Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Beduk Lebaran di Batavia

Baca di App
Lihat Foto
YUNIADHI AGUNG
Beduk-beduk ditata di dalam Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (24/5/2020), bertepatan dengan Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriah. Masjid Istiqlal tak menyelenggarakan shalat Idul Fitri pada tahun 2020 untuk mengurangi risiko penularan Covid-19.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Idul Fitri 1 Syawal 1442 Hijriah resmi ditetapkan jatuh pada Kamis (13/4/2021).

Kepastian tersebut diperoleh dari hasil sidang isbat yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas-ormas Islam.

Sidang isbat digelar pada Selasa (11/5/2021) atau bertepatan dengan 29 Ramadhan 1442 H.

Sidang isbat penetapan Idul Fitri 1 Syawal 1442 H itu disiarkan langsung dan dapat disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia melalui YouTube Kemenag RI dan TVRI.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Pengumuman Sidang Isbat Dinilai Terlalu Malam, Kemenag Beri Penjelasan

Berkat perkembangan teknologi komunikasi, masyarakat kini bisa mengikuti jalannya sidang isbat, hingga mengetahui penetapan Idul Fitri 1 Syawal 1442 H secara langsung.

Kondisi tersebut sangat jauh berbeda dengan situasi masyarakat pada dekade 1930-an, ketika Indonesia masih di bawah koloni Hindia Belanda.

Untuk mengabarkan berakhirnya bulan Ramadhan dan hadirnya bulan Syawal, masyarakat ketika itu memiliki cara yang terbilang unik. Seperti apa?

Baca juga: Simak, Ini Panduan Shalat Idul Fitri 1442 H dari Kemenag

Beduk Lebaran di Batavia

Mengutip Harian Kompas, 26 Mei 2020, Menteri Luar Negeri era Presiden Soekarno, Mohamad Roem menyebutkan, masyarakat di perkampungan sekitar Batavia (kini Jakarta) sangat bergantung dengan beduk selama menjalani ibadah puasa.

Penetapan awal bulan Ramadhan hingga masuknya waktu berbuka puasa diumumkan melalui beduk.

Pukulan beduk menjadi hal yang sangat dinantikan sebagai sumber informasi.

Baca juga: Panduan Takbiran Menyambut Hari Raya Idul Fitri 1442 H

Kenangan tentang beduk Ramadhan itu ditulis oleh Roem dalam buku Bunga Rampai dari Sejarah II (1977).

"Kemudian tiap hari di waktu sore, bunyi beduk itu pada titik yang tepat membawa berita gembira bahwa kita sudah boleh makan dan minum lagi. Serta rasa puas bahwa kita sudah beribadah puasa satu hari lagi," tulis Roem.

Namun, beduk tak hanya berperan sebagai pemberi informasi saat menjalankan ibadah puasa.

Baca juga: Imbauan Epidemiolog soal Shalat Idul Fitri Berjemaah

Saat akhir Ramadhan, beduk memberikan informasi bagi masyarakat di sekitar Batavia untuk melaksanakan Idul Fitri.

Di tengah keterbatasan informasi pada saat itu, suara beduk jadi sumber informasi penting pada malam pengujung bulan Ramadhan.

Penduduk pada perkampungan di sekitar Batavia sangat mengandalkan suara beduk pada malam ke-29 Ramadhan. Jika beduk tidak berbunyi, artinya puasa harus digenapkan menjadi 30 hari.

Baca juga: Makanan yang Baik Dikonsumsi saat Berbuka Puasa, Apa Saja?

Alarm tanda Idul Fitri

Akan tetapi, tak jarang beduk penanda Idul Fitri yang dinanti baru terdengar pada malam hari saat penduduk sudah mulai bersiap untuk tidur.

Penduduk yang telah memadamkan penerangan di rumah, ibu-ibu yang sudah meninggalkan dapur, hingga pemilik warung yang telah menutup kedainya, dikejutkan oleh suara beduk yang menandakan Ramadhan telah berakhir.

Suara beduk itu bak alarm yang membangunkan kembali aktivitas warga perkampungan di sekitar Batavia. Sunyi senyap suasana perkampungan berubah menjadi keramaian seketika.

Baca juga: Simak, Ini Panduan Shalat Idul Fitri 1442 H dari Kemenag

Ibu-ibu kembali sibuk di dapur mempersiapkan makanan untuk disantap setelah shalat Idul Fitri, sedangkan warung-warung kembali buka untuk melayani orang-orang yang berbelanja berbagai kebutuhan.

Begitulah keajaiban bunyi beduk di pengujung bulan Ramadhan. Sukacita amat dirasakan oleh segenap warga di perkampungan.

Momen ini bahkan juga turut dikenang oleh istri Mohamad Roem yang harus membuat ketupat secara dadakan karena beduk pengumuman Idul Fitri yang baru terdengar jelang larut malam.

Sebuah kesibukan yang menjadi ciri khas pada zamannya, namun menjadi momen tak terlupakan di tengah segala keterbatasan.

Baca juga: Panduan Lengkap Takbiran dan Shalat Idul Fitri 1442 H di Masa Pandemi Covid-19

Metode penentuan Idul Fitri kala itu

Momen membuat ketupat dadakan yang dialami oleh istri Mohamad Roem, serta keramaian kampung yang mempersiapkan Idul Fitri pada malam hari selepas beduk, tidak terlepas dari metode penentuan akhir Ramadhan yang digunakan.

Saat itu, masyarakat yang menanti beduk praktis mengandalkan metode rukyat, yakni penentuan Syawal dengan cara mengamati hilal atau bulan sabit tipis.

Melalui metode rukyat, para pemuka agama saat itu melakukan pengamatan dengan saksama.

Baca juga: Sidang Isbat Penentuan 1 Ramadhan 1442 H: Jadwal, Agenda, dan Lokasi Rukyatul Hilal

Jika hilal telah terlihat, hasil pengamatan harus disampaikan secara bertahap hingga ke perkampungan di sekitar Batavia.

Inilah yang menyebabkan keterlambatan bunyi beduk hingga jelang larut malam. Kondisi itu amat berbeda dengan saat ini ketika hasil pengamatan hilal dapat disiarkan secara langsung melalui medium teknologi yang ada.

Namun, persis seperti kondisi saat ini, perbedaan perayaan Lebaran juga terjadi semasa pemerintah kolonial karena perbedaan metodologi yang digunakan.

Baca juga: Jadwal Operasional Perusahaan Ekspedisi Selama Libur Lebaran 2021

Selain rukyat, juga terdapat metode hisab yang digunakan oleh Muhammadiyah, yaitu dengan menghitung secara astronomis untuk menentukan posisi bulan.

Meski berbeda, kondisi ini tidak menimbulkan perdebatan. Menurut Roem, pemerintah kolonial justru mengambil jalan tengah, yakni memberikan libur selama dua hari saat Idul Fitri.

Tanggal 1 Ramadhan dan 1 Syawal yang sebelumnya hari libur berubah menjadi libur selama dua hari saat awal bulan Syawal.

Dengan demikian, baik pengikut metode rukyat maupun hisab dapat merasakan khidmatnya momen Idul Fitri bersama keluarga.

Hingga kini, Indonesia masih menerapkan kebijakan libur dua hari selama Idul Fitri. 

Baca juga: Jadwal Operasional Bank Mandiri, BCA, BNI, dan BRI Selama Libur Lebaran 1442 H

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi