Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Wilayah Menunjukkan Peningkatan Aktivitas Kegempaan, Mana Saja?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi gempa.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Kepala Bidang Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, mengatakan, saat ini tengah terjadi peningkatan aktivitas kegempaan di sejumlah wilayah di Indonesia.

Sejumlah wilayah, dalam beberapa pekan terakhir, diguncang gempa dengan magnitudo di atas 5. 

Misalnya, gempa Nias yang terjadi pada 14 Mei 2021 dengan kekuatan magnitudo 7,2; gempa Blitar pada 21 Mei 2021 dengan kekuatan magnitudo 5,9, dan terakhir gempa Banten dengan magnitudo 5,4 pada Minggu (23/5/2021) pukul 10.50 WIB.

"Pertama Aceh, Nias, Mentawai, Bengkulu, selatan Jawa Barat dan Banten, selatan Jawa Timur, terus Maluku Utara, Ambon-Seram, dan utara Papua. Itu daerah kluster-kluster gempa yang meningkat sejak awal April," kata Daryono, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (23/5/2021).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Gempa Blitar Akibatkan Overscale pada Seismogram, Ini Penjelasan BMKG

Ketika dikonfirmasi apakah aktivitas kegempaan yang terjadi saat ini normal seperti yang biasa terjadi di lempeng-lempeng sekitar kepulauan Indonesia, Daryono menyebut bahwa kali ini berbeda.

"Kalau melihat sebarannya itu, ya lebih aktif daripada biasanya," ujar dia.

Dari semua kluster kegempaan yang tengah meningkat ini, menurut Daryono, beberapa kluster mendapat perhatian lebih besar.

Misalnya, klaster gempa yang ada di selatan Jawa Timur, selatan Jawa Barat dan Banten, Mentawai, serta Maluku Utara.

Potensi kegempaan ke depan

Meski hingga saat ini belum ada alat yang dapat memprediksi terjadinya gempa bumi, adanya klaster-klaster kegempaan yang terdeteksi dapat memberi banyak manfaat.

"(Gempa di masa depan) Itu yang sulit diprediksi, tapi kan klaster-klaster gempa itu bisa menjadi petunjuk," sebut Daryono.

Yang dimaksud dengan petunjuk adalah pertanda atau pengingat alami bahwa di wilayah tersebut sesungguhnya menyimpan potensi kegempaan.

"Jadi kalau melihat tipe gempa itu kan ada yang didahului gempa pendahuluan, klaster-klaster gempa itu bisa menjadi petunjuk awal. Namun demikian, ada juga gempa signifikan yang tidak didahului klaster seperti itu (gempa pendahuluan)," papar Daryono.

"Jadi kalau mau cari amannya, ya kita waspada sesuai petunjuk adanya aktivitas peningkatan itu, karena kan kalau gempa yang tidak didahului gempa pembuka, terjadi begitu saja, sehingga ya (adanya klaster-klaster itu) menjadi warning, petunjuk untuk lebih waspada," kata dia.

Sementara, yang disebut sebagai gempa pendahuluan adalah serangkaian gempa dengan kekuatan di bawah magnitudo 6 yang terjadi secara berturut-turut di klaster yang sama.

"Terjadi gempa-gempa kurang dari 6 M berulang-ulang dan itu bisa dilihat sebelumnya, ternyata tiba-tiba terjadi gempa lagi di klaster itu gempa yang lebih besar," jelas dia.

Baca juga: Gempa Bumi Magnitudo 6,2 Guncang Blitar, Ini Daerah yang Ikut Merasakan Guncangan

Mitigasi bencana gempa bumi terbaik

Meskipun ada tips untuk menyelamatkan diri dari gempa, baik ketika sedang di dalam rumah, gedung, kendaraan dan sebagainya, tetapi mitigasi terbaik ada pada konstruksi bangunan yang tahan gempa. 

"Sebenarnya solusi mitigasi yang paling jitu dalam gempa bumi itu membuat bangunan tahan gempa, strukturnya kuat, besi-tulangannya standar, dan campuran semennya benar-benar berkualitas, tidak dibanyakin kapur dan pasir," kata Daryono.

Jika belum mampu untuk membuat bangunan dengan kriteria demikian, Daryono menyarankan agar masyarakat lebih mempertimbangkan untuk membangun rumah dengan bahan yang ringan dan ramah gempa.

Misalnya terbuat dari kayu dan bambu.

"Jadi jangan membuat bangunan yang asal bangun dari tembok sederhana. Itu pertaruhan risikonya sangat besar, bisa roboh dan penghuninya bisa jadi korban," ujar dia.

Ia mencontohkan, gempa-gempa besar yang terjadi di Jepang. Masyarakat di Jepang tetap tenang dan tinggal di dalam rumah ketika terjadi gempa besar.

Hal itu karena struktur bangunan hunian mereka yang sudah kokoh dan tahan terhadap guncangan.

Meskipun tidak bisa disangkal, edukasi cara menyelamatkan diri dari gempa bumi juga penting untuk disampaikan kepada masyarakat. 

"Jadi kalau gempa sudah gede, kita merangkak saja sulit, jalan saja sulit, ya kita harus mencari perlindungan di rumah itu dengan cara berlindung di bawah meja, kursi, atau perabot lainnya yang kuat, atau kita pakai helm, bantal," ucap Daryono. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi