Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Orangutan Kebingungan Melintas di Area Tambang, Begini Ceritanya

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar dari video seekor orangutan tengah berjalan di area perusahaan di Kalimantan Timur.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Video memperlihatkan seekor orangutan berjalan di tepi jalan area perusahaan tambang di wilayah Kalimantan beredar luas di berbagai media sosial.

Salah satu akun Instagram yang turut membagikan video tersebut adalah @info_kaltim.

"Seekor Orang Utan terlihat di kawasan salah satu perusahaan di wilayah Desa Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang (Kukar)," tulis akun tersebut.

Sebagian besar warganet menyatakan keprihatinannya atas kejadian tersebut.

"Save primata kalimantan," tulis salah satu warganet.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Video Viral Odometer Sepeda Motor Mentok 99999.9 Lalu Kembali ke Nol, Kok Bisa?

Di area tambang

Dikutip dari Kompas.com, Senin (17/5/2021), video itu direkam oleh seorang sopir dump truk R 23 bermuatan batubara, pada Senin (17/5/2021) sekitar pukul 10.00 Wita.

Saat itu, sopir tersebut melintas melalui Jalan Hauling menuju pelabuhan batubara di Desa Sepaso Timur, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur.

Plt Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim Nur Patria Kurniawan mengatakan, sudah menurunkan tim penyelamat satwa liar (wildlife rescue) ke lokasi untuk identifikasi lapangan.

Tim penyelamat satwa diturunkan ke lokasi. Saat ini, tim rescue masih identifikasi lapangan. “Saya minta dilokalisir pakai drone, untuk melihat kemungkinan-kemungkinan, apakah di situ ada masih ada hutan atau sudah enggak ada,” kata dia.

Sampai saat ini dirinya belum mendapat laporan dari tim lapangan.

Namun, lanjut Nur, jika hasil identifikasi ditemukan sudah tidak ada hutan di area situ, maka orangutan itu akan dicari dan dievakuasi ke tempat lain yang lebih memadai.

"Kami akan minta agar tidak dilakukan penambangan lagi di area situ yang mengganggu hutan orangutan," terang dia.

Bukan tersesat

Manajer Program Perlindungan Habitat dari The Centre for Orangutan Protection (COP), Sari Fitriani menyebut, jika ada yang menganggap orangutan tersebut tersesat di area perusahaan, maka itu adalah asumsi yang keliru.

"Bukan orangutan yang tersesat, rumahnya yang digusur, mereka hanya mencoba bertahan," kata Sari saat dihubungi Kompas.com, Jumat (21/5/2021).

"Jika orangutan ditemukan di pinggir jalan, konsesi tambang atau perkebunan, atau bahkan pemukiman, bisa jadi di sana memang rumahnya atau bisa juga tempat mereka cari makan, " tambah dia.

Sari menjelaskan, kera besar ini sesungguhnya merupakan satwa yang pintar.

Selain bisa mengetahui di mana rumahnya, orangutan juga memiliki insting akan bahaya dan ancaman yang baik.

"Orangutan juga mempunyai insting akan adanya ancaman atau gangguan. Mereka tidak akan mendekat kepada hal-hal yang mengancam keselamatan mereka," papar Sari.

Ia mencontohkan, secara alami orangutan akan menghindar ketika ada manusia di sekitarnya, bukan sebaliknya dan justru mendekat.

Ketika ditemukan ada orangutan yang mendekat ke kawasan manusia, itu bukan berarti mereka ingin menuju sumber bahaya, tetapi karena terdesak untuk bertahan hidup.

"Rumahnya yang digusur, tidak adanya ketersediaan pangan, dan sebagainya, mengharuskan mereka untuk mendekat ke source makanan yang rawan konflik dengan manusia," ungkap Sari.

Jika mereka muncul hanya untuk mencari makan, biasanya mereka akan kembali ke tempat yang aman.

Namun, ada juga kasus kemunculan orangutan yang berakhir dengan kematian.

"Ada beberapa yang tidak bisa kemana-mana dan terpaksa tinggal di sana (area perusahaan/tambang/kegiatan manusia) dan berakhir mati karena sakit atau dibunuh manusia, karena belum tentu tempat mereka kembali itu ada," jelas Sari.

Ia menyebut, sejak September 2020-Mei 2021, tim dari COP telah mencatat 29 temuan orangutan di area kegiatan manusia. Mulai dari area pertambangan batu bar, perkebunan kelapa sawit, pemukiman masyarakat, hingga pinggir jalan di Kalimantan Timur.

"Hanya dengan satu kali lewat jalan poros saja bisa ketemu orangutan hingga 2 individu. (Mereka) terlihat jelas (bahkan) dari jalan poros tanpa harus masuk treking ke hutan," ujar Sari.

Baca juga: Video Viral Pria di Bekasi Bikin Alat Buka Tutup Masker Otomatis Lewat Sensor Suara

Kerusakan habitat

Orangutan merupakan hewan arboreal atau makhluk yang banyak menghabiskan waktunya di pepohonan.

Selain itu, mereka juga satwa yang mengandalkan tumbuh-tumbuhan di hutan sebagai sumber makanannya.

Namun, diakui atau tidak, hutan yang menjadi tempat tinggal dan mencari makan bagi orangutan, semakin hari semakin habis tergerus kegiatan manusia.

Sari menyebut sesungguhnya kerusakan terbesar yang terjadi pada hutan habitat orangutan dilatarbelakangi oleh kegiatan perusahaan yang membuka lahan dengan cakupan begitu luas.

"Selama ini kegiatan pertanian masyarakat selalu jadi tameng atas rusaknya habitat orangutan. (Padahal) Masyarakat buka lahan untuk pertanian atau ladang itu paling hanya 2 hektar per keluarga sementara perusahaan buka lahan puluhan bahkan ratusan ribu hektar," kata Sari.

Dalam satu tahun terakhir, kegiatan tambang batu bara adalah yang paling disorot oleh COP, karena dampak yang ditimbulkan terhadap kerusakan habitat orangutan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi