didasarkan pada penurunan tajam infeksi yang dilaporkan.

Sejak puncak rata-rata lebih dari 93.000 kasus per hari pada pertengahan September, infeksi terus menurun.

Pada pertengahan Februari 2021, India menghitung rata-rata 11.000 kasus sehari. Rata-rata kematian harian akibat Covid-19 juga turun hingga di bawah 100.

Euforia dalam memberantas virus itu telah terbangun sejak akhir tahun lalu. Politisi, pembuat kebijakan, dan bagian dari media percaya bahwa India benar-benar keluar dari masalah.

Baca juga: Gelombang Kedua Corona di India: Rumah Sakit dan Krematorium Kewalahan

Pemilu dan izin penonton kriket

Pada akhir Februari 2021, otoritas pemilu India mengumumkan pemilu penting di lima negara bagian, dengan 186 juta orang berhak memberikan suaranya.

Mulai 27 Maret 2021, pemungutan suara berlangsung selama sebulan. Di negara bagian Benggala Barat, pemilu diadakan dalam delapan tahap.

Kampanye juga telah dimulai dengan gencar, tanpa protokol keamanan, dan jarak sosial.

Pada pertengahan Maret, dewan kriket mengizinkan lebih dari 130.000 penggemar, sebagian besar tanpa masker untuk menonton dua pertandingan kriket internasional antara India dan Inggris di Stadion Narendra Modi di Gujarat.

Dalam waktu kurang dari sebulan, banyak hal mulai terurai. India berada dalam cengkeraman gelombang kedua virus yang menghancurkan dan kota-kota menghadapi penguncian baru.

Pada pertengahan April, rata-rata negara itu menangani lebih dari 100.000 kasus sehari.

Pada Minggu (18/4/2021), India mencatat lebih dari 270.000 kasus dan lebih dari 1.600 kematian, rekor baru dalam satu hari.

Baca juga: Kasus Harian Covid-19 di India Tembus 260.000 Kasus, Apa Penyebabnya?

Pemerintah kehilangan kendali

Para ahli percaya bahwa pemerintah tampaknya telah sepenuhnya kehilangan kendali pada gelombang kedua infeksi yang akan melanda India.

Mereka juga mengaku keberatan adanya glorifikasi atas virus corona.

"Seperti yang biasa terjadi di India, arogansi resmi, hiper-nasionalisme, populisme, dan ketidakmampuan birokrasi yang berlebihan telah digabungkan untuk menciptakan krisis," kata kolumnis Bloomberg, Mihir Sharma.

Gelombang kedua India dipicu oleh orang-orang yang lengah, menghadiri pernikahan, dan pertemuan sosial.

Dengan penurunan infeksi, lebih sedikit orang yang mau divaksin, sehingga memperlambat upaya vaksinasi yang bertujuan untuk menyuntik 250 juta orang pada akhir Juli.

"Ada perasaan kemenangan. Beberapa merasa kami telah mencapai kekebalan kawanan. Semua orang ingin kembali bekerja. Narasi ini masuk ke banyak telinga yang menerima, dan beberapa suara kehati-hatian tidak diperhatikan," kata Presiden Yayasan Kesehatan Masyarakat India, P Srinath Reddy.

Baca juga: 3 Gejala Varian Baru Covid-19 Afrika Selatan dan Brasil yang Muncul di India

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi