Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Rachel Corrie, Pejuang Palestina yang Tewas Dilindas Buldoser Israel

Baca di App
Lihat Foto
Instagram/marginal_mennonite_society
Rachel Corrie
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Ketegangan antara Israel dan Palestina kembali memanas dalam beberapa hari terkahir.

Hal ini bermula ketika Israel mengancam akan mengusir warga Palestina yang tinggal di kawasan Sheikh Jarrah.

Bentrokan antara kedua pihak pun tak terhindarkan. Tercatat ratusan orang terluka akibat insiden tersebut.

Baca juga: Trending #SaveSheikhJarrah di Twitter, Apa yang Terjadi di Palestina?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rachel Corrie

Konflik Israel-Palestina merupakan salah satu yang paling menyita perhatian internasional dan masih berlangsung hingga detik ini.

Beragam upaya dilakukan untuk mencapai titik temu dalam mendamaikan kedua pihak, tapi selalu menemui jalan buntu.

Tak sedikit aktivis internasional yang terjun langsung ke wilayah itu untuk memperjuangkan hak-hak warga Palestina, salah satunya adalah Rachel Corrie.

Rachel Corrie merupakan aktivis perdamaian Amerika Serikat berusia 23 tahun dari Olympia, Washington.

Perjuangannya harus berakhir kala ia dilaporkan meninggal dunia setelah dilindas buldoser Israel pada 2003 silam.

Corrie dikenal karena kecintaannya pada perdamaian dan membela hak-hak Palestina. Ia juga sering mengungkap pelanggaran yang dilakukan Israel di wilayah Palestina, seperti dilansir dari Anadolu Agency.

Pada 2003, ia pergi ke Gaza untuk tugas kuliah, yaitu menghubungkan kampung halamannya dengan Rafah sebagai bagian dari proyek sister city.

Selama tinggal di sana, ia terlibat dengan anggota Gerakan Solidaritas Internasional (ISM), sebuah LSM pro-Palestina.

Baca juga: Mengenal Sheikh Jarrah, Kawasan Palestina yang Terancam Digusur Israel

Tameng manusia

Pada Maret 2003, ia bersama delapan aktivis lainnya memposisikan diri sebagai tameng manusia dalam upaya menghentikan pembokaran di kamp pengusi Rafah.

Mengutip BBC, otoritas Israel mengklaim bahwa pembongkaran diperlukan karena orang-orang bersenjata Palestina menggunakan bangunan itu sebagai tameng untuk menembaki pasukan keamanan Israel yang berpatroli.

Mereka juga menuduh adanya terowongan penyelundupan senjata di bawah perbatasan Gaza-Mesir di balik bangunan itu.

Corrie percaya bahwa identitasnya sebagai orang Barat dan rambut pirangnya akan menghalangi buldoser itu, tapi prediksinya salah.

Baca juga: Video Viral Mobil Seberangi Sungai Disebut akibat Penyekatan Mudik, Bagaimana Faktanya?

Kronologi kejadian

Saksi mata mengatakan, Corrie naik ke atas tumpukan tanah yang berada di jalur buldoser.

"Buldoser itu melaju ke arahnya dengan sangat lambat. Dia terlihat jelas sepenuhnya, tepat di depan mereka," kata rekan aktivis Tom Dale.

"Sayangnya dia tidak bisa menahan cengkeramannya di sana dan dia mulai terpeleset. Dia dalam masalah serius. Ada kepanikan di wajahnya saat dia berbalik," sambungnya.

Semua aktivis berteriak lalu berlari ke arah buldoser, dan berusaha menghentikannya. Tapi buldoser itu tetap berjalan menabrak Corrie. 

Dia sempat dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans Bulan Sabut Merah, namun nyawanya tak tertolong.

Simbol perjuangan Palestina

Orang-orang Gaza menggambarkannya sebagai "martir" dan melakukan pemakaman besar-besaran untuk teman Amerika mereka.

Tidak ada senator AS yang menghadiri pemakamannya.

Investigasi Israel atas kematiannya menyimpulkan bahwa itu adalah kecelakaan. Baik komunitas internasional maupun orang tua Corrie tidak mempercayai penjelasan Israel.

Baca juga: 10 Negara yang Masih Bebas Covid-19 Setelah Setahun Lebih Pandemi

Pada tahun 2005, orang tua Corrie mengajukan gugatan perdata terhadap Israel, menyatakan bahwa dia sengaja dibunuh atau bahwa tentara telah menunjukkan kelalaian kriminal.

Mereka menuntut ganti rugi simbolis sebesar satu dolar AS.

Pengadilan Israel menolak gugatan pada tahun 2012 yang memutuskan bahwa pemerintah Israel tidak bertanggung jawab atas kematiannya.

Putusan itu dikecam oleh organisasi hak asasi manusia seperti Amnesty International dan Human Rights Watch, serta aktivis.

Sejak saat itu, Corrie menjadi salah satu simbol perjuangan Palestina.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Uang Pecahan 1.0 yang Viral di TikTok dan Kegunaannya

Catatan harian Corrie

Usai kematian, catatan dan email Corrie saat di Palestina disebarkan dalam berbagai bentuk.

Disebutkan pada awal 2003, pasukan, tank, dan kendaraan lapis baja Israel setiap hari hadir di Rafah dan kota-kota lain. Penembak jitu ditempatkan di menara pengawas, helikopter dan pesawat militer berdengung di langit.

Intifada kedua atau pemberontakan Palestina, telah dimulai lebih dari dua tahun sebelumnya, dan pembom bunuh diri secara teratur dikirim dari Gaza dan Tepi Barat.

"Tak ada bacaan, konferensi, film dokementer atau kata orang dari mulut ke mulit, yang dapat mempersiapkan saya untuk melihat kenyataan situasi di sini. Anda tidak dapat membayangkan kecuali melihatnya sendiri," tulis Corrie di salah satu emailnya kepada keluarga dan temannya di Olympia, dikutip dari The Guardian.

Tiga minggu kemudian, dia memberi tahu ibunya, Cindy.

"Saya menyaksikan genosida kronis dan berbahaya. Saya benar-benar takut dan mempertanyakan keyakinan mendasar saya pada kebaikan kodrat manusia," tulisnya.

"Ini harus dihentikan. Saya pikir itu ide yang baik bagi kita semua untuk meninggalkan segalanya dan mengabdikan hidup kita untuk menghentikannya. Ketidakpercayaan dan ketakutan adalah apa yang saya rasakan," sambungnya

Baca juga: Video Viral Diklaim Rombongan Mudik Jokowi, Ini Penjelasan Istana

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi