Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Museum Kebangkitan Nasional sejak Tahun 1899

Baca di App
Lihat Foto
Dokumen Kemdikbud
Stovia, cikal bakal Museum Kebangkitan Nasional
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Hari ini adalah Hari Kebangkitan Nasional. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional sering dilakukan di Museum Kebangkitan Nasional yang berada di Jl Dr. Abdul Rahman Saleh Nomor 23, Jakarta Pusat.

Gedung museum ini adalah gedung tua yang menyimpan ribuan memori yang terkoleksi dari masa ratusan tahun.

Sebelum menjadi Museum Kebangkitan Nasional, gedung ini dikenal dengan nama Gedung Stovia, atau gedung sekolah kedokteran yang didirikan oleh Belanda dengan nama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen atau disingkat STOVIA.

Sekolah kedokteran jaman Belanda ini dikenal oleh para pribumi dengan nama Sekolah Dokter Bumiputra.

Baca juga: Dasar Penetapan Hari Kebangkitan Nasional

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Stovia

Bangunan bersejarah yang berdiri tahun 1899 ini ada di atas lahan seluas 15.742 meter persegi.

Kental dengan arsitektur Belanda, bangunan ini dilapisi tembok-tembok tebal yang kokoh, yang masih bertahan utuh hingga kini.

Dari awal pembuatan, gedung ini memang diperuntukkan sebagai gedung sekolah dan asrama kedokteran Stovia.

Stovia sendiri mengalami perjalanan sejarah cukup panjang. Awalnya, sekolah ini bernama Sekolah Dokter Jawa yang berdiri pada tahun 1851 di Rumah Sakit Militer Weltevreeden atau Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.

Baca juga: Makna Kebangkitan Nasional bagi Kehidupan Saat Ini

Karena aktivitas sekolah menganggu aktivitas rumah sakit, maka dewan pengajar memutuskan untuk memindah sekolah kedokteran di gedung baru di samping rumah sakit.

Tepat di tahun 1899, H.F Rool, direktur Sekolah Dokter Jawa, memulai pembangunan gedung baru tersebut.

Pembangunan gedung ini sempat terhambat masalah biaya. Baru pada tahun 1901, pembangunan selesai sempurna berkat uluran tangan pengusaha perkebunan dari Deli.

Dilansir dari laman kemdikbud.go.id, Stovia menjadi lembaga pendidikan pertama bagi para pelajar dari berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa tokoh nasional bahkan juga menempuh pendidikan di Stovia. Seperti Ki Hadjar Dewantara, Tjipto Mangoenkoesoemo dan R. Sutomo. 

Mulai Juli 1920, kegiatan pendidikan Stovia dipindahkan ke gedung baru di Salemba. Sedangkan ruang-ruang kelas yang ada dimanfaatkan sebagai tempat belajar Sekolah Asisten Apoteker.

Baca juga: Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional

Berbagai peralihan fungsi

Pemanfaatan gedung berubah total ketika Jepang datang, sekitar tahun 1942. Selama kurang lebih 12 tahun, gedung pertama difungsikan sebagai kamar tahanan pasukan Belanda yang melawan Jepang.

Kemudian di tahun 1945 hingga 1973, gedung tua tersebut digunakan sebagai hunian keluarga tentara Belanda dan beberapa keluarga asal Ambon.

Ada banyak alasan mengapa gedung ini menjadi gedung penting bagi sejarah bangsa Indonesia. 

Pertama, gedung ini adalah saksi lahirnya organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan seperti Boedi Oetomo, Trikoro Dharmo atau Jong Java, Jong Minahasa, dan Jong Ambon.

Kedua, gedung ini juga merupakan sekolahan elit yang sudah mencetak beberapa tokoh kebangsaan yang berjasa besar bagi Indonesia.

Dengan berbagai alasan itulah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memugar gedung Stovia tepat di tahun 1973. 

Pada 20 Mei 1974, bertepatan dengan peringatan Kebangkitan Nasional, gedung ini diresmikan menjadi Gedung Kebangkitan Nasional oleh Presiden Soeharto.

Gedung yang terbagi menjadi empat bagian itu difungsikan sebagai Museum Budi Utomo, Museum Wanita, Museum Pers dan Museum Kesehatan. Baru pada 7 Februari 1984, gedung Stovia resmi menjadi Museum Kebangkitan Nasional.

Gedung ini pun lantas ditetapkan menjadi Benda Cagar Budaya, sehingga keutuhan gedung harus tetap dilestarikan tanpa adanya perombakan. 

Baca juga: Cara Berkunjung ke Museum Kebangkitan Nasional Selama Era New Normal

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi