Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Kelahiran Edward Jenner, Bapak Imunologi Penemu Vaksin Pertama di Dunia

Baca di App
Lihat Foto
https://www.jenner.ac.uk
Edward Jenner, Bapak Imunologi yang merupakan penemu vaksin pertama di dunia.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari ini 272 tahun lalu, tepatnya 17 Mei 1949, merupakan hari kelahiran Edward Jenner.

Edward Jenner adalah penemu vaksin cacar sapi, vaksin pertama di dunia.

Temuan Jenner telah menyelamatkan banyak nyawa di dunia. Ia pun dijuluki sebagai bapak imunologi.

Penggunaan vaksin berperan penting dalam melawan berbagai penyakit akibat virus.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Militer Uni Soviet Mundur dari Afghanistan Usai 8 Tahun Berperang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, ketika virus corona penyebab Covid-19 menyebar dan jadi permasalahan berbagai negara.

Bagaimana kisah Jenner hingga bisa menjadi bapak imunologi?

Magang di tempat ahli bedah

Edward Jenner lahir di Berkeley, Gloucestershire, Inggris pada 17 Mei 1794.

Melansir Jenner Institute, dia adalah anak kedelapan dari sembilan bersaudara.

Orangtuanya bekerja sebagai pendeta, bernama Stephen Jenner dan Sarah.

Jenner bersekolah di Wotton-under-Edge dan Cirencester. Saat usianya menginjak 14 tahun, Jenner magang bersama seorang ahli bedah di Chipping Sodbury, Daniel Ludlow.

Selama tujuh tahun, dia belajar dan mendapat pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ahli bedah.

Selanjutnya, pada 1770, Jenner pindah ke Rumah Sakit St. George di London, untuk menyelesaikan pelatihan medisnya di bawah bimbingan ahli bedah dan eksperimentalis John Hunter.

Hunter dengan cepat mengenali kemampuan Edward dalam pembedahan dan penyelidikan, serta pemahamannya tentang anatomi tumbuhan dan hewan.

Keduanya pun berteman dan jadi rekan karib.

Dua tahun setelahnya, Jenner kembali ke Berkeley untuk membuka praktik medis dan ahli bedah lokal.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Sukhoi Superjet 100 Jatuh Usai Tabrak Tebing di Gunung Salak, 45 Orang Tewas

Penemuan vaksin

Pada Mei 1796, seorang gadis dari perusahaan susu, Sarah Nelmes, berkonsultasi dengan Jenner tentang ruam di tangannya.

Dia mendiagnosis bahwa ruam itu akibat salah satu sapi Gloucester yang sebelumnya menderita cacar sapi.

Cacar adalah peyakit yang menyebabkan banyak kematian masa itu, terutama di antara anak-anak.

Dari kasus ini, Jenner mulai menguji sifat perlindungan cacar sapi dengan memberikannya kepada seseorang yang belum pernah menderita cacar.

Melansir BBC, Jenner melakukan eksperimennya pada seorang anak berusia delapan tahun bernama James Phipps.

Jenner memasukkan nanah yang diambil dari pustula cacar sapi dan memasukkannya ke dalam sayatan di lengan bocah itu.

Dia menguji teorinya, yang diambil dari cerita rakyat pedesaan, bahwa gadis pemerah susu yang menderita penyakit ringan cacar sapi tidak pernah tertular cacar.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Adolf Hitler Meninggal Bunuh Diri Usai 36 Jam Menikah

Jenner kemudian membuktikan bahwa setelah diinokulasi dengan cacar sapi, Phipps kebal terhadap cacar.

Atas eksperimennya, Jenner menyerahkan makalah ke Royal Society pada 1797.

Dia pun mencoba eksperimen yang sama pada beberapa anak lain, termasuk putranya sendiri yang masih berusia 11 bulan.

Ia pun berhasil membuktikan bahwa eksperimennya terhadap cacar sapi mampu melindungi manusia dari penyakit cacar.

Pada 1798, hasil akhir eksperimennya dipublikasikan dan muncullah istilah dalam bahasa Latin 'vacca' yang kemudian dikenal dengan vaksin.

Antivaksin

Kaum antivaksin rupanya sudah ada sejak awal mula terciptanya vaksin. Orang-orang takut akan risiko dan menentang vaksin atas dasar agama.

Pada masa itu, memang belum banyak yang memahami infeksi. Sampel cacar sapi sering kali terkontaminasi oleh penyakit cacar itu sendiri.

Ada ketakutan bahwa vaksin cacar sapi tidak lebih aman daripada inokulasi cacar.

Banyak pula ahli bedah yang tidak ingin Jenner berhasil. Mereka adalah variolator yang pendapatannya besar terancam oleh pengobatan cacar sapi Jenner yang lebih aman dan efektif.

Variolasi sempat dilarang oleh Undang-Undang Parlemen pada 1840. Akan tetapi, vaksinasi dengan cacar sapi kemudian diwajibkan pada 1853.

Hal ini menuai protes dan banyak demo penentang vaksin untuk menuntut kebebasan memilih.

Perkembangan vaksin

Jenner terus mengembangkan penemuannya. Dia pun mengembangkan teknik untuk mengambil materi dari cacar sapi manusia dan mengeringkannya ke benang atau kaca sehingga dapat diangkut secara luas.

Teknik memasukkan bahan di bawah kulit untuk menghasilkan perlindungan terhadap penyakit dikenal secara universal sebagai vaksinasi.

Pada 1967, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meluncurkan kampanye pemberantasan cacar di seluruh dunia.

Saat itu ada hampir 15 juta kasus cacar setiap tahunnya di Amerika Selatan, Afrima dan anak benua India.

Setelah program vaksinasi dijalankan selama bertahun-tahun, pada 1980 WHO secara resmi menyatakan "cacar sudah mati".

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Program Wajib Belajar Dicanangkan Soeharto

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi