Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap Situasi Pandemi di Indonesia Tak Seburuk India...

Baca di App
Lihat Foto
Dok. PT Jasamarga
Polisi memgecek dokumen pendukung Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) kendaraan yang melintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek pada periode larangan mudik 6-17 Mei 2021
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Situasi pandemi di Indonesia belum terkendali. Penyebaran virus corona masih meluas.

Inilah yang menjadi dasar pemerintah mengeluarkan larangan mudik Lebaran 2021 yang berlaku 6 Mei hingga 17 Mei 2021.

Meski ada larangan mudik, kenyataannya, banyak tetap nekat pulang kampung menggunakan kendaraan roda dua, mobil pribadi, maupun cara-cara yang lainnya.

Pemerintah dan ahli mengingatkan dan berharap masyarakat mematuhi aturan pemerintah agar situasi pandemi pasca-Lebaran tak lebih buruk dari yang ada saat ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 1,5 Juta Kasus Covid-19 Sepekan, India Diminta Lock Down

Apalagi, berkaca dari apa yang terjadi di India. India mengalami gelombang "tsunami" Covid-9 setelah adanya perayaan yang mengumpukan jutaan orang. 

Peningkatan tajam kasus penularan Covid-19 di India salah satunya setelah pelaksanaan festival keagamaan tanpa penerapan protokol kesehatan yang baik.

Kita tak berharap situasi pandemi di Indonesia tak seburuk yang dialami India.

Mudik berpotensi tingkatkan penularan virus

Epidemiolog dari Universitas Diponegoro, Ari Urdi, mengatakan, kegiatan mudik yang saat ini berlangsung di Indonesia sangat berpotensi meningkatkan terjadinya penularan virus di masyarakat.

"(Berada) Dalam kendaraan dalam waktu lama, dengan ruang yang jauh lebih sempit, pasti mengabaikan masker, dan pasti tertutup rapat karena berpendingin udara. Bisa bayangkan apa yang terjadi dengan para penumpang tersebut?" kata dia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (8/5/2021).

Hal ini, lanjut Ari, tak hanya terjadi saat ada kegiatan mudik. Tetapi juga rangkaian aktivitas selama bulan Ramadhan. 

"Bukan saya tidak setuju dengan ini, tetapi menjaga kepatuhan menggunakan masker sangat sulit. Katakan berjarak sudah bisa karena kelihatannya hampir semua masjid sudah menerapkan pengaturan jarak, tetapi menggunakan masker, itu tergantung kesadaran dari masing-masing jamaah," ujar dia.

Baca juga: Pemerintah India Sebut Mutan Ganda Terkait dengan Lonjakan Kasus Covid-19

Berharap tak separah India

Meski risiko penularan sangat mungkin terjadi dari kegiatan mudik Lebaran, Ari optimistis situasi di Indonesia tak separah yang dialami oleh India.

Hal itu salah satunya karena masih banyak kelompok masyarakat di Indonesia yang menyadari pentingnya protokol kesehatan dan bahaya Covid-19.

"Saya masih bersyukur setidaknya masih ada masyarakat Indonesia yang saling mengingatkan terkait prokes. Tidak seperti di India, seperti yang saya lihat di medsos, kelihatannya semua sudah abai dengan prokes," sebut Ari.

Di Indonesia, meski tak semua taat dengan aturan yang ditetapkan pemerintah, imbauan untuk selalu patuh protokol kesehatan bisa kita jumpai di berbagai tempat. 

"Anda bisa lihat, setidaknya perintah menggunakan masker dan berjarak ada di mana-mana, dan kita sering lihat juga ada orang yang mau menegur dengan baik bila seseorang tidak menggunakan masker atau berkerumun," kata dia.

Apa yang masih bisa dilakukan untuk menekan potensi buruk terjadinya penularan virus corona di masyarakat?

Ari mengatakan, yang terpenting adalah sinergi antara aparat dan masyarakat dalam mengawasi pendatang yang masuk ke wilayahnya.

"Saya rasa Jogo Tonggo, sinergi aparat dan masyarakat, harus lebih digalakkan. Setiap pendatang wajib kita catat dan ini tugas RT/RW yang mata-matanya adalah tetangga di sekitar rumah di mana ada pendatangnya. Mereka dilaporkan dan mungkin akan ada tindak lanjutnya," papar Ari.

Ia menyebutkan, untuk menciptakan Indonesia yang terbebas dari pandemi Covid-19, dibutuhkan kontribusi nyata semua pihak

Tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau masyarakat saja. 

Sementara itu, saat dihubungi secara terpisah, Epidemiolog dari Griffith University menyebutkan, ada sejumlah hal yang perlu dilakukan untuk menekan potensi buruk yang akan terjadi dari kegiatan mudik ini.

Upaya yang bisa dilakukan adalah peningkatan surveilans baik di rumah sakit maupun masyarakat, penguatan sistem kesehatan (ketersediaan ruang rawat, ICU, pasokan oksigen, APD, sistem rujukan), juga akselerasi vaksinasi terutama bagi kelompok rentan.

"Karena semua itu harus siap kalau dalam situasi terburuk. Ini perlu disiapkan, panik nanti semua, korban jiwa manusia," kata Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (8/5/2021).

Terakhir, skema PSBB Jawa-Bali setelah masa Lebaran dan penguatan new normal, salah satunya sistem kerja yang menerapkan WFH (kerja dari rumah).

"Untuk meredam, setidaknya di Jawa-Bali dan kota raya di luar Jawa-Bali yang sudah serius seperti Medan, Sulawesi, atau Kalimantan," ujar dia.

Tiga musuh prioritas

Sementara itu, Dicky menyebutkan, dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, kita memiliki tiga musuh yang masuk dalam jajaran prioritas atau utama.

Pertama, virus itu sendiri beserta varian barunya; kedua adalah infodemik seperti hoaks, teori konspirasi, dan lain sebagainya; terakhir adalah perilaku manusia baik masyarakat maupun pemerintah.

"Perilaku ini harus sama-sama mengoreksi diri, yang benar, sesuai dalam konteks pengendalian pandemi. Bukan hanya masyarakat saja, tapi manusia ini kan ada di masyarakat dan pemerintahan," kata Dicky. 

Ia mengingatkan, jika tingkat kepatuhan masyarakat sudah menurun, maka mobilitas dan interaksi semakin sulit dibendung yang berarti akan memudahkan virus bertransmisi.

"Dampak buruknya tentu ke peningkatan kasus infeksi, peningkatan kesakitan, peningkatan kematian. Itu fakta yang tidak bisa dihindari," ujar dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi