Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sianida dalam Kasus Sate Beracun, Bahaya, dan Pertolongan Pertamanya

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Shutterstock/ onyengradar
Ilustrasi sate ayam madura.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kasus sate beracun yang menewaskan Naba Faiz (10) anak seorang pengendara ojek online di Bantul, DIY menyedot perhatian masyarakat dalam beberapa hari terakhir.

Dari hasil pemeriksaan Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Dinas Kesehatan DIY mengungkap ada kandungan potasium sianida (kalium sianida) dalam paket sate beracun yang dikirim pelaku Nani Apriliani Nurjaman (25). 

Baca juga: Kronologi Kasus Sate Beracun di Bantul: Sakit Hati Tak Jadi Dinikahi

Apa sebetulnya kalium sianida dan seberapa berbahayanya jika tertelan oleh manusia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senyawa beracun

Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Joddy Arya Laksmono menjelaskan, sianida adalah senyawa kimia yang sangat beracun.

Senyawa ini mudah larut dalam air, sehingga sangat sulit untuk mendeteksi apakah bahan makanan misalnya telah terpapar oleh senyawa potasium sianida ini kecuali dengan melakukan analisis menggunakan alat khusus di laboratorium.

Joddy juga mengatakan, sianida juga digunakan dalam berbagai proses kimia, seperti fumigasi, pengerasan besi dan baja, elektroplating, dan pemurnian bijih.

"Tidak semua orang dapat mencium bau dari sianida, karena pada dasarnya sianida tidak selalu mengeluarkan bau. Sekalipun berbau, sianida akan tercium seperti kacang almond pahit," kata dia kepada Kompas.com, Selasa (4/5/2021).

Selan itu, bentuk dari sianida ini sendiri juga beragam. Mulai dari sianida potasium (KCN) dan sianida sodium (NaCN) yang berbentuk kristal, serta berbentuk gas yang tidak berwarna seperti sianogen klorida (CNCI) dan hidrogen sianida (HCN).

Baca juga: Mengenal Kalium Sianida dalam Sate Beracun, Penyebab Tewasnya Anak Pengemudi Ojol di Bantul

Batas berbahaya

Joddy menyebutkan, dosis ambang batas berbahaya senyawa sianida yang masuk ke dalam tubuh manusia adalah 1,5 mg/kg berat badan manusia.

Misalnya seseorang yang memiliki berat badan 70 kg, maka ambang batas dosis bahaya sianida dalam tubuh orang tersebut adalah 105 mg/70 Kg berat tubuh manusia.

"Dalam dosis mg saja memiliki efek yang sangat mematikan bagi tubuh manusia, apalagi jika terpapar, terhirup bahkan tertelan pada dosis lebih besar dari ambang batasnya," jelas dia. 

Seseorang yang terpapar, terhirup atau tertelan senyawa sianida akan mengalami beberapa gejala seperti mual, muntah, sakit kepala, pusing, gelisah, pernafasan cepat, denyut jantung cepat dan tubuh terasa lemah.

Bahkan lebih fatal lagi bila terpapar, terhirup atau tertelan senyawa sianida dalam konsentrasi yang tinggi akan mengakibatkan denyut jantung yang melambat, kejang, kerusakan paru-paru, tekanan darah rendah serta mengalami gagal nafas yang berujung pada kematian.

Baca juga: 7 Fakta Racun Potasium Sianida dari Bentuk hingga Efek Samping

Pertolongan pertama

Berdasarkan Lembar Data Keselamatan Bahan dari potassium sianida, ada beberapa metode penanganan pertama terhadap seseorang yang terpapar senyawa ini.

Jika terkena mata maka segera basuh mata dengan banyak air minimal selama 15 menit, sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah.

Jika terpapar pada kulit segera basuh kulit dengan banyak air minimal selama 15 menit sambil melepas pakaian dan sepatu yang terkontaminasi.

Apabila tertelan maka segeralah menghubungi petugas Kesehatan atau pusat kendali racun. Penanganannya hanya memaksakan muntah jika diarahkan untuk melakukannya oleh tenaga medis.

"Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar," kata Joddy.

Sedangkan apabila terhirup bahan ini segera dapatkan bantuan medis. Pindahkan korban ke udara segar.

"Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen," papar dia.

Baca juga: Larangan Mudik 6-17 Mei, Sanksi dan 8 Wilayah Aglomerasi Mudik Lokal

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi