Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Varian Delta, Penyebab Tsunami Covid-19 di India

Baca di App
Lihat Foto
AP/Anupam Nath
An Indian health worker in protective suit takes the swab of a child to test for COVID-19 in Burha Mayong village, Morigaon district of Assam, India, Saturday, May 22, 2021. (AP Photo/Anupam Nath)
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan varian virus corona B.1.617.2 dalam daftar variant of concern (VOC) atau daftar varian virus corona yang perlu diwaspadai.

WHO juga menetapkan varian B.1.617.2 kini disebut varian Delta.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, Minggu (6/6/2021), mengonfirmasi ada 32 kasus infeksi virus corona varian Delta di Indonesia.

"Iya, sudah menyebar di Indonesia, ada 32 kasus yang terdeteksi dari genom sekuensing," kata Nadia seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (6/6/2021).

Varian ini muncul di 4 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Selatan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk mengenali varian ini, berikut 6 fakta seputar varian Delta:

1. Pertama ditemukan di India

Varian virus corona B.1.617.2 pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020.

Melansir nymag.com, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa ini adalah varian paling menular yang memicu gelombang pandemi di berbagai negara.

Sejauh ini, varian ini telah merebak sedikitnya di 62 negara, termasuk Indonesia.

Baca juga: Varian Covid-19 Delta Menyebar di Indonesia, Ini Kekhawatiran Epidemiolog

2. Penamaan baru

WHO menetapkan penyebutkan varian virus corona B.1.617.2 sebagai varian Delta.

Pada 31 Mei 2021, WHO merilis penamaan atau label pada varian virus corona yang diwaspadai.

Penamaan ini bertujuan agar penyebutan lebih sederhana dan menghapus stigma pada negara-negara di mana varian pertama kali terdeteksi.

Terdapat empat varian yang masuk dalam kategori diwaspadai, yaitu:

3. Lebih menular

Dilansir dari ndtv.com, para ilmuwan dari India menyebut, varian Delta disebut 50 persen lebih menular daripada varian Alpha atau varian pertama virus corona.

Itulah sebabnya para ilmuwan percaya itu menjadi varian dominan secara global.

Meski demikian, para ilmuwan mengatakan tidak ada bukti peran varian Delta dalam menyebabkan banyak kematian atau tingkat keparahan kasus yang lebih besar.

Baca juga: Update Corona Dunia 7 Juni: Varian Baru Delta | Mutasi Virus Corona pada ODHA

4. Mendominasi Inggris

Selain menyebabkan gelombang kedua Covid-19 di India, varian Delta kini mendominasi Inggris.

Departemen Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) menyebutkan, para ahli meyakini bahwa varian Delta kini telah melampaui Alpha.

Data resmi menunjukkan, 278 orang dengan varian Delta pergi ke rumah sakit dalam keadaan darurat minggu ini. Sementara, minggu sebelumnya dilaporkan ada 201 orang dengan varian Delta.

Adapun, sebagian besar pasien tersebut belum menerima vaksinasi.

5. Vaksin masih efektif

Menurut laman Pemerintah Inggris, vaksin Pfizer dan AstraZeneca 33 persen efektif melawan virus corona varian Delta.

Saat ini, tidak cukup kasus dan periode tindak lanjut untuk memperkirakan efektivitas vaksin terhadap hasil yang parah dari varian B.1.617.2

Sementara, PHE akan terus mengevaluasi varian ini selama beberapa minggu mendatang.

"Studi ini memberikan kepastian bahwa 2 dosis dari kedua vaksin menawarkan tingkat perlindungan yang tinggi terhadap penyakit simtomatik dari varian B.1.617.2," kata Kepala Imunisasi PHE, dr Mary Ramsay.

Baca juga: Mengenal Delta, Varian Baru Virus Corona yang Disebut Mudah Menular

6. Lebih parah

Melansir ABC News, Kepala Petugas Kesehatan Victoria Brett Sutton mengatakan, ada laporan anekdot tentang tingkat keparahan penyakit yang lebih besar pada anak-anak dibandingkan dengan jenis sebelumnya.

Namun, bukti tingkat keparahannya masih awal.

Sementara itu, data Inggris terbaru menunjukkan orang lebih mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit ketika terinfeksi dengan varian Delta, dibandingkan dengan varian Alpha.

"Anda dua kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit jika Anda memiliki varian itu dan 1,6 kali lebih mungkin berada di unit gawat darurat dalam waktu dua minggu setelah mengalami infeksi," kata Epidemiolog Universitas Deakin, Chaterine Bennett.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi