Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Jasa Pembersih Kamar Orang Meninggal seperti dalam Drakor Move to Heaven

Baca di App
Lihat Foto
Netflix
Lee Je Hoon dan Tang Jun Sang dalam serial drama Move to Heaven (2021).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Drama Korea berjudul "Move to Heaven" sedang populer karena ceritanya yang hangat dan mengharukan.

Dalam drakor itu, tokoh utamanya bekerja sebagai pembersih kamar orang-orang yang telah meninggal.

Rupanya di dunia nyata, pekerjaan semacam itu benar-benar ada.

Baca juga: Mengenal Consigliere, Profesi Song Joong Ki di Drama Korea Vincenzo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri di Jepang

Pekerjaan membersihkan kamar orang yang baru saja meninggal sudah cukup lama menjadi industri dan mata pencarian di Jepang.

Melansir Al Jazeera, (14/10/2017), seorang perempuan bernama Miyu Kojima bekerja di perusahaan ToDo saat usianya 24 tahun,

Perusahaan ToDo menyediakan jasa membersihkan rumah orang yang telah meninggal. Ada 10 orang yang bekerja di perusahaan ini, tetapi Miyu adalah karyawan termuda dan satu-satunya perempuan.

Di Jepang, jasa ini kerap dipakai atas kasus kematian karena kesepian atau dikenal sebagai kodokushi.

Setelah jenazah dipindahkan, Miyu dan rekan-rekannya membersihkan rumah dan memilah-milah barang milik mendiang. Mereka menyebut diri mereka "pengorganisir kenangan".

Baca juga: Mengenal Sindrom Asperger, Sindrom yang Dialami Geu-ru dalam Drakor Move to Heaven

Meninggal hingga 8 bulan

Dari rumah yang dibersihkan, rata-rata orang yang meninggal telah terbaring tanpa ditemukan selama 1 atau 2 bulan. Bahkan Miyu pernah menemukan paling lama hingga 8 bulan.

Pagi hari, tim ToDo memberangkatkan 6 orang menuju lokasi. Mereka menyelesaikan pekerjaan dari pagi hingga sekitar pukul 3 sore. Masing-masing menghasilkan 3.000-5.000 dollar (Rp 43 juta hingga Rp 71 juta) dari pekerjaan itu.

Terkadang, mereka membersihkan rumah orang yang meninggal di rumah sakit, dibunuh, atau bunuh diri.

Namun yang lebih banyak biasanya membersihkan kamar bekas orang tua yang hidup sendiri dan tak memiliki keluarga.

Meski jenazah telah dikeluarkan, tetapi rambut dan rembesan dari jenazah terkadang masih ada.

Pekerjaan ini dinilai menguras fisik, tetapi Miyu lebih terbebani ketika bicara atau bertanya dengan keluarga mendiang.

"Saya sering berpikir tentang siapa yang pernah tinggal di sini, kehidupan seperti apa yang mereka miliki, pekerjaan apa yang mereka miliki, dan juga apa yang dipikirkan keluarga-keluarga ini tentang orang ini," kata Miyu. 

Dalam banyak kasus, Miyu mengatakan kematian karena kesepian terjadi pada orang-orang yang memiliki hubungan yang buruk dengan keluarganya dan tidak bisa meminta bantuan.

Baginya, profesi ini lebih banyak mengungkap hubungan keluarga.

"Jika orang itu pergi, maka Anda tidak dapat melakukan apa-apa, dan saat itulah Anda menyadari betapa pentingnya orang ini," katanya.

Baca juga: [HOAKS] Polisi Gunakan Tembakan Saat Bubarkan Aksi Bela Palestina

Pembersih kamar orang meninggal di Belanda

Sama seperti di Jepang, jasa membersihkan kamar mendiang juga ada di Belanda.

Melansir Vice, (15/8/2019), seorang laki-laki beranama Tugrul Cirakoglu berprofesi sebagai pembersih Tempat Kejadian Perkara (TKP) atau pembersih "trauma".

Ia adalah lulusan magister di jurusan manajemen dan bisnis internasional, tetapi kesulitan mencari pekerjaan.

Cirakoglu memutuskan untuk memulai bisnisnya sendiri dengan bermodal 300 euro (sekitar Rp 5 juta). Ia mendirikan perusahaan pembersih Frisse Kater pada 2014.

Beberapa pekerjaan yang ditanganinya diunggah di akun YouTube Frisse Kater. Namun tidak disarankan ditonton bagi yang merasa tidak nyaman dengan kondisi TKP. 

Cirakoglu menyebut, awalnya perusahaan ini hanya membersihkan rumah setelah pesta, tetapi dia memikirkan hal yang lebih ekstrem.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca Disarankan Tidak untuk Orang di Bawah 30 Tahun, Ini Alasannya

Cara membersihkan TKP

Ia mulai mempelajari cara membersihkan darah dan cairan tubuh, lalu mulailah perjalanannya membersihkan berbagai macam TKP.

Dalam setiap pekerjaannya, ia membawa disinfektan khusus, penghilang minyak, sikat, pembersih karet, sarung tangan, baju terusan sekali pakai, masker oksigen, dan penyedot debu khusus

Ketika mayat dibiarkan membusuk untuk waktu yang lama, maka akan mulai berubah menjadi debu.

Jika membersihkannya dengan sapu atau penyedot debu biasa, sebagian dari debu tersebut akan terlempar ke udara. Saat kita menghirupnya, sama seperti menghirup bagian kecil dari mayat, yang bisa mengakibatkan berbagai macam penyakit.

Salah satu pekerjaan terberatnya adalah membersihkan 150 kg kotoran dari kamar mandi TKP.

Toilet di apartemen mendiang sebenarnya telah tersumbat di beberapa titik, tetapi alih-alih melakukan sesuatu, dia terus buang air besar.

Toiletnya penuh, sampai di ambang kamar mandi dan memenuhi seluruh kamar mandi, dan pintu kamar tidurnya.

Baca juga: Kominfo Blokir Raid Forums Usai Kebocoran Data Penduduk Dinilai Tak Efektif, Ini Alasannya

TKP bunuh diri hingga pecandu narkoba

Pekerjaan lebih gila pernah ia lakukan pada 2017. Seorang pria gemuk tewas dan ditemukan membusuk selama 5 bulan di kamarnya.

Mayat pria ini telah berubah seperti sup dan baunya tak tertahankan.

Saat pintu balkon kamar pria itu dibuka, para penghuni hotel di seberang jalan sampai check-out karena baunya sampai ke sana.

Cairan tubuh serta belatungnya tersebar di sekitar sepuluh meter persegi. Cairan itu juga telah merembes ke beton, membuatnya jadi hitam dan seluruh dapurnya rusak.

Cirakoglu telah membersihkan berbagai macam TKP, mulai dari bunuh diri, pembunuhan dan kematian pecandu narkoba.

Fakta bahwa orang terbunuh tidak mengejutkannya, tetapi yang mengejutkan ialah betapa merajalelanya masalah kesepian dan kesehatan mental di Belanda.

"Kami selalu digambarkan sebagai negara yang indah dan bahagia. Tetapi bagaimana seseorang bisa memiliki 150 kilogram feses di kamar mandi mereka? Bagaimana orang lain bisa mati di rumahnya selama lima bulan tanpa ada yang peduli?" kata Cirakoglu, mengutip Vice.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi