Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

KRI Nanggala-402, Tuhan Bersama Mereka yang Remuk Redam Hatinya

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi Hari Prast
Ilustrasi, karya Hari Prast. Teriring doa kami atas gugurnya patriot bangsa yang #tabahsampaiakhir dalam menjalankan tugasnya.
Editor: Heru Margianto

Hai, apa kabarmu? Semoga kabarmu baik meskipun duka mendalam mewarnai minggu yang baru saja kita lewati.

Sepanjang minggu lalu dan juga hari-hari ke depan, duka itu masih akan terasa dan tetap mendalam khususnya untuk keluarga 53 patriot yang gugur bersamaan dengan tenggelamnya KRI Nanggala-402.

Sabtu (24/4/2021) pukul 17.00, duka itu pecah. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono mengumumkan, KRI Nanggala-402 tenggelam (subsunk).

Status tenggelam (subsunk) merupakan konsekuensi logis setelah 72 jam Nanggala-402 hilang kontak sejak Rabu (21/4/2021) pukul 03.46 dan upaya pencarian serta penyelamatan tidak membuahkan hasil.

Nanggala-402 dinyatakan dalam stutus pencarian (sublook) pada Rabu (21/4/2021) pukul 05.15.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama tiga jam pencarian dan tidak diketahui keberadaan kapal selam. Keamanan kapal selam tidak dapat dipastikan.

Ketiadaan hasil dalam pencarian selama tiga jam ini kemudian mengubah status Nanggala-402 menjadi submiss dengan konsekuensi dilakukannya operasi penyelamatan.

Waktu 72 jam adalan perhitungan cadangan oksigen yang tersedia di dalam Nanggala-402.

Setelah melewati waktu itu, isyarat kapal tenggelam (subsunk) disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

Sehari setelah dinyatakan tenggelam, Minggu (25/4/2021), sejumlah barang bukti ditemukan. Duka pecah makin mendalam menenggelamkan setitik harapan yang masih dimungkinkan soal keselamatan.

Di dasar laut dengan kedalaman 838 meter di utara Pulau Bali, Nanggala-402 ditemukan. Nanggala berbobot 1.200 ton yang dibeli dari Jerman tahun 1981 terbelah menjadi tiga bagian.

Kepastian yang meyakinkan ini membuat kepastian bahwa Nanggala-402 tidak akan kembali. Nanggala-402 kini diyakini sedang dalam misi untuk patroli abadi (on eternal patrol). 

Sebuah patroli dimulai ketika kapal selam meninggalkan pelabuhan, dan berakhir saat kapal berhasil kembali.

Nanggala-402 meninggalkan pelabuhan untuk ikut dalam skenario penembakan rudal di laut utara Pulau Bali.

Namun, saat Nanggala-402 tenggelam, dan tidak kembali, patroli itu abadi.

Sebuah ungkapan yang menenangkan, tetapi tidak bisa menghapus duka mendalam yang nyata dirasakan.

Khususnya, duka 53 keluarga patriot yang terbagung dalam Pasukan Hiu Kencana, pasukan khusus yang mengawaki Nanggala-402.

Potensi duka mendalam ini tampaknya telah diantisipasi dengan motto Pasukan Hiu Kencana yaitu Wira Ananta Rudhira (Tabah Sampai Akhir). Pasukan khusus ini dibentuk 12 September 1959.

Namun, ketika duka mendalam itu benar-benar datang, ketabahan tetap mendapatkan ujian.

Tidak hanya keluarga para patriot, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia lantaran duka atas kehilangan 53 patroit yang menyebar dan serentak terasakan.

Nanggala-402 adalah kapal selam kedua yang dimiliki Indonesia yang dipesan pada 2 April 1977 dari perusahaan pembuat kapal Howaldtswerke-Deutsche Werft dari Kiel, Jerman.

Nanggala-402 dibawa dari Jerman pada awal Agustus 1981 dengan membawa 38 awak menuju Indonesia. Keberadaannya diumumkan para Hari TNI 5 Oktober 1981.

Kapal selam pertama yang dimiliki Indonesia adalah KRI Cakra-401. Berikutnya adalah KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404 dan KRI Alugoro-405.

Tinggal empat kapal selam ini yang kini ikut menjaga pertahanan laut Indonesia.

Tenggelamnya Nanggala-402 membuat kita menengok sosok Komandan KRI Nanggala-402 yaitu Letkol Laut (P) Heri Oktavian.

Jauh sebelum Nanggala-402 berpatroli abadi, Heri mengungkapkan kekhawatirannya atas rencana pemerintah yang akan mendatangkan kapal selam bekas.

Menurut Heri, yang dibutuhkan TNI AL, khususnya Korps Hiu Kencana adalah kapal selam yang mumpuni dan memiliki kemampuan bertempur.

Heri juga sempat menyinggung kapal selam buatan PT PAL (Persero) yang dianggap tidak memuaskan.

Heri juga menyebut overhaul KRI Nanggala-402 yang terus tertunda pada 2020 padahal kapal selam itu harus terus disiapkan untuk sejumlah operasi.

Heri menyampaikan harapan untuk para pembuat keputusan benar-benar memikirkan TNI dan prajuritnya.

Bukan hanya "asal bapak senang" demi pangkat dan kursi enak atau keuntungan material.

Heri menceritakan tentang korban yang jatuh akibat alutsista buruk. Bahkan, ada perwira yang justru dipersulit atasannya karena melaporkan buruknya kapal selam buatan PT PAL.

"Sama media, gue berharap, beritakan yang sebenarnya," ujar Heri menyampaikan harapan untuk perbaikan.

Harapan untuk perbaikan Heri tersebut disampaikan kepada wartawan Harian Kompas, Edna C PattisinaHeri menjadi komandan KRI Nanggala-402 sejak 3 April 2020.

Heri dan Edna menjalin relasi karena tugas yang panjang di bidang pertahanan dan keamanan.

Keduanya lulusan Rajaratnam School of International Studies, Singapura program studi yang sama Studi Strategi di tahun yang berurutan yaitu 2014 dan 2015.

Letkol Laut (P) Heri Oktavian sebagai Komandan KRI Nanggala-402 bersama 52 patriot dalam korps Hiu Kencana telah meninggalkan pelabuhan untuk partoli abadi. 

Selain pelabuhan, keluarga dan rakyat Indonesia, KRI Nanggala-402 juga meninggalkan pasan terkait petahanan dan keamanan yang teramat kuat untuk segera dilaksanakan.

Seperti hiu yang mencabik-cabik hal yang selama ini ada di dalam dan disembunyikan, Heri sebagai komandan KRI Nanggala-402 sudah menyatakan.

Duka mendalam untuk keluarga para patriot yang turut dengan tabah menjaga pertahanan, keamanan dan kedaulatan.

Tuhan bersama mereka yang remuk redam hatinya.

Salam tabah,
Wisnu Nugroho

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi