Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Kasus Evergreen di Terusan Suez, Jepang Pertimbangkan 3 Opsi Rute Baru

Baca di App
Lihat Foto
ROSCOSMOS NASA via TWITTER
Kosmonot Rusia Sergey Kud-Sverchkov membagikan gambar yang diambil dari Stasiun Luar Angkasa Internasional dari kapal kargo Ever Given terjebak miring di Terusan Suez pada 27 Maret 2021. (Image credit: Roscosmos / NASA)
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Perusahaan transportasi Jepang sudah menjajaki rute alternatif antara Asia Timur dan pasar Eropa yang sangat penting.

Masalah yang sedang terjadi setelah kandasnya kapal kontainer, Ever Given milik Jepang, di Terusan Suez pada bulan Maret 2021, telah membuat mereka meningkatkan pencarian rute baru.

Pemilik Ever Given Shoei Kisen Kaisha Ltd., yang berbasis di Jepang juga sangat tidak senang karena telah terjebak dalam sengketa hukum atas kecelakaan tersebut.

Pengadilan Mesir mengabulkan permintaan Otoritas Terusan Suez agar kapal sepanjang 400 meter itu ditahan sampai pemiliknya membayar lebih dari 900 juta dollar AS sebagai kompensasi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Dituding dalam Kasus Ever Given di Terusan Suez, Ini Tanggapan Marwa Elselehdar

Kapal itu disewa oleh Evergreen Line yang berbasis di Taiwan untuk perjalanan dari Cina ke Rotterdam, Belanda, dan berada di bawah kendali nahkoda lokal untuk melewati kanal.

Ketidakstabilan yang meningkat di Timur Tengah juga menjadi salah satu pertimbangan lainnya. 

"Ini tentunya merupakan langkah yang sangat masuk akal bagi perusahaan Jepang untuk setidaknya mencari rute alternatif, meskipun mereka harus ingat bahwa masing-masing rute tersebut juga memiliki kekurangan," kata profesor kebijakan dan sistem transportasi di Universitas Chubu, Yoshitsugu Hayashi, dikutip dari DW.

Tiga opsi rute

Menurut Hayashi, ada tiga jalur alternatif yang tersedia untuk menghubungkan Asia Timur dengan Eropa, sedangkan yang keempat sedang dalam pengembangan.

Pertama, kembali ke perjalanan mengelilingi Tanjung Harapan di Afrika Selatan.

Rute itu dulunya digunakan sebelum Terusan Suez sepanjang 193 kilometer (120 mil) selesai pada November 1869.

Kelemahannya, rute ini jauh lebih lama dan karena itu lebih mahal daripada alternatifnya.

Opsi kedua yang menarik perhatian dalam beberapa tahun terakhir adalah jalur Arktik, utara Rusia.

Rute ini semakin mudah dilalui berkat lapisan es yang menipis di bulan-bulan musim panas. Ini adalah dampak dari kenaikan suhu global serta peningkatan teknologi kapal yang memungkinkan untuk beroperasi di perairan yang setidaknya sebagian tertutup es.

Kelebihan rute ini adalah perjalanan lebih singkat dari kira-kira 38 hari menjadi hanya 19 hari, sehingga dapat mengurangi bahan bakar.

Pada 2010, hanya 11 kapal yang menyelesaikan perjalanan sepanjang 3.500 kilometer di sepanjang garis pantai utara Rusia. Pada tahun 2020, itu meningkat menjadi 133 kapal.

Satu studi memperkirakan, angka itu akan meningkat menjadi 500 transit setahun pada 2030 dan 900 pada 2050.

Opsi ketiga adalah kereta api Trans-Siberia sebagai penghubung ke Eropa dari kota pelabuhan di pantai timur Vladivostok.

Salah satu perusahaan Jepang, Hankyu Hanshin Express, meluncurkan layanan transportasi relnya menggunakan Kereta Api Trans-Siberia pada Januari lalu.

Itu menunjukkan bahwa rute tersebut memakan waktu dua minggu lebih sedikit daripada melalui laut dan setengah harga transportasi udara.

Baca juga: Ramai Diperbincangkan, Ini Letak Terusan Suez dan Perannya bagi Perdagangan Dunia

Risiko

Namun, profesor hubungan internasional di Tokyo's International Christian University Stephen Nagi mengatakan, ada risiko yang melekat bagi perusahaan yang menyimpang dari rute Suez.

"Rute pengiriman Arktik tidak dapat beroperasi sepanjang tahun dan jalur rel Trans-Siberia tidak dapat menangani volumenya," kata dia.

"Rusia dan China akan sangat menyukai peluang ekonomi yang datang dengan rute ini, tetapi akan sangat memperumit hubungan diplomatik Jepang dengan AS, misalnya," ujar Nagi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi