Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan WHO Beri Nama Baru Varian Virus Corona Gunakan Alfabet Yunani

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/PETERSCHREIBER MEDIA
Ilustrasi varian Covid-19 India menyebabkan lonjakan kasus di Inggris. Ilmuwan mendesak agar pemerintah meningkatkan vaksinasi.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan nama-nama baru untuk varian virus corona SARS-CoV-2 yang telah terdeteksi di berbagai negara.

Sebelumnya, publik cenderung mengasosiasikan varian baru virus corona dengan negara atau wilayah tempat varian tersebut pertama kali terdeteksi.

Misalnya, varian B.1.1.7 lebih dikenal oleh publik sebagai varian Inggris, sebab varian tersebut pertama kali terdeteksi di negara itu.

Akan tetapi, pelabelan varian virus dengan suatu negara berpotensi mengakibatkan stigmatisasi pada negara yang terasosiasikan dan juga warga negaranya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Muncul Varian Baru Covid-19 di Vietnam, Mudah Menyebar Melalui Udara

Menghindari stigma

Oleh karena itu, WHO memutuskan untuk memberikan nama-nama baru bagi varian virus corona, yang tidak terkait dengan suatu negara namun masih tetap mudah diingat.

Kepala Teknis Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove mengatakan, tidak ada negara yang boleh mendapatkan stigma hanya karena mendeteksi dan melaporkan varian virus corona.

"Tidak ada negara yang boleh distigmatisasi karena mendeteksi dan melaporkan varian," kata Van Kerkhove melalui akun Twitter-nya, 31 Mei 2021. 

Baca juga: Varian Baru Virus Corona C.36.3 Menyerang Inggris, 109 Terinfeksi

Nama baru varian virus corona

Melansir laman resmi WHO, varian-varian baru virus corona diberikan nama sesuai alfabet Yunani, seperti Alpha, Beta, dan Gamma, yang lebih mudah diingat kalangan non-akademisi.

Berikut nama-nama baru varian virus corona:

Nama-nama baru tersebut diharapkan mempermudah publik non-akademisi untuk mengingat jenis-jenis varian, dan menghindarkan terjadinya stigmatisasi terhadap suatu negara.

Sementara itu, nama lama yang berbasis kode huruf dan angka masih akan dipakai untuk kepentingan ilmiah.

Baca juga: Flu Burung H10N3 Muncul di China, Ini Cara Penularan dan Gejalanya

Sempat pertimbangkan nama Dewa Yunani 

Melansir The Guardian, Selasa (1/6/2021) pakar bakteriologi Mark Pallen, yang terlibat dalam proses penamaan varian baru mengatakan, keputusan untuk menggunakan sistem penamaan baru terhadap varian virus corona telah dipertimbangkan selama beberapa bulan.

Dia menyebutkan, sebelum memutuskan menggunakan alfabet Yunani, para ahli sempat mempertimbangkan kemungkinan lain, seperti memakai nama-nama Dewa Yunani, antara lain Zeus, Poseidon, Hades, dan seterusnya.

Secara historis, penyakit sering dinamai menurut lokasi yang diasosiasikan sebagai tempat asal penyakit itu, seperti virus Ebola, yang namanya diambil dari nama sungai di Kongo.

Namun, asosiasi semacam itu dapat memberikan citra negatif bagi tempat-tempat yang namanya dipakai.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Ditemukan di Inggris, Diduga Lebih Menular

Tidak hanya itu, penamaan penyakit menggunakan nama tempat juga seringkali tidak akurat, seperti pada penyakit "flu Spanyol" tahun 1918, yang asal-usulnya masih belum diketahui.

Diskriminasi terhadap ras Asia juga diketahui meningkat, sebagai akibat dari pandemi dan hubungannya dengan lokasi pertama wabah terdeteksi, yakni di Wuhan, China.

Kelompok anti-ekstremis Amerika Serikat mengatakan, peningkatan kasus kekerasan dan perundungan terhadap warga Asia-Amerika sebagian disebabkan oleh Donald Trump, yang menyebut Covid-19 sebagai "virus China". 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi