Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Ada Plastik di Dalam Cumi-cumi, Benda Apakah Itu?

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY/MIGUELPEREDA
Ilustrasi cumi-cumi sudah dibersihkan.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebuah video ramai jadi perbincangan warganet karena menyebut bahwa ada plastik di dalam cumi-cumi.

Video itu berasal dari unggahan TikTok @wdh__, pada Minggu (3/5/2021).

Orang dalam video itu menyebutkan, benda di dalam cumi-cumi yang sedang ia makan adalah plastik.

Baca juga: Cara Gunakan Half Filter yang Viral di TikTok, Buat Wajah Auto Glowing

Dalam video itu, dia juga mengimbau agar tidak buang sampah di laut karena menganggap benda itu adalah plastik dari sampah di laut yang tertelan cumi-cumi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hingga Senin (3/5/2021) pukul 13.00 WIB, video TikTok ini mendapat 365,9 ribu like dan 29 ribu komentar.

Betulkah benda yang disebutkan itu adalah plastik?

Anatomi cumi-cumi

Dilasir dari Science Direct, cumi-cumi merupakan hewan laut dari famili Lolinginidae dengan genus Lolious yang tersebar di seluruh perairan Indonesia.

Cumi-cumi hidup di perairan dengan suhu 8 hingga 32 derajat Celcius.

Hewan ini memiliki delapan lengan dan dua tentakel yang mereka gunakan untuk menangkap mangsanya.

Selain itu, cumi-cumi merupakan hewan demersal atau semi pelagis yang hidup di kolom perairan hingga kedalaman 400 m dengan pergerakan diurnal.

Makanan utama cumi-cumi adalah sejenis plankton dan biota laut yang ukurannya lebih kecil dibandingkan tubuhnya.

Baca juga: Viral Video Penumpang Berdesakan di Stasiun Tanah Abang, Ini Kata KAI

Tulang rawan

Benda menyerupai plastik di dalam tubuh cumi-cumi bukan benar-benar plastik. Itu adalah tulang rawan cumi-cumi.

Cumi-cumi memiliki tulang rawan kranial Todarodes pacificus.

Melansir hespruceeats.com, pada bagian tubuh cumi-cumi berisi sepotong tulang rawan yang tipis dan bening.

Tulang rawan ini juga biasa ditemui di hewan laut sejenisnya, seperti sotong.

Tulang rawan cumi-cumi terlihat seperti pecahan kaca atau plastik yang sangat tipis.

Tulang rawan ini wajar ditemukan pada bagian tubuh cumi-cumi dan sotong. Meski bagian ini tidak dapat dimakan, tetapi tidak berbahaya.

Mengutip Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), cumi-cumi merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia.

Hewan laut ini telah menjadi salah satu komoditas ekspor Indonesia yang diproduksi dalam bentuk beku, asin, dikeringkan atau dikalengkan.

Akan tetapi, informasi mengenai biologi, ekologi, habitat dan sebaran cumi-cumi belum banyak diketahui.

Penelitian terbaru

Penelitian terbaru oleh imuwan material Penn State University Abdon Pena-Francesch dan Melik Demirel menunjukkan bahwa cumi-cumi bisa jadi solusi dari pencemaran sampah plastik di laut.

Melansir Vice.com, cumi-cumi telah mengembangkan protein kompleks di rongga mangkuk pengisap yang melapisi tentakelnya.

Protein itu digunakan untuk membangun gigi cincin cumi-cumi (SRT), lingkaran runcing dari bahan biopolimer di dalam pengisap yang memungkinkan hewan untuk menangkap mangsanya.

Kedua ilmuwan itu membuktikan bahwa SRT dapat direkayasa sebagai pengganti plastik yang dapat terurai secara hayati.

Hal ini akan jadi masalah baru jika cumi-cumi ditangkap hanya untuk dijadikan pengganti plastik.

Akan tetapi, studi oleh tim Frontiers in Chemistry, meneliti bakteri seperti E. coli yang dapat direkayasa secara genetik untuk menghasilkan protein khusus dalam jumlah industri yang membuat SRT begitu fleksibel, kuat, dan ramah lingkungan.

"Protein cumi-cumi dapat digunakan untuk menghasilkan bahan generasi berikutnya untuk berbagai bidang termasuk energi dan biomedis, serta sektor keamanan dan pertahanan," kata Demirel, kepada Vice, 22 Februari 2019.

SRT sintetis dapat diintegrasikan ke dalam tekstil sehingga pakaian lebih sedikit menyerap serat sintetis ke dalam mesin cuci, yang secara mengejutkan merupakan sumber polusi plastik laut yang sangat besar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi