Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Peduli Ratapan Cak Mahfud MD

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ABRIAWAN ABHE
Menko Polhukam Mahfud MD memberikan keterangan pers usai berkunjung di Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (23/4/2021). Dalam kunjungan tersebut, Menkopolhukam Mahfud MD melakukan pertemuan dengan Uskup dan Pastor Gereja Katedral serta korban ledakan bom Katedral Makassar.
Editor: Heru Margianto

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Prof DR Mahfud MD meratapi kenyataan bahwa angkara murka korupsi di Orde Reformasi lebih meluas bahkan merata dibandingkan saat Orde Baru.

Pemerataan korupsi

Menurut Sang Guru Besar Universitas Islam Indonesia, memang di masa Orba terjadi korupsi besar-besaran namun terpusat dan diatur melalui jaringan korporasi oleh pemerintahan yang popular disebut sebagai KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).

Di masa Orde Reformasi atas nama demokrasi yang diselewengkan, korupsi tidak lagi dilakukan di pucuk eksekutif, tetapi sudah meluas secara horisontal ke legislatif dan yudikatif.

Sedangkan secara vertikal kasus korupsi merajelala lepas kendali mulai dari pemerintah pusat sampai ke daerah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika dulu korupsi dilakukan setelah APBN ditetapkan atas usulan pemerintah, sekarang sebelum anggaran jadi sudah ada berbagai negosiasi proyek untuk APBN dan APBD.

Menteri pertahanan era Gus Dur menengarai banyak pejabat masuk penjara karena jual beli APBN dan Perda.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini menambahkan ratapan bahwa semua itu dilakukan atas nama demokrasi.

Di sisi lain, pemerintah tidak mudah untuk menindak, karena di dalam demokrasi pemerintah tidak bisa lagi mengonsentrasikan tindakan dan kebijakan di luar kewenangan.

Ajakan

Melalui naskah sederhana ini saya mengajak segenap sesama warga Indonesia berkenan menyimak demi lebih mendalam menghayati ratapan Prof DR Mahfud MD bukan terbatas sebagai Menko Polhukam namun juga sebagai seorang insan putra terbaik bangsa Indonesia.

Adalah Gus Dur yang memperkenalkan saya dengan tokoh nasional kelahiran Sampang yang sebenarnya secara usia lebih muda delapan tahun ketimbang saya namun secara kearifan jauh di atas saya.

Adalah Cak Mahfud yang menyadarkan saya bukan sekadar dengan kata-kata namun dengan kesuriteladanan sikap dan perilaku bahwa di atas hukum masih ada akhlak.

Maka secara sepihak saya mengangkat Cak Mahfud menjadi mahaguru akhlak hukum saya pribadi.

Dari Cak Mahfud saya belajar bahwa hukum di tangan penguasa tidak berakhlak rawan menjadi senjata pamungkas alih-alih menyejahterakan malah justru menyengsarakan bangsa, negara dan rakyat.

Jelas bahwa ungkapan Sang Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi bukan asal bunyi apalagi asal jeplak seperti kini lumrah diungkapkan para politisi baik yang sedang tidak berkuasa apalagi yang sedang berkuasa.

Insya Allah, mereka yang akan atau sedang asyik melakukan korupsi demi menghancur-leburkan bangsa, negara dan rakyat Indonesia berkenan peduli ratapan Prof DR Mahfud MD agar masing-masing berkenan menunaikan Jihad al-Nafs menaklukkan hawa nafsu diri sendiri masing-masing demi mewujudkan janji utama Orde Reformasi yakni membasmi habis angkara murka korupsi dari persada Nusantara demi meraih cita-cita terluhur bangsa Indonesia yaitu masyarakat adil dan makmur hidup sejahtera bahagia bersama di negeri gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja. Merdeka!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi