Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Jadi Santapan Lebaran, Bagaimana Sejarah Ketupat?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/HAPELINIUM
Ilustrasi ketupat yang dibungkus janur alias daun kelapa.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Apa sajian khas yang disajikan di keluarga Anda saat momen Idul Fitri?

Salah satu yang biasanya terjadi adalah ketupat dengan aneka menu pendamping yang menggugah selera.

Tahukah Anda, ketupat bukan sekadar makanan biasa yang dimunculkan saat Lebaran.

Ada sejarah panjang dari kemunculannya. Selain itu, ketupat juga memiliki nilai historis tersendiri.

Baca juga: Melihat Makna Ketupat sebagai Fenomena Kebudayaan Indonesia...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana sejarah ketupat?

Awalnya, ketupat bukan tradisi yang identik dengan Islam maupun Lebaran.

Hal tersebut pernah disampaikan oleh Sejarawan Universitas Padjajaran Bandung, Fadly Rahman.

"Ketupat sudah ada pada masa pra-Islam dan tersebar di wilayah hampir di Asia Tenggara dengan nama yang berbeda-beda. Selain itu, ketupat juga identik dengan tradisi animisme," ujar Fadly seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (30/5/2019).

Menurut dia, pada zaman dulu, di Nusantara ada tradisi menggantung ketupat di tanduk kerbau untuk mewujudkan rasa syukur karena panen yang dihasilkan.

Di masa sekarang, tradisi menggantung ketupat ini juga masih dilakukan di beberapa tempat. Yang digantung adalah ketupat kosong. Ketupat kosong digantung di pintu rumah untuk menolak bala.

 

Ketupat menjadi identik dengan Lebaran, tak lepas dari pengaruh Sunan Kalijaga.

Seperti diketahui, pada abad 15-16, Sunan Kalijaga merupakan pendakwah di Pulau Jawa yang cukup terkenal dalam menyiarkan agama Islam.

Fadly mengatakan, Sunan Kalijaga mengkreasikan makanan tersebut sebagai makanan khas Lebaran.

Cara ini yang kemudian dianggap menarik minat masyarakat Jawa pada Islam.

"Titik tolaknya ketika Sunan Kalijaga menyebarkan Islam di kalangan masyarakat Jawa yang saat itu masih transisi beragama Islam," ujar Fadly.

Akhirnya, ketupat menyebar dan setiap daerah memiliki penamaan masing-masing. 

Di Jawa dan Sunda menyebut ketupat dengan "kupat". Di Melayu, sebutannya ketupat.

Di Bali, masyarakat menyebutnya dengan tipat. Ada juga wilayah lain yang menyebut ketumpat.

Sementara itu, Sejarawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Rojil Nugroho Bayu Aji juga menyebutkan hal serupa.

Menurut dia, ketupat diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga walaupun sebenarnya bukan dari tradisi Timur.

"Ketupat ini dari tradisi lisan (cerita rakyat) mulai familiar saat Sunan Kalijaga dan nilai filosofinya tak ada kaitannnya dengan Islam," kata Rojil seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (30/5/2019).

Makna ketupat

Menurut Rojil, orang Jawa dan Sunda memaknai ketupat sebagai pengakuan kesalahan.

"Maknanya, 'kulo lepat, ngaku lepat' (Saya salah, saya mengakui kesalahan)," kata dia.

Dengan mengaku lepat (salah) dan minta maaf, saat kesalahan termaafkan maka persaudaraan bisa terjalin.

Mengutip Harian Kompas, Sabtu (19/9/2009), yang bersumber dari Malay Annal (1912), HJ de Graff menuliskan bahwa ketupat adalah simbol perayaan hari raya Islam di masa pemerintahan Demak saat dipimpin Raden Fatah pada awal abad ke-15.

Ia menduga, alasan pembungkusan ketupat memakai janur berkaitan dengan budaya di wilayah pesisir. Hal ini karena pohon kelapa banyak tumbuh di dataran rendah.

Selain itu, adanya warna kuning memberikan arti khas yang membedakan dari warna hijau dari Timur Tengah dan merah dari Asia Timur.

KOMPAS.com/AKBAR BHAYU TAMTOMO Ketupat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi