KOMPAS.com - Media sosial Twitter diramaikan dengan unggahan seorang warganet yang menyebut kebaya busana asing.
Adalah akun @Sinfourth yang menuliskan unggahan tersebut pada 21 April 2021.
Hingga saat ini, unggahan tersebut telah dibagikan sebanyak 2,9 ribu kali dan disukai oleh 11,4 ribu warganet.
Lantas, benarkah kebaya merupakan busana asing? Berikut penjelasannya.
Baca juga: Hari Kartini, Mengenal Lebih Dekat Kebaya dan Sejarahnya
Penjelasan
Ketua Prodi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Theresia Widiastuti mengatakan, kebaya merupakan perpaduan kemben dan tutup baju yang diadaptasi dari baju kurung.
"Kalau kita berbicara Indonesia, itu tidak berbaju. Bentuknya itu kain panjang yang dipakai sampai ketiak, sehingga kita kenal dengan kemben. Itu asli Indonesia sekali, sarung juga asli kita," kata Theresia kepada Kompas.com, Jumat (23/4/2021).
Beberapa suku di Indonesia, seperti Bali, bahkan para perempuan dulunya menggunakan sarung dan memperlihatkan bagian dadanya bagi mereka yang belum menikah.
Baru setelah menikah, bagian dada mereka akan ditutup dengan kain.
Sementara itu, baju kurung sudah ada sejak lama di Semenanjung Malaya.
"Berbicara tentang asli dan tidak asli, memang ini hanya perpaduan antara kemben dan tutup yang diadaptasi dari baju kurung," jelas dia.
Baca juga: Baju Adat NTT yang Dipakai Jokowi, Apa Makna dan Filosofinya?
Sejak zaman kerajaan
Theresia menuturkan, kehadiran kebaya sendiri sudah ada sejak munculnya kerajaan-kerajaan di Nusantara.
"Kalau kita melihat sejarah pakaian di kraton, saya melihatnya di Solo, umumnya mereka juga menggunakan kemben," ujar dia.
Khusus untuk keluarga raja, sambung dia, biasanya perempuan diberi semacam jaket tanpa ada jahitan dan kancing di bagian depan.
Ide pakaian itu kini berkembang menjadi cardigan yang banyak diminati kaum hawa.
Kebaya juga tercatat jelas pada catatan resmi bangsa Portugis ketika pertama kali mereka mendarat di Indonesia.
Dalam catatan itu, dijelaskan bahwa kebaya adalah busana kaum wanita di Indonesia yang ada pada abad ke-15 hingga 16.
Kendati demikian, kebaya hanya dipakai oleh para priyayi, yaitu kaum bangsawan.
Baru seiring bergulirnya waktu, kebaya pun ikut dicicipi oleh para pribumi, termasuk para istri petani yang mengenakan kebaya dari kain tipis dan mengaitkan bagian depannya dengan sebuah peniti.
Baca juga: Hari Kartini, Mengenal Lebih Dekat Kebaya dan Sejarahnya
Ragam kebaya
Melansir Kompas.com, (19/04/2021), kebaya terbagi menjadi kebaya Jawa, kebawa Betawi, kebaya Sunda, kebaya Bali, kebaya Madura dan kebaya Melayu.
Masing-masing kebaya memiliki ciri khas masing-masing. Kebaya Jawa misalnya, memiliki ciri khas yang terletak pada tembelan kain di bagian dada yang disebut kutu baru.
Kutu baru ini adalah perkembangan dari pemakaian kemben. Ketika orang malas mengenakan kemben, maka ditambahkanlah kutu baru.
Sedangkan kebaya Betawi adalah akulturasi budaya Cina dan Melayu yang membuat kebaya ini memiliki desain sangat bervariasi.
Kebaya Sunda dan Tasik memiliki ciri khas garis leher berbentuk segi lima dengan kerah tegak, sedangkan kebaya Bali memiliki ciri berlengan pendek dan panjang yang dilengkapi dengan sebuah selendang.
Kebaya Madura sendiri sering disebut kebaya rancongan. Panjang kebaya hanya sampai pinggang dengan bagian bawah meruncing dengan potongan serong yang khas.
Adapun kebaya Melayu, rata-rata berdesain kain panjang. Bentuk garisnya hampir mirip dengan kebaya Jawa, hanya saja di belahan tengah diberi peniti atau bros sebagai hiasan.
Baca juga: Hari Kartini ala Semarang Doll Lovers, Menyuguhkan Boneka dalam Balutan Kebaya Etnik
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.