Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah-kisah Pilu dalam Kerusuhan Mei 1998

Baca di App
Lihat Foto
MAJALAH D&R/RULLY KESUMA
Mobil yang dibakar saat kerusuhan Mei 1998 di kawasan Grogol, Jakarta Barat, 13 Mei 1998.

KOMPAS.com - Kerusuhan Mei 1998 merupakan salah satu peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia.

Kerusuhan itu dipicu oleh penembakan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta Barat hingga mereka meninggal dunia.

Berdasarkan laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), sekitar 1.000 orang tewas dalam kerusuhan Mei 1998 di Jakarta pada bulan itu.

Berikut kisah-kisah pilu dalam peristiwa kerusuhan Mei 1998 yang dihimpun Kompas.com.

1. Toko dijarah

Peristiwa kerusuhan Mei 1998 melebar hingga terjadi aksi penjarahan. Salah seorang saksi mata, Wawan (nama samaran) mengungkapkan saat kejadian, masih duduk di kelas dua SMA. Kala itu, ia melihat toko-toko dijarah, salah satunya toko elektronik di kawasan Jembatan Lima.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya masuk ke sebuah toko di daerah Jembatan Lima. Biasanya toko ini penuh barang elektronik. Hari itu ludes, kosong melompong," kenang Wawan.

Baca juga: Rusuh Mei 1998 di Jakarta: Warga Beringas Jarah Toko, Aparat Turun dari Helikopter Tembaki Penjarah

2. Pemilik toko bersembunyi

Saat kerusuhan Mei 1998 terjadi, situasi di Jakarta sangat mencekam. Saat massa beringas menjarah toko, sang pemilik mencari tempat perlindungan.

"Pemiliknya bersembunyi mengunci diri beserta keluarganya di lantai dua," kata Wawan.

3. Aparat tembaki penjarah

Wawan mengungkapkan, aparat bertindak brutal saat mencoba mengendalikan keamanan. Mereka menembaki para perusuh dan penjarah. Rentetan tembakan tersebut berasal dari helikopter.

"Pas di Jembatan Lima lagi banyak penjarah. Ada helikopter endekat. Nah, lalu keluar tuh orang-orang berseragam hitam (aparat keamanan) dengan menenteng senapan, meluncur pakai tali dari helikopter ke bawah, massa langsung bubar," jelas Wawan.

4. Sebanyak 53 perempuan diperkosa

Temuan TGPF menyebutkan, dalam kerusuhan Mei 1998, terjadi aksi pemerkosaan. Berdasarkan hasil pengumpulan dan verifikasi data, sebanyak 52 orang menjadi korban pemerkosaan. Selain itu, 14 orang koran pemerkosaan dengan penganiayaan; 10 korban penyerangan seksual; dan 9 korban pelecehan seksual.

Sementara Tim Relawan Kemanusiaan untuk Kekerasan Terhadap Perempuan (TRKP) sebagaimana dilansir Kompas.com (20/5/2020), perempuan yang diperkosa dalam kerusuhan berdarah itu mencapai 53 orang. Sebagian besar di Jakarta dan sisanya di Palembang, Medan, Solo dan Surabaya.

Komisioner Komnas Perempuan Periode 1998-2006, Ita Fatia Nadia mengatakan, saat itu ia tergabung dalam Yayasan Perlindungan Kekerasan terhadap Perempuan dan mengaku mendapat laporan kasus pemerkosaan terhadap perempuan. Sebagian korban adalah etnis Tionghoa.

Baca juga: Kekerasan terhadap Perempuan, Peristiwa yang Terlupakan Saat Tragedi Mei 1998

Pukul 15.00 WIB, Ita mendapat telepon laporan pemeriksaan tehadap perempuan etnsi Tionghoa di sebuah apartemen di Jakarta Utara.

Lalu pada pukul 17.00 WIB, ia juga kembali menerima laporan via telepon bahwa ada kasus pemerkosaan di Jembatan 2, Jembatan 3, dan Jembatan 4.

"Kemudian telepon lagi ada pemerkosaan di Glodok," ujar Ita.

5. Ribuan orang tewas

Peristiwa kerusuhan ini juga menyebabkan korban tewas. Menurut TGPF, di Jakarta, korban tewas mencapai 1.190 orang. Mereka tewas akibat terbakar. Sementara 27 orang meninggal karena senjata. Korban luka mencapai 91 orang.

Baca juga: 23 Tahun Tragedi Trisakti: Apa yang Terjadi pada 12 Mei 1998?

Sementara data Polda Metro menyebutkan bahwa 451 orang meninggal. Lalu Kodam Jaya mendata bahwa 463 orang meninggal, termasuk aparat keamanan, dan 69 orang terluka. Sedangkan Pemda DKI menyatakan bahwa 288 orang meninggal dan 101 terluka dalam kerusuhan Mei 1998.

6. Belasan orang hilang

Kerusuhan pecah pada 12 Mei 1998 yang meluluhlantahkan Jakarta dan memicu peristiwa serupa di daerah lain.

Selain penjarahan, pemerkosaan dan pembunuhan, kerusuhan juga menyebabkan sejumlah orang hilang. Berdasarkan data Ikatan Keluarga Orang Hilang (Ikohi) yang dilansir Kompas.com (7/3/2011), sebanyak 4 orang hilang dalam kerusuhan Mei 1998.

Mereka adalah Ucok Muanndar Siahaan, mahasiswa Perbanas, hilang pada 14 Mei 1998); Yadin Muhidin, alumnus Sekolah Pelayaran hilang pada 14 Mei 1998; Hendra Hambali, siswa SMU, hilang pada 15 Mei 1998; dan Abdun Nasser, kontraktor, hilang pada 14 Mei 1998.

Di luar data Ikohi, ada juga orang hilang dalam kerusuhan Mei 1998. Salah satunya adalah Setvanus Sanu.

Dalam wawancara Kompas.com pada 2016 yang dilansir Kompas.com (16/5/2021), ibunda Stevanus, Maria Sanu, mengatakan, anaknya hilang dalam peristiwa kebakaran Yogya Palza, Klender, Jakarta Timur, pada 14 Mei 1998.

Baca juga: Tragedi Kerusuhan Mei 1998, Kisah Pilu Maria Sanu...

Maria mengaku mendapat informasi dari televisi bahwa ada ratusan korban kebakaran yang tidak dapat diidentifikasi dan akan dikuburkan massal. Ia yakin anaknya termasuk ke ratusan korban kebakaran itu.

Namun ketika mendatangi RSCM, Maria tidak bisa menemukan Stevanus karena banyak korban tak bisa dikenali. Ia kemudian melapor ke Polsek Duren Sawit. Namun Stevanus tak juga ditemukan. Akhirnya Maria pun pasrah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Editor: Farid Assifa
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi