KOMPAS.com - Suhu politik agak "menghangat" beberapa waktu belakangan ini.
Pembicaraan soal Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mulai mengemuka, seiring munculnya nama-nama potensial di berbagai lembaga survei.
Nama Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Ridwan Kamil muncul dalam beberapa survei yang diadakan lembaga survei dengan angka elektabilitas tinggi.
Nama baru yang belakangan muncul ke permukaan adalah Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani.
Baca juga: Jadwal Pilpres 2024 dan Pilkada Serentak
Tak hanya Puan, Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto juga digadang-gadang akan maju pada Pilpres mendatang.
Tidak ketinggalan, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga mulai melakukan kunjungan ke beberapa tokoh, termasuk Ridwan Kamil, pada Jumat (4/6/2021).
Apa yang membuat suhu politik menghangat meski Pilpres masih 3 tahun lagi?
Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio melihat, ada tiga alasan mengapa genderang Pilpres 2024 mulai berbunyi.
Pertama, panggung 2024 kosong setelah masa jabatan dua periode Presiden Joko Widodo berakhir.
"Pak Jokowi akan selesai di 2024. Artinya, panggungnya kosong. Jadi semuanya bersiap menyambut itu," kata Hendri kepada Kompas.com, Senin (7/6/2021).
Kedua, tahap pemilu yang sudah dimulai 2022.
Ketiga, banyak tokoh yang sudah memiliki ide untuk meningkatkan pembangunan yang dilakukan pada masa pemerintahan Jokowi.
"Mungkin saat ini ada beberapa yang gregetan, pengen langsung in, dan tampaknya sudah siap meningkatkan pembangunan yang ditinggalkan," ujar Hendri.
"Ibarat pertandingan, pemanasannya sudah selesai, mereka nanti tinggal berlari dan berkompetisi," lanjut dia.
Baca juga: Menakar Peluang PDI-P Calonkan Puan pada Pilpres 2024...
Seiring dengan itu, sinyal adanya koalisi di antara partai politik juga mulai terlihat.
Misalnya, hubungan PDI-P dan Partai Gerindra yang semakin mesra. Hal itu dikuatkan dengan kehadiran Prabowo dan Megawati di acara persemian patung Bung Karno di di Lapangan Bela Negara Kementerian Pertahanan, Minggu (6/6/2021).
Hendri menilai, kedua partai pemilik suara terbanyak itu berluang besar untuk bersatu pada Pilpres 2024.
Apalagi, kedua partai ini beberapa kali pernah bersama dalam pemilu, meski hasilnya tidak memuaskan.
Jika hal itu benar-benar terjadi, maka akan ada potensi Prabowo berhadapan dengan Gubernur DKI Anies Baswedan.
"Kalau ini tercipta dan Prabowo-Puan misalnya jadi paslon, maka kemudian tentunya partai politik seperti Golkar, Nasdem, PKS, akan mencari calon yang lain. Calon yang lain itu dari mana, saya kira kemungkinan besar adalah Anies Baswedan," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, seperti diberitakan Kompas.com.
Qodari menyebutkan, Anies berpeluang besar menjadi penantang Prabowo karena selalu berada di papan atas dari berbagai hasil survei elektabilitas calon presiden bersama Prabowo dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Baca juga: Wacana Puan-Anies di Pilpres 2024 Diyakini Sulit Terealisasi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.