Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan Kasus Covid-19 di Kudus, Berpotensi Terjadi di Daerah Lain

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO
Tim Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 memakamkan jenazah pasien positif COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Bakalankrapyak, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (27/5/2021). Berdasarkan data dari Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 setempat, hingga 27/05/2021 atau dua pekan setelah lebaran jumlah kasus terkonfirmasi postif COVID-19 mencapai 822 orang yang sebelumnya 137 orang pada14/05/2021 dan menjadi kasus tertinggi di Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/aww.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, ledakan kasus Covid-19 di Kudus berpotensi terjadi di daerah lain.

Hal itu, kata dia, karena sistem surveilans, baik itu testing maupun tracing tidak dilakukan secara optimal oleh daerah sehingga kurang mendeteksi berapa kasus yang sebenarnya.

"Masak dari Januari sampai sekarang ini, Juni, masih konstan 5.000 aja, ya menurut saya sih enggak ada perkembangan surveilans," kata Tri kepada Kompas.com, melalui sambungan telepon, Jumat (4/6/2021).

Menurut dia, hal itu bisa terjadi kapan saja, apalagi bagi daerah dengan tingkat populasi tinggi mengalami ledakan kasus.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus yang meledak, artinya, orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan akan semakin bertambah banyak dan bisa membuat fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) kewalahan.

"Menurut saya, kasus yang sebenarnya ada di masyarakat itu jauh lebih besar dari data yang ditampilkan saat ini," ungkap Miko.

Baca juga: Kekebalan terhadap Covid-19 Disebutkan Bertahan Bertahun-tahun, Benarkah?

Menyembunyikan kasus

Berdasarkan data yang ia miliki, sebetulnya ada banyak daerah yang mempunyai kasus Covid-19 tergolong tinggi tetapi tidak disampaikan secara terbuka. 

Hal itu, kata Tri, akan semakin mempersulit sistem surveilans yang sebelumnya belum optimal.

"Potensi (ledakan kasus) itu ada, tapi saya yakin ada banyak daerah yang sebetulnya mempunyai kasus tinggi tapi disembunyikan," kata Miko.

Jika memang yakin dengan hal tersebut, Tri berpesan agar daerah bersiap terhadap konsekuensi surveilans yang tidak bagus itu. 

"Jangan sampai seperti yang terjadi di Kudus, baru teriak-teriak kalau sudah penuh, semua harus disiapkan," pungkas Miko.

Baca juga: Update, Daftar Zona Merah dan Zona Hijau Covid-19 di Indonesia

Ledakan kasus Covid-19

Saat dihubungi secara terpisah, epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bayu Satria Wiratama juga memaparkan hal yang sama.

Menurut Bayu, ledakan kasus Covid-19 di Kudus, sangat bisa untuk terjadi di daerah lain.

"Ketika penduduknya lengah, tes dan tracing kurang cepat, maka ledakan seperti itu bisa terjadi," ujar Bayu, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/6/2021).

Dia mencontohkan, Surabaya sebagai kota yang berhasil meredam kasus Covid-19 sehingga kasus yang parah tidak banyak selain juga angka kematian dan positivity rate yang  rendah.

Akan tetapi, yang terjadi di Kudus justru sebaliknya. Banyak yang harus dirujuk ke rumah sakit sehingga fasyankes kewalahan dan isolasi mandiri kurang diawasi.

"Pesannya sama, 3M wajib dilakukan walaupun sudah divaksin dan sudah setahun pandemi. Karena itu cara paling murah dan aman untuk mencegah Covid-19. Selain itu, jangan memberikan stigma negatif kepada pasien Covid-19 karena stigma itu menyebabkan orang tidak berani dan tidak mau melapor," kata Bayu.

Baca juga: Video Viral Pria Berbaju Kostrad Peragakan dan Sebut Ada Medan Magnet di Bekas Suntikan Vaksin Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi