Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini Matahari Tepat di Atas Kabah, Berikut Cara Tentukan Arah Kiblat

Baca di App
Lihat Foto
AFP/HO/SAUDI MINISTRY OF MEDIA
Umat Muslim mengitari Ka'bah saat melakukan tawaf ibadah haji dengan penerapan protokol kesehatan di Masjidil Haram, Kota Mekah, Arab Saudi, Minggu (2/8/2020). Pelaksanaan haji yang istimewa tahun ini di tengah pandemi Covid-19 hanya diikuti sekitar 1.000 jemaah, dengan protokol kesehatan yang ketat.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebut Matahari akan berada tepat di atas Kabah pada Kamis (27/5/2021).

Adanya fenomena astronomi tersebut kerap dimanfaatkan oleh umat Islam di seluruh dunia untuk mengetahui arah kiblatnya.

Apakah ada pergeseran? Jika ada, seberapa besar dan kemana pergeseran itu terjadi?

Baca juga: Update Info Haji 2021, Persiapan, dan Finalisasi Manasik...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti di Pusat Sains dan Antariksa Lembaga Antariksa Penerbangan Nasional (Lapan) Andi Pangerang menjelaskan, mengapa peristiwa matahari di atas Kabah tersebut kerap dijadikan momentum untuk memperbarui arah shalat bagi para pemeluk Islam.

"Karena matahari berada tepat di atas Kabah ketika tengah hari, maka setiap bayangan di tempat lain yang jauh dari Kabah otomatis akan mengarah ke Kabah, sehingga bayangannya sendiri menjadi arah kiblat," jelas Andi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (26/5/2021).

Perlu diketahui, Kabah yang terdapat di Kota Makkah menjadi arah atau kiblat umat Islam dalam menunaikan ibadah shalat.

"Kondisi Matahari yang melintas tepat di atas Kabah menjadi kesempatan yang baik untuk dapat mengetahui di mana arah Kabah atau kiblat secara persis," katanya lagi.

Baca juga: Ibadah Haji 2020, Jemaah Dilarang Sentuh Kabah dan Hajar Aswad

Baca juga: Aturan dan Keutamaan Puasa Syawal bagi Seorang Muslim

Bagaimana cara mengukurnya?

Ternyata tidak sulit untuk dapat mengetahui di mana arah Kabah saat Matahari diketahui tengah ada di atasnya.

"Untuk cara mengeceknya, cukup gunakan benda yang tegak dan tidak berongga di bagian alasnya. bisa tongkat, botol, kaleng, bahkan spidol papan tulis (boardmarker)," sebut Andi.

Salah satu alat itu, atau alat lainnya yang memungkinkan, cukup diletakkan di tempat yang permukaannya rata, tidak miring atau bergelombang.

"Lalu, amati ke mana arah bayangan yang terbentuk. Itulah arah Kabah yang menjadi kiblat," jelas dia.

Dengan catatan, pengamatan dilakukan di waktu yang sama dengan terjadinya peristiwa.

"Bayangannya diamati pada jam ketika Matahari tepat di atas Kabah. Untuk jamnya, 12.17.52 waktu Saudi atau 16.17.52 WIB/17.17.52 Wita," sebut dia.

Baca juga: Soal Pelaksanaan Ibadah Haji 2021, Ini Penjelasan Kementerian Agama...


Mengingat wilayah Indonesia timur sudah memasuki pukul 18.17.52 WIT ketika peristiwa itu terjadi, maka pengukuran tidak dapat dilakukan dengan cara yang sama, karena sudah tidak ada lagi matahari yang dapat menghasilkan bayangan penunjuk arah Kabah.

"Untuk Indonesia Timur, Matahari sudah terbenam ketika tepat di atas Kabah, sehingga dapat menggunakan Fenomena Nadir Kabah," papar Andi.

Apa itu Nadir Kabah?

Ia menjelaskan, Nadir Kabah merupakan kebalikan dari Zenit Kabah atau Matahari di atas Kabah.

"(Nadir Kabah) Yakni ketika Matahari tepat berada di bawah Kabah ketika tengah malam, atau Matahari tepat berada di atas titik antipoda Kabah. Titik antipoda Kabah sendiri adalah titik yang jaraknya 180 derajat terhadap Kabah itu sendiri," ungkap Andi.

"Jadi, jika menggunakan metode ini, arah kiblat bisa diukur pada pukul 00.17.52 waktu Saudi Arabia atau 06.17.52 WIT," kata dia.

Berkebalikan dengan metode Zenit Kabah, metode Nadir Kabah ini, imbuhnya tidak bisa dipraktikkan oleh masyarakat yang ada di zona waktu WIB dan Wita, karena matahari belum muncul sehingga belum bisa menghasilkan bayangan.

Baca juga: 5 Fakta Unik Hari Tanpa Bayangan yang akan terjadi di Indonesia

Kekurangan

Meski berupaya sedapat mungkin melakukan pengukuran di waktu yang telah ditentukan, Andi menyebut tetap saja hasil pengukuran itu tidak bisa 100 persen tepat dan presisi.

"Meskipun memang masih terdapat selisih, mengingat, ketika Matahari berkulminasi di atas Kabah, tidak benar-benar tepat di zenit melainkan berselisih antara -16 hingga +16 menit busur," ujarnya.

Bisakah diukur di waktu yang lain?

Ternyata, pengukuran tidak hanya bisa dilakukan di jam, menit, atau detik saat peristiwa Matahari di atas Kabah terjadi.

Andi mengatakan pengukuran juga bisa dilakukan di waktu sebelum atau sesudahnya, jadi tidak seterbatas itu harus pada pukul 12.17.52 waktu Arab Saudi.

"Sebenarnya bisa diukur antara 30 menit sebelum hingga sesudah momen puncaknya, jika memang ketika momen puncaknya justru matahari terhalang awan sehingga tidak terbentuk bayangan yang menunjukkan arah kiblat," kata dia.

Baca juga: INFOGRAFIK: Cara Kalibrasi Arah Kiblat

Hanya saja, metode yang satu ini hanya dapat dilakukan oleh mereka yang berada di wilayah dengan ketinggian Matahari cukup rendah (<30 derajat).

Mengapa? Karena di daerah dengan kriteria tersebut perubahan azimutnya tidak terlalu besar.

"Indonesia masih masuk di dalamnya," sebut Andi.

Baca juga: Daerah yang Dapat Menyaksikan Gerhana Bulan Total Petang Ini

Terjadi setiap tahun

Dengan demikian, kita yang ada di Indonesia bisa melakukan pengukuran 30 menit sebelum dan sesudah waktu puncak yang telah ditentukan.

Sebaliknya, jika dilakukan di daerah dengan ketinggian Matahari di atas 30 derajat, misalnya Eropa bagian timur, Afrika bagian timur, Iran, Irak dan negara-negara Asia Tengah, maka hasilnya menjadi kurang akurat, karena perubahan azimut yang terlalu besar.

Tak hanya 30 menit sebelum dan sesudah waktu puncak, ternyata pengukuran arah Kabah juga bisa dilakukan 2 hari sebelum hingga 2 hari sesudah peristiwa, dengan catatan di jam yang sama.

"Jadi ada dua alternatif: di hari yang sama dengan interval +/- 30 menit atau di jam yang sama dengan interval +/- 2 hari," pungkas Andi.

Peristiwa Matahari melintas tepat di atas Kabah terjadi setiap tahunnya, antara 27-28 Mei atau 15-16 Juli.

Baca juga: Gerhana Bulan 26 Mei 2021, Ini Link Live Streaming dari Lapan dan BMKG

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Kalibrasi Arah Kiblat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi