Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Pasien Covid-19 Gejala Ringan Berpotensi Alami Gejala Baru Setelah Pulih

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Khosro
Ilustrasi pasien Covid-19, pasien virus corona, isolasi mandiri
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebuah studi melaporkan, sebagian besar orang dewasa yang dites positif Covid-19 dengan gejala ringan, cenderung mencari perawatan medis pada bulan-bulan berikutnya.

Dua per tiga dari mereka yang mencari perawatan medis menerima diagnosis baru terkait kondisi kesehatannya. Kondisi kesehatan ini tak dialami sebelumnya.

Mengutip New York Times, Sabtu (24/4/2021), studi tersebut dilakukan oleh para peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Kaiser Permanente.

Baca juga: Studi Ini Temukan Kemungkinan Virus Flu Biasa Hambat SARS-CoV-2

Proses riset itu melibatkan sekitar 3.171 anggota sistem perawatan kesehatan terpadu Kaiser Permanente di Georgia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Anda mungkin mengalami gejala baru atau terus-menerus beberapa bulan setelah diagnosis awal," kata spesialis penyakit menular CDC dan penulis utama studi itu, Arlfonso C Hernandez-Romieu.

Dengan temuan studi ini, lanjut dia, dokter perlu memantau pasien untuk komplikasi terkait Covid-19 yang berpotensi sangat serius, seperti pembekuan darah.

Dalam studi itu, dua per tiga dari pasien yang menderita gejala ringan Covid-19 mencari perawatan medis sebulan hingga enam bulan setelah diagnosis.

Sementara, dua per tiga dari mereka yang mencari perawatan memiliki kondisi yang sama sekali baru, seperti sesak napas, kelainan detak jantung, nyeri dada dan tenggorokan, serta kelelahan.

Baca juga: Studi: Cukup Tidur Disebut Bisa Kurangi Risiko Terinfeksi Covid-19

Di antara mereka yang lebih mungkin mencari perawatan medis adalah orang dewasa berusia 50 tahun ke atas, wanita dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Akan tetapi, secara keseluruhan, para penulis mencatat, jumlah kunjungan menurun dari waktu ke waktu.

"Meskipun mayoritas orang tidak berakhir dengan Covid yang parah, atau berakhir di rumah sakit, potensi efek kesehatan jangka panjang sangat penting," kata dia.

Dapat membunuh setelah sembuh

Sementara itu, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature, menyebutkan, gejala jangka panjang yang muncul saat pasien Covid-19 sembuh (long Covid) memiliki banyak ancaman kesehatan.

Ancaman itu, di antaranya, kemungkinan kematian yang lebih tinggi hingga 6 bulan setelah tertular virus.

Dikutip dari WebMD, para peneliti memeriksa lebih dari 87.000 pasien Covid-19 dan hampir 5 juta pasien kontrol dalam database federal.

Mereka menemukan pasien Covid-19 memiliki risiko kematian 59 persen lebih tinggi hingga 6 bulan setelah terinfeksi, dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi.

Baca juga: Studi: Konsumsi Statin Diklaim Kurangi Risiko Kematian akibat Covid-19

Temuan itu diterjemahkan menjadi sekitar delapan kematian tambahan per 1.000 pasien selama 6 bulan, karena banyak kematian yang disebabkan oleh long Covid tidak dicatat sebagai kematian akibat virus corona.

Di antara pasien yang dirawat di rumah sakit dan meninggal setelah lebih dari 30 hari, terdapat 29 kematian per 1.000 pasien selama 6 bulan.

"Sejauh total kematian akibat pandemi, angka-angka ini menunjukkan bahwa kematian yang kami hitung karena infeksi virus langsung hanyalah puncak gunung es," kata penulis senior studi dan Direktur Pusat Epidemiologi Klinis di St Lous Health Care System, Ziyad Al-Aly.

Pasien dengan long Covid juga memiliki peluang lebih besar untuk jatuh sakit.

Al-Aly mengatakan, penelitian tersebut menunjukkan bahwa CoviD-19 jangka panjang bisa menjadi krisis kesehatan besar berikutnya.

"Studi kami menunjukkan bahwa hingga 6 bulan setelah diagnosis, risiko kematian setelah kasus ringan Covid-19 tidaklah sepele dan meningkat seiring dengan tingkat keparahan penyakit," jelas dia.

"Mengingat lebih dari 30 juta orang Amerika telah terinfeksi virus ini, dan mengingat beban Covid-19 yang lama sangat besar, efek penyakit ini akan bergema selama bertahun-tahun dan bahkan beberapa dekade," ujar Al-Aly.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Vaksinasi Covid-19 Tahap 2

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi