Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sekjen PKB
Bergabung sejak: 29 Agu 2020

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Keluarga, Teknologi Baru, dan Visi Indonesia Emas

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/DUALORORUA
Ilustrasi keluarga dan bangunan rumah. Keluarga adalah lembaga sosial lembaga keluarga.
Editor: Heru Margianto

SEJAK 1994 silam, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 15 Mei, sebagai Hari Keluarga Internasional (HKI). Untuk tahun ini, PBB mengajak seluruh warga dunia untuk memperingati HKI di bawah tema 'Keluarga dan Teknologi Baru'.

Tampaknya, lewat tema tersebut PBB ingin mendorong kita untuk meningkatkan kesadaran akan teknologi baru yang mendukung transisi menuju pembangunan berkelanjutan, dan bahwa teknologi digital itu memainkan peran penting dalam kehidupan keluarga dan perkembangan sosial serta kesejahteraan semua.

Secara lebih khusus PBB ingin mendorong para pengambil keputusan dan kebijakan supaya merumuskan program yang kongkret untuk membantu keluarga-keluarga menyiasati tantangan yang ditimbulkan oleh ekspansi cepat teknologi baru.

PBB juga menghendaki agar pemerintah, organisasi non pemerintah dan invidu-indvidu untuk lebih aktif membuat penelitian dan menyajikan hasil penelitian terkini tentang potensi teknologi komunikasi dan informasi untuk memberdayakan orang tua dalam menjalankan tanggung jawab parenting education.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selanjutnya PBB menginginkan semua pihak perlu melakukan inovasi agar teknologi baru dapat dijadikan sebagai alat pendidikan yang dapat memberikan manfaat bagi keluarga dan masyarakat luas; saling memperingatkan dampak negatif teknologi baru pada anak-anak dan keluarga; dan berbagi praktik yang baik dalam memanfaatkan teknologi digital untuk urusan parenting education, pendidikan di sekolah, dan segala kegiatan demi kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.

Kedudukan keluarga

MichaeL John Fox, seorang aktor berkebangsaan Kanada yang memenangi tiga Emmy Award dan Golden Globe Award pernah berkata begini: “Keluarga bukanlah hal yang terpenting. (Tetapi) keluarga adalah segalanya."

Pernyataan Fox mengingatkan kita kembali bahwa hampir setiap individu telah menghabiskan masa paling formatif kita (0-10 tahun) bersama dengan keluarga. Keluarga kemungkinan besar adalah orang-orang terpenting dalam hidup kita.

Oleh karena itu, keluarga harus dirayakan; harus disyukuri dan dihormati. Jadi, sangat beralasan kita mengisi hari-hari hidup kita untuk menemukan cara melindungi unit keluarga dalam masyarakat dengan memulainya dari rumah kita sendiri.

Dalam perspektif Islam misalnya, tujuan pembentukan keluarga adalah untuk menciptakan kehidupan yang sakinah (damai dan bahagia), mawaddah (penuh cinta) dan warahmah (diberkati).

Mendukung dan memperkuat lembaga keluarga merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan individu.

Dalam konteks hidup bernegara, ideologi Pancasila dan Konsitusi/UUD 1945 serta Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016, menjamin hak setiap warga negara untuk membangun keluarga dan mendidik anak-anak dengan nilai-nilai luhur untuk membentuk bangsa yang dinamis, dengan rasa kebersamaan yang kuat, terbuka pada keberagaman dan siap untuk berdialog, bijak dalam mengambil keputusan, dan mampu memahami kemajuan.

Teknologi baru bermuka dua

Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi baru itu bermuka dua. Pada satu sisi, teknologi baru memudahkan anggota keluarga dalam kegiatan berkomunikasi sehari-hari, memfasilitasi perawatan kesehatan keluarga, memfasilitasi anggota keluarga dalam menjalankan pekerjaan dan meraih sumber pendapatan bagi keluarga; memastikan kelangsungan pendidikan anak selama berada di rumah dan di sekolah, serta membantu pengasuhan anak saat orang tua bekerja.

Bahkan, selama pandemi Covid-19, teknologi baru telah menjadi penyokong utama kegiatan bekerja dari rumah (working from home), belajar secara daring, termasuk beribadah dari rumah.

Namun, pada sisi lain, bersama dengan megatren lainnya seperti pergeseran demografis, urbanisasi dan migrasi yang massif, serta perubahan iklim yang dramatis, teknologi baru justru membentuk gaya hidup dan cara bersikap/berperilaku dengan dampak buruk yang sulit diprediksi bagi masa depan generasi muda.

Salah satu fenomena yang kian mencengangkan adalah bahwa sekarang ini semakin banyak keluarga yang “terjajah” oleh teknologi baru, terutama yang memuat platform media sosial.

Komunikasi personal dan tatap muka yang sebelumnya menjadi sumber kehangatan cinta dalam keluarga, mulai bergeser oleh komunikasi digital. Setiap anggota keluarga sibuk dengan perangkat tekologi baru (smartphone) dan asyik berkomunikasi dengan siapa pun yang ada jauh dari rumah. Rumah seakan berubah mejadi arena di mana setiap anggota keluarga sibuk bermedia sosial.

Berbagai penelitian membuktikan, akses secara berlebihan terhadap teknologi digital telah membuat keluarga kehilangan waktu berkualitas, interaksi tatap muka yang makin merosot, waktu keluarga yang semakin terinterupsi, dan menurunnya aktivitas di luar rumah/olahraga.

Jadi, teknologi baru diproyeksikan akan membentuk sebuah generasi baru yang semakin egoistis, tak peka dan kurang peduli dengan keadaan sosial, dan labil.

Tantangan visi Indonesia emas 2045

Sebagaimana diketahui Visi Indonesia 2045 terfokus pada pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); pembangunan ekonomi berkelanjutan; pemerataan pembangunan; dan pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan yang baik berdasakan Pancasila dan UUD 1945.

Secara lebih konkret, pemerintah menargetkan pada 2045 angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi mencapai 60 persen; porsi tenaga kerja lulusan pendidikan menengah ke atas sebesar 90 persen, dan meningkatkan proporsi lulusan professional dalam bidang teknik.

Lebih dari itu, pemerintah juga menargetkan sumbangan iptek terhadap pembangunan mencapai pengeluaran R&D menjadi 1,5 hingga 2 persen PDB (dimana tahun2013 GERD Indonesia sebesar 0,08 persen PDB). Menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat pengembangan Iptek di Kawasan Asia dan dunia, terutama di bidang kemaritiman.

Sebagai kelanjutan dari Visi 2045, Impian Indonesia 2085 pun berfokus pada keunggulan SDM dan penguasaan iptek yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika.

Sejatinya, Visi 2045 dan Impian 2085 sebagaimana disebutkan di atas adalah tantangan besar bagi keluarga Indonesia. Sebab, sukses atau gagalnya Indonesia meraih Visi 2045 dan Impian 2085 sangat ditentukan oleh bagaimana keluarga Indonesia berhubungan dengan teknologi baru itu.

Artinya, apabila keluarga Indonesia mengambil inisatif untuk menguasai dan bedayakan teknologi baru, maka Visi 2045 dan Impian 2085 berpeluang dapat dicapai.

Sebaliknya, apabila keluarga Indonesia terlena dan membiarkan diri dipasung oleh teknologi baru, maka kemungkinan besar Visi 2045 dan Impian 2085 akan gagal direalisasikannya.

Menurut penulis supaya mampu mewujudkan Visi Indonesia Emas, keluarga-keluarga Indonesia perlu dimobilisasi untuk berpartisipasi aktif dalam menjalakan tujuan strategis pendidikan sebagaimana direkomendasikan oleh Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB atau Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu menjamin kualitas pendidikan yang adil dan inklusif serta meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua.

Untuk maksud itu kita membutuhkan suatu gerakan dan kolaborasi nasional untuk beberapa hal seperti: memberdayakan keluarga-keluarga Indonesia supaya semakin bijaksana dalam berteknologi digital, melibatkan keluarga dalam kemitraan yang efektif dan inklusif untuk memperbaiki kebijakan dan praktik pendidikan; memastikan sistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas untuk semua; dan memobilisasi sumber daya untuk pembiayaan pendidikan yang memadai bagi semua.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi