Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Lonjakan Kasus Covid-19 Usai Libur Lebaran, Ini Kata Epidemiolog

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/SYIFA YULINNAS
Petugas medis merawat pasien terkonfirmasi positif COVID-19 di ruang rawat Pinere Rumah Sakit Umum Daerah-Cut Nyak Dhien (RSUD-CND) Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Senin (31/5/2021). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/rwa.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kasus Covid-19 di Indonesia mengalami tren peningkatan pasca-libur Lebaran 2021.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, rumah sakit di sejumlah daerah sudah mengalami peningkatan pasien Covid-19.

Budi mengatakan, sebelumnya angka keterisian rumah sakit sempat berada di titik terendah, yakni sekitar 20 ribu.

Baca juga: [POPULER TREN] Heboh Pencairan BLT UMKM Tahap 3 | Kapan Pendaftaran CPNS 2021?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada 31 Mei 2021, jumlah itu naik menjadi sekitar 25 ribu tempat tidur terisi, atau naik sekitar 20 persen sampai 25 persen.

"Kami sampaikan memang kasusnya agak tinggi tetapi kita masih memiliki kapasitas sampai dengan 72 ribu tempat tidur, masih ada cukup kapasitas yang kita miliki," kata Budi.

Lonjakan kasus di Kudus

Secara khusus, Budi juga menyoroti lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Kudus, Jawa Tengah.

"Memang Kudus akhir-akhir ini terjadi peningkatan yang luar biasa, baik dari sisi kasus konfirmasi, maupun juga yang masuk rumah sakit," kata Budi.

Budi mengatakan, sebanyak 140 tenaga kesehatan di Kudus juga terkonfirmasi positif Covid-19, dan sebagian besar dari mereka berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG).

Merespons situasi tersebut, pemerintah menempuh sejumlah upaya.

Pasien yang membutuhkan perawatan intensif disalurkan ke rumah sakit yang berada di sekitar Kudus, termasuk ke Semarang.

Sementara itu, pasien yang berada di sekitar Kudus, seperti Pati dan Sragen diarahkan untuk menjalani perawatan di luar Kudus.

Untuk mencegah virus menyebar ke daerah lain, micro-lockdown dan PPKM skala mikro turut diberlakukan di Kudus.

"Kami juga sekarang minta sampelnya untuk dilakukan genome sequencing, apakah lonjakan yang terjadi di Kudus ini disebabkan oleh adanya mutasi baru," ujar Budi.

Baca juga: KPAI soal Sinetron Zahra: Ada Potensi Eksploitasi Anak dan Seksual

 

Epidemiolog: sesuai prediksi

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, banyaknya tenaga kesehatan yang terinfeksi di Kudus menunjukkan ada peningkatan kasus dalam jumlah besar di masyarakat.

"Kasus infeksi di fasilitas kesehatan adalah refleksi sangat serius dari laju prevalensi atau penyebaran Covid-19 di masyarakat. Karena, berarti yang datang ke rumah sakit itu banyak sekali, dan sangat infeksius," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (2/6/2021).

Berkaca dari situasi yang terjadi di Kudus, ditambah dengan peningkatan angka kematian dan keterisian rumah sakit di sejumlah daerah, Dicky menyebutkan bahwa saat ini dipastikan tengah terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.

"Sesuai prediksi, sebetulnya kasus Covid-19 di Indonesia sudah semakin meningkat," ujar Dicky.

Baca juga: Hujan Meteor 7 Juni, Ini Wilayah dan Waktu Terbaik untuk Menyaksikan

Dia menambahkan, peningkatan kasus itu terjadi meski saat ini Indonesia masih belum memiliki kemampuan testing yang memadai.

"Bila kita bandingkan saja dengan Malaysia, Malaysia itu kapasitas testing mingguannya itu tiga kali dari kita," kata Dicky.

Dicky mengatakan, dengan kemampuan testing yang lebih unggul, Malaysia mencatatkan jumlah kasus baru yang relatif sama dengan Indonesia.

"Relatif sama dengan Indonesia, tapi dengan jumlah testing yang tiga sampai empat kali lipat lebih banyak," ujar dia.

"Nah kita, dengan testing yang sedikit, kita menemukan banyak. Ini bedanya. Artinya, situasi kita jauh lebih serius," kata Dicky melanjutkan.

Baca juga: [HOAKS] Gempa 2,7 Magnitudo di California Berkaitan dengan Tempat Kloning Manusia

 

Bukan hanya karena Lebaran

Menurut Dicky, peningkatan kasus yang terjadi baru-baru ini, tidak murni disebabkan oleh pergerakan masyarakat selama libur Ramadhan dan Lebaran saja.

"Masalahnya begini, sebelum ada pergerakan dalam kerangka libur panjang Ramadhan maupun Lebaran, angka (kasus) kita sudah tinggi," kata Dicky.

"Jadi sebetulnya ini hanya akselerasi saja. Mempercepat saja kan yang sudah tidak terkendali," imbuhnya.

Baca juga: 9 Tempat Kuliner di Yogyakarta yang Harganya Terjangkau

Dicky mengatakan, hal tersebut berbeda dengan Malaysia, yang sebelum adanya libur Ramadhan dan Lebaran, situasi pandeminya relatif terkendali.

"Terlihat dari test positivity rate mereka yang di bawah 5 persen. Kalau kita, test positivity rate kita udah lebih dari satu tahun selalu di atas 10 persen," kata Dicky.

Dicky mengatakan, kenaikan kasus yang terjadi pasca-libur Lebaran merupakan akumulasi dari proses yang terjadi selama setahun ke belakang.

"Sehingga tidak terlalu signifikan pembatasan (Lebaran) itu," kata Dicky.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi