Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Gempa dan Tsunami Dahsyat, Ketahui Beda Potensi dan Prediksi!

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi gempa bumi, gempa tektonik, gempa merusak.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Beberapa waktu terakhir, media sosial dan pemberitaan media ramai soal isu gempa dahsyat dan tsunami di wilayah Indonesia.

Di media sosial, beredar pula tangkapan layar berita media yang menyebutkan bahwa informasi gempa dahsyat dan tsunami besar itu merupakan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Melalui twitnya, Kepala bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono menyoroti narasi pemberitaan yang dinilai tak memahami arti kata prediksi dan potensi.

Baca juga: Isu Gempa M 8,7 dan Tsunami 29 Meter di Jatim, BMKG: Potensi, Bukan Prediksi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Entah sampai kapan kawan-kawan ini bisa paham arti kata prediksi dan potensi," tulis Daryono dalam twitnya.

Apa bedanya potensi dan prediksi?

Saat dihubungi Kompas.com, Minggu (13/6/2021), Daryono menjelaskan, hingga saat ini kapan terjadinya gempa belum bisa diprediksi baik waktu, lokasi, dan kekuatannya.  

"Kapan gempa terjadi belum ada yang tahu sehingga jangan mudah percaya isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," ujar Daryono.

Ia menekankan, penting untuk memahami perbedaan antara istilah "potensi" dengan "prediksi".

Daryono menjelaskan, potensi didasarkan atas sejarah dan perhitungan dengan angka deviasi lebar.

Sementara, prediksi lebih ke sesuatu yang hampir pasti akan terjadi dalam waktu dekat.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Potensi Gempa M 8,7 dan Tsunami 29 Meter di Jatim

Melalui twitnya pada awal Juni lalu, ia juga sudah mengedukasi soal ini.

"POTENSI: ada bahaya dan ada lokasinya, tetapi kapan terjadinya tdk ada yg tahu. Sedangkan PREDIKSI: ada bahaya, ada lokasinya, dan kemungkinan kapan waktu terjadinya. Mari kita pahami bersama 2 kata ini," tulis Daryono pada 2 Juni 2021.

Kesalahpahaman dalam menerima informasi

Diberitakan Kompas.com, 26 Juli 2019, kesalahpahaman dan timbulnya kebenaran di masyarakat dapat muncul saat menerima informasi potensi fenomena alam seperti gempa bumi dan tsunami yang tidak lengkap.

Apalagi, geologi menggunakan parameter waktu yang sangat panjang, mulai dari 10.000 tahun hingga jutaan tahun.

Istilah prediksi dan potensi juga dijelaskan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Pelacak jejak tsunami purba dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Eko Yulianto menjelaskan, potensi berarti suatu fenomena yang pasti akan terjadi, namun tidak diketahui hal itu kapan akan terjadi.

Saat terjadi, fenomena dapat mencapai titik maksimal (potensi) berdasarkan data yang ada.

Oleh karena itu, saat merespons informasi mengenai potensi gempa dan tsunami, penting untuk memahami ancaman dan perilaku manusia seperti apa yang dapat mengubahnya menjadi bencana.

Misalnya, ketika gempa bumi terjadi, banyak korban yang tercatat akibat robohnya suatu bangunan.

"Jadi, kalau ada yang tidak peduli dengan rumahnya tidak kuat, maka itu akan menjadi aspek manusia yang mengubah ancaman (gempa) jadi bencana (gempa)," ujar Eko.

Hal tersebut juga berlaku untuk tsunami.

Jika masyarakat tidak peduli dan tidak mempersiapkan atau berlatih mitigasi tsunami, maka aspek manusia akan mengubah ancaman tsunami menjadi bencana tsunami.

Terutama, mereka yang tinggal di pesisir.

Daryono mengatakan, penting untuk memahami langkah mitigasi dan kesiapsiagaannya.

"Peristiwa gempa bumi dan tsunami adalah keniscayaan di wilayah Indonesia. Yang penting dan harus dibangun adalah mitigasinya, kesiapsiagaannya, kapasitas stakeholder dan masyarakatnya, maupun infrastruktur untuk menghadapi gempa dan tsunami yang mungkin terjadi," ujar Daryono.

Baca juga: Ramai Potensi Gempa dan Tsunami 29 Meter di Jatim, Ini Kata Ahli LIPI

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi