Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Vaksin Covid-19 Sebabkan Kematian Dini

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi hoaks
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Di media sosial Facebook, beredar tangkapan layar pesan Whatsapp dengan informati bahwa vaksin Covid-19 bisa menyebabkan penerimanya mengalami kematian dini.

Informasi itu mengklaim sumber informasi adalah mantan saintis Pfizer, Mike Yeadon.

Narasi yang beredar juga menyebutkan, orang yang telah divaksin hanya mampu bertahan hidup sekitar 2 tahun.

Dari penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut tidak benar alias hoaks.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi menegaskan, informasi itu tidak benar dan tidak ada bukti ilmiahnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara itu, Mike Yeadon atau Michael Yeadon dulunya bekerja di unit yang tidak ada hubungannya dengan vaksin atau penyakit menular.

Yeadon kerap menyebarkan teori konspirasi seputar vaksin.

Narasi yang beredar

Informasi yang menyebutkan mantan saintis Pfizer, Mike Yeadon, mengklaim vaksin menyebabkan kematian dini, diunggah oleh akun Facebook Nang Jembes.

Unggahan ini dibagikan pada Jumat (28/5/2021) pukul 13.44 WIB.

Narasi serupa juga diunggah oleh akun Facebook Genyus Nalfo pada Sabtu (19/5/2021) dan oleh akun Facebook Ajhe Samboga pada hari berikutnya.

Ketiganya menampilkan tangkapan layar dari pesan WhatsApp.

Pesan itu memuat narasi bahwa vaksin menyebabkan kematian dini, yang dikuatkan oleh pernyataan mantan saintis vaksin dari Pfizer, Mike Yeadon.

"Mike Yeadon bekas ketua saintis di firma vaksin pFizer menyatakan bahwa kini sudah amat terlambat untuk menyelamatkan siapa yang sudah divaksin covid 19," tulis dia.

Vaksin disebut dapat membunuh 0,8 persen manusia dalam jangka waku 2 minggu.

"Mereka yang bertahan dijangka akan mampu bertahan hidup sekitar 2 tahun, namun kemampuan tersebut dikurangi dengan penambahan top-up suntikan vaksin," tulis dia.

Ada 3 hal yang perlu diverifikasi dari klaim diatas:

  1. Benarkah vaksin Covid-19 menyebabkan kematian dini?
  2. Benarkah perlu suntikan vaksin lagi setelah 2 tahun?
  3. Seberapa valid pernyataan yang diklaim dari Mike Yeadon?

Konfirmasi Kompas.com

Saat dikonfirmasi, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi menyatakan informasi yang menyebutkan vaksin Covid-19 menyebabkan kematian dini adalah salah.

"Hoaks ini ya," kata Nadia, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (30/5/2021).

Tidak benar bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kematian dini.

Sebaliknya, vaksin Covid-19 dibuat agar terbentuk kekebalan kelompok untuk mencegah penyakit dan kematian akibat virus corona.

Menurut Nadia, informasi yang beredar tidak berdasarkan bukti ilmiah, sehingga dipastikan tidak benar.

Sejauh ini, vaksin Covid-19 hanya diberikan satu kali seumur hidup dengan 1-2 suntikan dosis, tergantung jenis vaksin.

"Dari translate bahasanya saja tidak ilmiah ya. Coba kalau benar ini pasti ada di jurnal ilmiah ya," ujar Nadia.

Mengenai Mike Yeadon, pernyataan dan klaimnya juga tidak dapat dibenarkan.

Melansir Snopes.com, Mike Yeadon atau Michael Yeadon dulu sempat bekerja di unit penelitian penemuan obat di Pfizer yang mengerjakan penelitian medis alergi dan pernapasan.

Pada 2011, divisi ini telah ditutup dan fokus pada pengembangan senyawa yang menargetkan asma dan penyakit paru obstruktif kronik.

Divisi tempatnya bekerja tidak ada kaitannya dengan vaksin atau penyakit menular.

Seperti diketahui, Pfizer merupakan salah satu produsen vaksin Covid-19.

Pada akhir April 2021, video wawancara dengan Yudeon beredar di media sosial dan dia disebut sebagai mantan kepala saintis, wakil presiden dan kepala petugas sains, dan sebagainya.

Ia mengklaim, dalam 2 tahun ke depan, penerima vaksinasi Covid-19 perlu "top-up", semacam suntikan vaksin berulang agar tidak mati.

Pada Mei 2021, eksekutif Pfizer dan BioNTech sempat menyatakan bahwa seseorang kemungkinan akan membutuhkan dosis ketiga dalam 12 bulan setelah mendapatkan vaksinasi penuh terhadap SARS-CoV-2, dengan kelompok berisiko tinggi diharapkan menjadi yang pertama.

Akan tetapi, saat pernyataan dibuat, peraturan seputar suntikan penguat untuk vaksin Covid-19 belum secara resmi ditetapkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Seseorang dianggap telah mendapat vaksinasi penuh 2 minggu setelah dosis kedua dari vaksin mRNA, seperti Pfizer dan Moderna, atau 2 minggu setelah satu dosis vaksin Johnson & Johnson.

Klaim yang dibuat Yeadon tersebut disebut tidak berdasar dan tidak memiliki bukti ilmiah atau empiris.

Kesimpulan

Informasi yang menyebutkan vaksin Covid-19 bisa menimbulkan kematian dini adalah tidak benar.

Tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kematian dini.

Sejauh ini, vaksinasi Covid-19 hanya dilakukan satu kali seumur hidup dengan 1-2 dosis suntikan, tergantung jenis vaksin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi