Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LIPI Kembangkan Rapid Test Antibodi, seperti Apa Prosesnya?

Baca di App
Lihat Foto
Instagram/@lipiindonesia
Rapid test antibody yang diklaim akan lebih akurat dan ekonomis yang tengah dikembangkan Lipi
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tengah mengembangkan rapid test antibody dengan inovasi basis Nanopartikel Fluoresensi.

Salah satu peneliti di Puslit Kimia LIPI, Dr. Siti Nurul Aisyiyah Jenie, menjelaskan, mereka mengganti salah satu komponen penanda deteksi dengan nanopartikel yang desintesis sendiri.

"Nanopartikel ini berbasis silika alam dan dimodifikasi sehingga bersifat fluoresensi," kata Ais saat dihubungi Kompas.com, Minggu (9/5/2021).

Baca juga: Soal Kasus Dugaan Alat Rapid Test Antigen Bekas, Ini Respons Kemenkes

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akurat deteksi antibodi

Ais mengatakan, penggunaan nanopartikel ini diharapkan dapat meningkatkan akurasi dan sensitivitas dari proses pengujian jika dibandingkan dari rapid test antibodi yang ada sebelumnya.

Nanopartikel berfluoresensi (FSNP) memiliki kelebihan berupa pancaran sinyal (fluoresensi) yang memiliki intensitas lebih tinggi sehingga memungkinkan hasil deteksi lebih sensitif.

Tingkat sensitivitas yang dihasilkan bisa lebih tinggi daripada penggunaan nanopartikel emas atau pewarna organik biasa.

Baca juga: Perbedaan Swab PCR, Rapid Test Antigen, dan GeNose untuk Tes Covid-19

"Harapannya, dengan menggunakan nanopartikel berfluoresensi ini dapat meningkatkan keakuratan atau sensitivitas rapid yang selama ini menjadi salah satu kelemahan rapid test yang sudah ada," ujar dia.

Akan tetapi, hingga saat ini, tingkat akurasi tersebut belum dapat dipastikan karena masih dalam tahap pengembangan.

"Iya, belum bisa kita pastikan," kata Ais.

Harga lebih murah

Kelebihan lain yang diharapkan diterima dari rapid test antibodi ini adalah menekan ketergantungan terhadap bahan baku yang berasal dari impor.

"Karena nanopartikel ini berasal dari alam dan kami sintesis sendiri, (sehingga) dapat mengurangi ketergantungan impor dan menjadikan harganya lebih murah," kata Ais.

Namun, untuk harga pasti di pasaran, kata Ais, belum bisa dipastikan berapa angka yang akan ditetapkan.

"Untuk estimasi harga juga sedang kami lakukan perhitungan tekno-ekonominya, karena tergantung dari optimasi proses," jelas dia.

Hingga saat ini, masih dilakukan optimasi intensif skala lab terhadap nanopartikel yang dikembangkan.

"Sehingga nantinya dapat di-scale up ke skala industri untuk diproduksi massal," ujar Ais.

Untuk metode pengambilan sampel, lanjut dia, masih sama dengan rapid test antibodi yang sebelumnya sudah ada yakni melalui sampel darah.

"Akan tetapi, ke depannya, rapid test ini juga memungkinkan untuk dikembangkan menjadi rapid test antigen dengan sampel swab (usap)," kata Ais.

Baca juga: 33 Kereta Api yang Tidak Mensyaratkan GeNose atau Rapid Test Antigen Saat Perjalanan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi