Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Varian Corona B.1.1.7 yang Sudah Ditemukan di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Imilian
Ilustrasi varian baru virus corona B.1.1.7
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Kasus Covid-19 yang berasal dari varian baru B.1.1.7 sudah ditemukan di Indonesia, bahkan dari transmisi lokal.

Kementerian Kesehatan, melalui Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi, mengingatkan agar masyarakat lebih waspada.

Ia menekankan, upaya yang bisa dilakukan untuk memutus penularan varian baru virus corona B.1.1.7 adalah membatasi mobilitas penduduk dan pembatasan masuknya pelaku perjalanan luar negeri ke Indonesia.

Baca juga: Studi: Varian Corona B.1.1.7 Tingkatkan Risiko Kematian 64 Persen

Apa saja fakta seputar varian baru B.1.1.7 yang sudah ditemukan di Indonesia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1. Temuan pada awal Maret

Mutasi virus corona B.1.1.7 diumumkan masuk ke Indonesia pada awal Maret, tepatnya 2 Maret 2021, oleh Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono.

Pada Maret lalu, kasus mutasi yang ditemukan sebanyak enam kasus.

Kasus tersebut tersebar di lima provinsi yakni Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Adapun seluruh kasus tersebut kini sudah sembuh.

2. Total 10 kasus

Pada 26 April 2021, Kemenkes menyebutkan, total kasus Covid-19 dari B.1.1.7 yang terdeteksi adalah sebanyak 10 kasus.

Tambahan empat kasus terdeteksi di Kota Bogor, Jawa Barat, sebanyak 1 kasus; di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sebanyak 2 kasus, dan 1 kasus di Sumatera Utara.

Saat ini telah dilakukan pemeriksaan dan seluruh kontak erat dari pasien tersebut telah dinyatakan negatif.

3. Sudah ada transmisi lokal

Diberitakan Kompas.com, Jumat (30/4/2021), Nadia mengatakan, dari beberapa kasus Covid-19 dari varian B.1.1.7, ada yang terinfeksi akibat transmisi lokal.

"Tentu menjadi perhatian kita karena varian baru B.1.1.7 ada yang sudah merupakan transmisi lokal yaitu di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, di Provinsi Sumatera Selatan di Provinsi Sumatera Utara, dan Provinsi Kalimantan Selatan," kata Nadia. 

Inilah yang membuat Kemenkes mengingatkan agar menekan mobilitas masyarakat.

"Laju mobilitas yang rendah itu akan menekan laju penularan," ujar dia.

Baca juga: Memahami Varian Corona B.1.1.7, Tak Mematikan Bukan Berarti Tak Sebabkan Kematian

4. Sifat penularan lebih cepat

Para 15 Maret 2021, seperti diberitakan Kompas.com, Kemenkes menyebutkan, penularan mutasi virus corona B.1.1.7 yang merupakan mutasi virus dari Inggris, memiliki sifat penularan lebih cepat 50-74 persen.

Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio mengatakan, vaksin Covid-19 yang ada saat ini masih efektif melawan mutasi virus Covid-19 B.1.1.7.

Sejauh ini, belum ada laporan mengenai mutasi virus yang berpengaruh pada efikasi vaksin Sinovac.

5. Diduga jadi pemicu kasus di Riau

Terbaru, peningkatan kasus Covid-19 di Riau saat ini dinilai cukup mengkhawatirkan, dengan penambahan sekitar 400 kasus per hari. 

Penambahan kasus baru tersebut diduga terjadi akibat adanya varian baru B.1.1.7.

Saat ini, sampel spesimen pasien Covid-19 di Riau telah dikirim ke Kementerian Kesehatan di Jakarta.

"Saat ini sedang dilakukan pengujian di Kemenkes untuk melihat apakah dalam sampel yang dikirim tersebut terdapat virus corona mutasi baru B.1.1.7 atau tidak," kata Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Riau dr Indra Yovi.

Hasil dari pemeriksaan sampel spesimen itu masih dinantikan. 

Tak mematikan, bukan berarti tak sebabkan kematian

Ketika awal kasus Covid-19 dari varian B.1.1.7 terdeteksi di Indonesia, sejumlah epidemiolog mengingatkan sejumlah hal yang perlu dipahami dari varian ini.

Varian baru ini disebut tak mematikan, tetapi bukan berarti tak menyebabkan kematian.

Yang perlu diwaspadai adalah laju penularannya yang sangat cepat.

"Jadi kalau misalkan suatu penyakit itu lebih cepat menular 50 persen saja, berarti lebih banyak kasus infeksi baik ringan sedang maupun parah," kata epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, seperti diberitakan Kompas.com, 9 Maret 2021.

Dari studi ScienceMag, jika wilayah tertentu memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi karena tingginya interaksi sosial, maka varian yang lebih cepat menyebar akan semakin umum.

"Kalau ada strain baru, penularannya lebih tinggi 20 persen itu sudah hal yang sangat mengkhawatirkan," ujar Dicky. 

Semakin tinggi tingkat penularan, semakin banyak yang orang rentan mengalami kematian. Perlu diingat pula, bahwa peningkatan kasus karena laju penularan akan berdampak pada kemampuan layanan kesehatan.

"Lebih banyak juga kasus di rumah sakit, termasuk yang masuk ICU, termasuk artinya meningkatkan angka kematian atau jumlah orang yang meninggal. Seperti itu pemahaman yang mendasar," jelas Dicky.

Baca juga: Termasuk B.1.1.7, Ini 3 Mutasi Baru Virus Corona yang Teridentifikasi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi