Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Kak Seto soal Siswi SMA yang Hina Palestina Dikeluarkan dari Sekolah

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI
Psikologi anak Kak Seto saat ditemui di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (5/1/2021).
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Psikolog anak Seto Mulyadi, yang kerap disapa Kak Seto, menanggapi keputusan dinas pendidikan dan pihak sekolah yang mengeluarkan siswi SMA dari sekolah karena menghina Palestina.

Beberapa waktu terakhir, media sosial diramaikan dengan video seorang remaja yang menghina Palestina.

Meski telah mengaku bersalah dan meminta maaf, siswi tersebut dikeluarkan dari sekolahnya.

Keputusan ini berdasarkan hasil rapat internal yang dilakukan oleh Dinas Cabdin Pendidikan Wilayah III Kabupaten Benteng dengan pihak sekolah.

Baca juga: Gubernur Bengkulu Buka Suara, Kritik Sekolah yang Keluarkan Siswi Penghina Palestina

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebutkan bahwa siswi MS melanggar tata tertib sekolah.

Menurut Kak Seto, keputusan itu sebaiknya tidak dipahami sebagai hukuman, tetapi pembinaan.

Sebab, kesalahan pada anak atau remaja harus tetap memiliki unsur pembinaan.

"Mohon tidak ditekankan bahwa ini hukuman, pemahamannya adalah dibina. Tetap perlu kasih sayang dan kekuatan cinta, arahnya ke sana," kata Kak Seto saat dihubungi Kompas.com, Kamis (20/5/2021).

"Bahwa anak itu salah adalah iya, tapi salah pada anak-anak tetap harus ada unsur pembinaan," lanjut dia.

Ia mengatakan, kasus tersebut kembali menegaskan pentingnya pendidikan oleh orangtua.

Menurut Kak Seto, hal yang paling berbahaya saat ini adalah lepasnya anak atau remaja dari pengawasan keluarga.

Apalagi, sekolah kini tidak bisa berbuat banyak karena pembelajaran dilakukan secara daring.

Baca juga: Siswi SMA Hina Palestina di TikTok, Gubernur Bengkulu Soroti Peran Guru

Kak Seto juga mengingatkan lima isi pokok pendidikan di Indonesia yang salah satunya adalah etika.

"Pemahaman pendidikan harusnya bukan sekedar pelajaran sekolah, tapi lima unsur tadi juga harus mendapat pengawasan dan pembinaan orang tua," ujar Kak Seto.

"Ada unsur etika, nasionalisme, estetika juga merupakan bagian dari pendidikan, di samping unsur ilmu pengertahuan dan teknologi," lanjut dia.

Karena kesibukan setiap orangtua berbeda-beda, Kak Seto mengusulkan adanya pemberdayaan dari lembaga RT dan RW untuk mengawasi anak saat menjalani pembelajaran daring.

"Misal orangtua sibuk, nah itu diberdayakan kerukunan warga, dikedepankan kembali saat pandemi. Kalau tidak ya anak akan berkembang liar dari hoaks, radikalisme, pornografi. Itu sudah mengincar anak-anak dan remaja kita," ujar Kak Seto.

Ia berpendapat, anak-anak harus dilindungi dari pengaruh negatif yang mungkin bisa datang dari temannya melalui media sosial.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi