Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tsunami" Covid-19, India Disarankan Lakukan Penguncian

Baca di App
Lihat Foto
REUTERS via BBC INDONESIA
India mencatat jumlah kasus virus corona baru tertinggi di dunia.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Kasus Covid-19 di India mengalami lonjakan tajam, bahkan layanan kesehatan kewalahan menangani pasien.

Meski demikian, dua pekan lalu, Perdana Menteri Narendra Modi meminta negara bagian untuk mempertimbangkan penguncian sebagai opsi terakhir.

Kini, semua orang dari sekutu politiknya hingga para pemimpin bisnis dan kepala penasihat Presiden Joe Biden melihat bahwa penguncian sebagai satu-satunya cara untuk membendung Covid-19 di India.

Baca juga: 24 Pasien Covid-19 di India Tewas Diduga Kekurangan Oksigen

"Salah satu masalahnya adalah narasi yang salah bahwa penguncian penuh sama dengan bencana ekonomi, sedangkan tidak ada penguncian merupakan bencana kesehatan masyarakat," kata spesialis penyakit menular dan pakar kesehatan global di Stanford Medicine, California, Catherine Blish, dikutip dari Bloomberg.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Yang terjadi sekarang adalah bencana kesehatan dan ekonomi. Jika Anda memiliki sebagian besar populasi Anda yang jatuh sakit, itu tidak baik untuk populasi atau ekonomi Anda," lanjut dia.

Dalam sepekan terakhir, saluran televisi dan media sosial dibanjiri pemandangan suram dari krematorium yang penuh sesak dan permintaan oksigen dari rumah sakit yang sudah putus asa.

Kematian harian di India sedikit melambat setelah mencapai rekor 3.689 pada Minggu (2/5/2021), sementara jumlah kasus harian tetap di atas 350.000 selama beberapa hari terakhir.

Bankir terkaya sekaligus Kepala Konfederasi Industri India, Uday Kotak mendesak pemerintah untuk mengerahkan militer dalam membantu merawat pasien.

Ia berharap agar pemerintah juga mengambil langkah-langkah nasional terkuat termasuk membatasi aktivitas ekonomi untuk mengurangi penderitaan.

"Kita harus memperhatikan nasihat ahli tentang hal ini dari India dan luar negeri," kata dia.

Baca juga: [HOAKS] Patung Dewa di India Dibuang karena Wabah Virus Corona

Hal ini mewakili pergeseran pandangan dari para pemimpin bisnis top India.

Pada April 2021, survei terhadap anggota konfederasi menunjukkan bahwa mereka menentang penguncian dan menginginkan vaksinasi cepat.

Namun, dalam sebulan terakhir, infrastruktur kesehatan yang runtuh dan jumlah kematian yang meningkat telah mengungkapkan sejauh mana krisis tersebut.

Kurangnya dosis vaksin yang memadai membuat situasi semakin kacau.

Penguncian yang beralasan

Meski pembuat kebijakan memberi isyarat untuk siap mengambil langkah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, para ekonom menyebutkan, kegagalan untuk meratakan kurva virus dapat memberikan tekanan pada kebijakan moneter dan fiskal.

Cara yang paling cepat dan efektif untuk memutus rantai penularan adalah menjauhkan orang-orang sehingga virus tidak dapat berpindah dari satu ke yang lain.

Beberapa ahli, termasuk Anthony Fauci mengatakan, penguncian sementara sangatlah penting.

Namun, pemerintah justru menyebut penguncian nasional total tidak mungkin dan akan menjadi bencana bagi orang miskin.

Kendati demikian, pemerintah federal telah memberikan wewenang kepada negara bagian untuk memutuskan penguncian lokal.

Pembatasan lokal tersebut telah dilakukan di Delhi dan Mumbai, meski tak seketat tahun lalu.

Baca juga: Penuh Sesak di Tanah Abang, Kita Diingatkan Apa yang Terjadi di India...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi