Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kalap" Makan Rendang Saat Lebaran? Simak Saran Ahli Gizi Ini

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/YOGI HADIJAYA
Ilustrasi rendang daging sapi khas Padang.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Rendang, makanan khas Mingangkabau ini, masuk dalam kategori 50 makanan terbaik di dunia pada April 2021.

Melansir CNN, 14 April 2021, rendang berada di urutan ke-11 dari 50 makanan terbaik di dunia.

Makanan dari olahan daging dan berbagai rempah ini tak hanya ada di Sumatera Barat, tetapi juga jadi menu andalan di tersedia di berbagai wilayah di Indonesia.

Rendang juga kerap dijadikan makanan pilihan keluarga perayaan tertentu, seperti Idul Fitri dan Idul Adha.

Baca juga: INFOGRAFIK: Resep dan Cara Membuat Rendang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana anjuran ahli gizi soal konsumsi rendang?

Anjuran konsumsi harian

Batas konsumsi rendang bisa diukur dengan anjuran konsumsi daging sapi harian.

Ahli gizi yang juga dosen departemen kesehatan gizi Universitas Gajah Mada, Dr. Toto Sudargo, SKM., M.Kes, mengatakan, sebaiknya rendang dikonsumsi sesuai anjuran konsumsi harian.

"Sebaiknya tetap dikonsumsi sesuai anjuran konsumsi daging merah dan jangan berlebihan," ujar Toto, saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/5/2021).

Anjuran konsumsi daging sapi harian yang disarankannya yaitu 50-100 gram per hari atau sekitar 500 gram minggu.

Dari jumlah di atas, daging sapi memiliki kandungan zat gizi meliputi:

Konsumsi daging harian dianggap berlebih atau tinggi jika konsumsinya lebih dari 90 gram per hari.

"Asupan daging merah sebaiknya dibatasi karena asupan daging merah yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko kanker usus," jelas Toto.

Baca juga: Viral Jadi Rebutan Emak-emak, Berikut Cerita Rendang hingga Jadi Masakan Populer

Jangan konsumsi setiap hari

Daging memang menjadi salah satu menu dalam 4 sehat 5 sempurna. Akan tetapi, konsumsi daging berlebihan justru akan menimbulkan berbagai penyakit.

"Beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi daging merah berlebihan dapat memicu adenokarsinoma pada kolon atau usus besar," terang Toto.

Oleh karena itu, Toto menganjurkan agar konsumsi daging dibatasi dengan tetap memperhatikan total asupan per minggu.

Ia menyebutkan, ada salah satu zat dalam daging merah yang diduga bersifat karsinogenik dalam daging merah.

Ketika bahan kimia yang disebut haem dipecah di usus, zat kimia N-nitroso akan terbentuk. Ini dapat merusak sel-sel yang melapisi usus, yang dapat menyebabkan kanker usus.

"Masyarakat yang pola konsumsinya daging ada kemungkinan menderita kanker lebih tinggi dibanding masyarakat yang konsumsi dagingnya lebih rendah," ujar Toto.

Imbangi dengan sayur

Sama dengan daging merah, rendang juga memiliki batasan konsumsi. Mengingat proses memasak rendang yang membutuhkan waktu berjam-jam, maka berpengaruh pada kandungan gizinya.

"Sebuah studi menunjukkan zat-zat gizi dalam rendang berubah karena proses pemasakan yang lama. Yaitu proteinnya dan asam amino-nya berkurang dibandingkan dengan daging segar," jelas Toto.

Toto juga mengatakan, rendang memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi.

Akan lebih baik jika sumber protein bervariasi setiap harinya. Jangan hanya makan rendang atau daging terus menerus.

"Lebih mengutamakan variasi sumber protein," kata Toto.

Makan rendang sesekali dalam jumlah cukup tidak apa-apa. Asalkan, diimbangi dengan mengonsumsi sayur atau lalapan.

"Bila tidak ada pilihan, maka perlu ada pendampingnya, yaitu sayur atau lalapan yg telah dimasak," kata Toto.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Resep Rendang

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi