KOMPAS.com - Nyamuk merupakan serangga terbang yang hidup di sebagian besar belahan dunia, dengan lebih dari 3.500 spesies.
Nyamuk kerap menjadi makhluk pengganggu kala seseorang tidur.
Saat nyamuk menggigit orang, reaksi yang paling umum terhadap gigitan adalah gatal dan bengkak.
Baca juga: 5 Tanaman yang Dapat Mengusir Nyamuk
Karenanya, beragam cara dilakukan untuk mengusir serangga penghisap darah ini, misalnya menyemprotkan obat atau menggunakan lotion anti nyamuk.
Nyamuk dewasa hidup sekitar 2-4 minggu tergantung pada spesies, kelembapan, suhu, dan faktor lainnya.
Kendati demikian, nyamuk betina seringkali hidup lebih lama dibandingkan nyamuk jantan.
Baca juga: Kenapa Gigitan Nyamuk Membuat Gatal?
Namun, tahukah Anda jika tak semua nyamuk menghisap darah manusia dan hewan?
Mendapatkan nutrisi dan protein
Melansir Scientific American, hanya nyamuk betina yang menggigit manusia dan hewan mengambil darahnya.
Sebab, nyamuk betina membutuhkan darah itu untuk mendapatkan nutrisi dan protein yang dibutuhkan telur mereka.
Pada dasarnya, darah kita adalah suplemen prenatal nyamuk yang sempurna.
Baca juga: Minum Bir Bikin Rentan Digigit Nyamuk, Benarkah?
Nyamuk betina menggunakan organ yang disebut palp rahang atas untuk mendeteksi karbon dioksida yang dikeluarkan hewan dan manusia saat mengembuskan napas.
Mereka juga dapat menangkap isyarat termal seperti suhu tubuh kita, dan bahkan aroma tertentu yang kita pancarkan, sehingga menjadikannya pemangsa tanpa henti.
Nyamuk jantan tidak mampu menggigit karena mereka tidak memiliki bagian mulut khusus yang diperlukan untuk menusuk kulit.
Baca juga: Awas Nyamuk Bertebaran saat Musim Hujan, Begini 5 Cara Membasminya
Fungsi darah
Selain nutrisi bagi telur, darah juga berfungsi sebagai minuman menyegarkan bagi nyamuk di hari yang panas dan kering.
Sebuah studi baru menemukan bahwa nyamuk yang mengalami dehidrasi lebih agresif, lebih sering mendarat di inang dan makan lebih sering daripada nyamuk yang memiliki akses ke air.
Ahli biologi di University of Cincinnati Joshua Benoit mengatakan, nyamuk juga meningkatkan penyebaran penyakit dalam memuaskan dahaga mereka.
Baca juga: Virus Corona, Wabah Demam Berdarah, dan Analisis Para Ahli...
Karena beberapa nyamuk bertelur di air, para peneliti telah lama berasumsi bahwa kondisi yang lebih basah menyebabkan lebih banyak penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Namun penelitian terbaru menunjukkan hal yang sebaliknya, yaitu adanya keterkaitan antara peningkatan penularan penyakit, seperti demam dengan kekeringan.
"Tidak sesederhana mengatakan, 'Jika basah, akan ada lebih banyak nyamuk dan lebih banyak penularan penyakit'," kata Benoit.
Baca juga: Waspada Demam Berdarah Dengue, Kenali Gejala dan Ciri-cirinya!