Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Rata-rata Kematian Pasien Covid-19 Sakit Parah di Afrika Lebih Tinggi

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Design_Cells
Ilustrasi virus corona menyebabkan pembekuan darah.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebuah studi yang dilakukan Groote Schuur Hospital and the University of Cape Town, mengungkapkan, pasien Covid-19 yang sakit parah di negara-negara Afrika lebih mungkin meninggal dunia daripada benua lain, karena kurangnya peralatan dalam kondisi kritis.

Populasi Afrika sejauh ini tidak banyak terpukul oleh pandemi dibandingkan wilayah lain dari sisi jumlah total kasus dan kematian.

Akan tetapi, penulis studi itu menyebutkan, tingkat kematian mereka yang sakit lebih tinggi.

"Studi kami adalah yang pertama memberikan gambaran rinci dan komprehensif tentang apa yang terjadi pada orang yang sakit parah dengan Covid-19 di Afrika," kata Bruce Biccard dari Groote Schuur Hospital and the University of Cape Town, dikutip dari AFP.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Polisi Bongkar Mafia Vaksin Covid-19 Palsu di Afrika Selatan

"Sayangnya, ini menunjukkan bahwa kemampuan kami untuk memberikan perawatan yang memadai dikompromikan oleh kekurangan tempat tidur perawatan kritis dan sumber daya yang terbatas di dalam unit perawatan intensif," lanjut dia.

Studi ini melibatkan 3.000 pasien Covid-19 yang dirawat di unit perawatan intensif di 10 negara Afrika antara Mei hingga Desember 2020.

Hampir setengah dari pasien-pasien itu meninggal dalam waktu 30 hari setelah masuk rumah sakit.

Ketika para peneliti membandingkan temuan mereka dengan studi terkait dari benua lain, mereka menemukan tingkat kematian lebih rendah di tempat lain.

Rata-rata 31,5 persen pasien sakit kritis meninggal dunia setelah masuk ke perawatan intensif di Asia, Eropa dan Amerika, dibandingkan dengan 48,2 persen di negara-negara Afrika.

Biccard menuturkan, akses yang buruk pada penyelematan dapat menjadi faktor yang menyebabkan kematian pasien ini.

Hal ini juga menjelaskan mengapa satu dari delapan pasien menghentikan atau membatasi terapi.

Baca juga: 3 Gejala Varian Baru Covid-19 Afrika Selatan dan Brasil yang Muncul di India

Para penulis memperkiran, akses ke perawatan seperti dialisis dan ECMO adalah antara 7 hingga 14 kali lebih rendah daripada yang diperlukan untuk merawat pasien yang sakit parah.

Oleh karena itu, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pasien dengan masalah kesehatan lain seperti diabetes, AIDS, atau masalah ginjal lebih berisiko meninggal dibandingkan mereka yang tidak.

Para penulis berharap, penelitian mereka yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet, akan mulai mengisi kekosongan data tentang pasien Covid-19 yang sakit kritis di Afrika.

Karena keterbatasan penelitian, mereka meyakini situasi di lapangan bisa menjadi lebih buruk.

Mayoritas dari 64 rumah sakit tempat penelitian dilakukan adalah rumah sakit universitas yang dibiayai negara dan secara umum memiliki perlengkapan yang lebih baik daripada rumah sakit lain.

Studi tersebut mengamati pasien di Mesir, Ethiopia, Ghana, Kenya, Libya, Malawi, Mozambik, Niger, Nigeria, dan Afrika Selatan.

Sebanyak hampir 130.000 orang telah meninggal akibat Covid-19 di Afrika, dibandingkan dengan lebih dari 1,1 juta di Eropa dan lebih dari 3,4 juta di seluruh dunia.

Peluncuran vaksin yang lambat telah menimbulkan kekhawatiran bahwa varian dapat muncul dan menyebar ke seluruh dunia.

Baca juga: Data Terbaru Menunjukkan Vaksin Covid-19 Efektif untuk Varian Baru Afrika Selatan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi