Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekam Jejak Munarman, dari Pengacara hingga Menjadi Pentolan FPI

Baca di App
Lihat Foto
Kompas/Hendra A Setyawan
Juru bicara Front Pembela Islam, Munarman, Anggota DPD Kalimantan Selatan, Sofwat Hadi, dan Dirjen Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri, Tanribali Lamo (kanan ke kiri) menjadi pembicara dalam diskusi 'Manfaat dan Mudharat Ormas, di Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Jumat (17/2). Diskusi membahas polemik pembubaran organisasi massa yang bertindak anarkis.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Munarman, eks Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI), ditangkap oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri pada Selasa (27/4/2021).

Munarman dijemput dari kediamannya di daerah Pamulang, Tangerang Selatan, sekitar pukul 15.30 WIB.

Mengutip Harian Kompas, Rabu (28/4/2021) Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Ahmad Ramadhan mengatakan, penangkapan Munarman merupakan hasil dari pengembangan kasus terorisme sebelumnya.

"Jadi terkait kasus baiat (pengukuhan) di UIN Jakarta, kemudian juga kasus baiat di Makassar, dan mengikuti baiat di Medan. Jadi ada tiga hal itu," kata Ahmad.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Menyoal FPI yang Tak Terdaftar di Kemendagri, Bagaimana Prosedur Pendaftaran Ormas?

Meski demikian, belum diketahui keterkaitan Munarman dengan jaringan atau kelompok teroris di Indonesia.

"Nanti kami telusuri. Informasi sementara, baiat kalau yang di Makassar itu ISIS (NIIS), ya," ujar Ahmad.

Setelah ditangkap Tim Densus 88 Antiteror Polri, Munarman dibawa ke Polda Metro Jaya untuk diperiksa.

Baca juga: Akun FPI Kena Suspend, Simak Peraturan Twitter soal Penangguhan Akun

Rekam jejak Munarman

Mengutip Kompas.com, Munarman lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 16 September 1968. 

Dia mulai terjun ke dunia advokasi ketika menjadi relawan di sebuah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di Palembang pada1995.

Namanya mulai dikenal secara nasional ketika menjabat sebagai koordinator KontraS Aceh pada medio 1999-2000.

Baca juga: Ricuh Demonstrasi Tolak Omnibus Law, Bolehkah Polisi Pakai Kekerasan?

Pada 2002, Munarman terpilih sebagai Ketua Dewan Pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) periode 2002-2007.

Munarman semakin dikenal karena keikutsertaannya dalam Tim Pengacara pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia Abu Bakar Ba'asyir.

Ketika itu, Abu Bakar Ba'asyir terjerat kasus Bom Bali dan divonis 2,5 tahun penjara.

Selepas tidak mendampingi Ba'asyir, Munarman mulai dekat dengan jaringan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Kedekatannya dengan HTI itu membuat Munarman mulai mengenal sejumlah tokoh, termasuk Ketua FPI Habib Rizieq Shihab. 

Baca juga: Viral Video Diduga Ormas Tenteng Senjata, Ini Penjelasan Kokam

Panglima Komando hingga Sekretaris Umum FPI

Perkenalannya dengan Habib Rizieq Shihab membawa Munarman bergabung dengan FPI.

Di FPI, Munarman sempat menduduki sejumlah posisi seperti Panglima Komando Laskar Islam (KLI), Juru Bicara FPI, dan yang terakhir Sekretaris Umum FPI.

Ketika menjabat Panglima KLI, Munarman sempat divonis penjara 1,5 tahun penjara oleh Majelis Hakim PN Jakarta Pusat pada Oktober 2008.

Vonis serupa juga dijatuhkan kepada Ketua FPI Habib Rizieq Shihab.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Muhammadiyah Didirikan di Yogyakarta, Bagaimana Awal Mulanya?

Majelis Hakim menyatakan, keduanya terbukti secara sah menganjurkan untuk melakukan kekerasan terhadap orang atau barang di muka umum secara bersama-sama.

Hal ini terjadi dalam kasus penyerangan terhadap massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan atau AKKBB pada peristiwa Insiden Monas 1 Juni 2008.

Insiden siram air teh

Salah satu hal terkait Munarman yang paling dikenang oleh masyarakat adalah ketika dia menyiramkan air teh ke muka seorang narasumber dalam acara live talkshow di sebuah stasiun televisi swasta.

Mengutip Harian Kompas, 28 Juni 2013, adegan siram air teh yang dilakukan Munarman ke sosiolog Tamrin Amal Tomagola di acara ”Apa Kabar Indonesia” TV One menjadi buah bibir warganet pengguna media sosial kala itu.

Baca juga: Harlah Ke-95 NU, Bagaimana Sejarah Pendirian Nahdlatul Ulama?

Ramai di media sosial

Dalam hitungan menit, adegan itu beredar di Facebook dan Twitter, mulai dari potongan adegan dalam bentuk gambar hingga video.

Reaksi dari pengguna media sosial pun beragam. Kebanyakan mencaci, tetapi tidak sedikit yang setuju pada tindakan Munarman.

Penyair Sitok Srengenge berkomentar ”Kalah pikiran kok ngamuk!” sewaktu me-retwit berita penyiraman tersebut melalui akunnya, @1Srengenge.

Adapun pengamat media dan Direktur LSPP Jakarta, Ignatius Haryanto, melalui akun @IgnHaryanto, menulis ”Jika narsum smp tdk bisa kendalikan di dpn tivi dan menyerang narsum lain, org ini tak layak jd narsum dimanapun..#munarman#”.

Baca juga: Viral Ormas Kokam Disebut Berseragam Mirip Kopassus dan Bawa Senjata

Namun, tidak sedikit pengguna Twitter mendukung tindakan Munarman, yang kala itu menjabat sebagai Jubir FPI.

Warganet beralasan, apa yang dilakukan Tamrin tidak etis karena memotong bicara seseorang, terlebih kemudian menunjuk muka Munarman.

Menanggapi kehebohan akibat insiden tersebut, akun resmi stasiun televisi pengelola acara bincang-bincang itu, @akipagi_tvone, menuliskan permohonan maaf. 

"segenap crew apa kabar indonesia memohon maaf kepada pemirsa atas kejadian tidak terduga yang baru saja terjadi”.

Baca juga: Ormas Garbi, Fahri Hamzah dan Perjalanan Partai Gelora...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi