Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Pesohor Akuisisi Klub, Akankah Bawa Angin Segar untuk Sepak Bola Tanah Air?

Baca di App
Lihat Foto
Istimewa
Roofi Ardian bersama Raffi Ahmad dan jajaran lainnya meresmikan RANS Cilegon FC.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Aktor kenamaan, Gading Marten, resmi mengakuisisi klub sepak bola kasta ketiga, Persikota Tangerang.

Langkah yang ditempuh Gading itu seakan menegaskan kilau bisnis sepak bola.

Sebelum Gading, Raffi Ahmad dan Kaesang Pangarep telah lebih dulu memilih sepak bola sebagai ladang bisnis baru mereka.

Berbeda dari Gading yang membeli Persikota Tangerang, Raffi Ahmad memilih mengakuisisi klub Liga 2, Cilegon United.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Gading Marten Resmi Akuisisi Klub Liga 3 Persikota Tangerang

Sementara, putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang, juga mengakuisisi klub Liga 2 lainnya, yakni Laskar Samber Nyawa, Persis Solo.

Terbaru, YouTuber Atta Halilintar semakin menambah deretan pesohor Tanah Air yang terjun di dunia sepak bola.

Ia bekerja sama dengan pengusaha Putra Siregar untuk membentuk klub sepak bola yang diberi nama AHHA PS PATI FC.

Baca juga: Viral Pemain Timnas Sepak Bola Putri Indonesia Disebut Alami Diskriminasi

Akankah hadirnya sejumlah pesohor di balik klub-klub sepak bola bisa membawa angin segar bagi perkembangan olahraga sepak bola di Indonesia?

Hal yang positif

Pengamat sepak bola sekaligus Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali menilai, ada hal positif dari masuknya wajah-wajah baru yang mengambil alih kepemilikan klub Liga 2 maupun Liga 3.

Akan tetapi, menurut dia, tidak semua pesohor atau selebritas tersebut memiliki keseriusan dan keberanian yang sama.

"Saya melihat yang serius dan punya keberanian, baru Raffi Ahmad. Atta Halilintar, Gading Marten masih coba-coba alias cek ombak," ujar dia, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/6/2021).

Pada saat bersamaan, fenomena ini menjadi tugas tambahan bagi pemangku kepentingan sepak bola nasional, terutama PSSI untuk lebih meningkatkan mutu ekosistem sepak bola Tanah Air menjadi sehat, bersih, profesional, dan bermartabat.

Hal itu agar para investor baru tersebut memiliki jaminan security bussiness sehingga bisa ikut mendorong industri sepak bola di Indonesia.

"Jangan sampai mereka kapok seperti sejumlah pengusaha sebelumnya," kata Akmal.

Baca juga: Ini yang Bisa Didapat saat Klub Sepak Bola Bekerja Sama dengan Kampus

Sederet pengusaha yang kapok

Akmal mengatakan, pada era Galatama, ada sejumlah pengusaha besar yang mencoba peruntungan di industri si kulit bundar.

Namun, dana besar yang telah dikucurkan, ternyata tidak cukup untuk membuat mereka eksis.

Ia menyebutkan, ada nama TD Pardede (Pardedetex), Sigit Hardjojunato (Arseto), Benny Mulyono (Warna Agung), dan Benny Ardi (Tunas Inti).

"Mereka akhirnya kapok karena ekosistem Galatama dirusak dengan judi yang masuk ke sepak bola," ujar Akmal.

Sementara, pada era Liga Indonesia, nama-nama seperti Sihar Sitorus, Gita Wirjawan, Sigit Haryo Wibisono, dan Vijay Fitriyasa juga kapok karena buruknya ekosistem kompetisi sepak bola nasional setelah adanya mafia pengatur hasil pertandingan.

"Nah, jangan sampai selebritas atau sultan-sultan muda ini juga ikut kapok dan kecewa lantaran ekosistemnya tidak sehat yang pada akhirnya mereka mundur seperti para pengusaha sebelumnya," ucap Akmal.

Baca juga: Mengenal Soeratin Sosrosoegondo, Ketua Umum Pertama PSSI, Insinyur Pencinta Sepak Bola...

Ekosistem yang sehat akan berdampak positif

Oleh karena itu, menurut dia, jika ekosistem sepak bola yang dibangun sehat, maka akan berdampak positif bagi kemajuan sepak bola di Indonesia. Demikian pula sebaliknya.

"Tapi, saat ini kan pelaku sepak bolanya masih sama. Pengurus PSSI juga masih sama. Hanya ganti cashing saja. Jadi, perlu bukti nyata kerja keras pengurus saat ini untuk bersih-bersih kolam agar mendapatkan kepercayaan publik," kata Akmal.

Ia menilai, PSSI harus menjamin kompetisi sepak bola musim ini bersih dari praktik kotor jual beli pertandingan dan judi ilegal.

Selain itu, perlu kampanye masif dari pengurus PSSI untuk membangun kepercayaan publik.

Jika benar-benar dilakukan, hal ini akan menjadi titik balik yang baik bagi masa depan sepak bola Indonesia.

"Misalnya PSSI melakukan MoU bersama Satgas Anti Mafia Bola untuk mengawal kompetisi sepak bola Indonesia dikawal dari kejahatan sepak bola agar terbebas dari pelaku kejahana sepak bola," kata Akmal.

Baca juga: Selain Gubernur Kalteng, Ini Aksi Fanatisme Sepak Bola oleh Kepala Daerah

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi