Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Varian Delta Meningkatkan Risiko Rawat Inap Pasien Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/PETERSCHREIBER MEDIA
Ilustrasi varian Covid-19 India menyebabkan lonjakan kasus di Inggris. Ilmuwan mendesak agar pemerintah meningkatkan vaksinasi.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Varian Covid-19 B.1.617.2 atau Delta meningkatkan risiko rawat inap bagi pasien virus corona dibandingkan varian B.1.1.7 atau Alpha.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Lancet itu mengamati 19.542 kasus komunitas dan 337 rawat inap di antara 5,4 juta orang Skotlandia.

Sebanyak 7.723 kasus dan 134 rawat inap di antaranya ditemukan memiliki varian Delta.

Profesor epidemiologi kesehatan masyarakat University of Strathclyde Chris Robertson mengatakan, varian Delta menggandakan risiko rawat inap, menyesuaikan dengan usia dan komorbiditas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Menyebar di Kudus, Ini Bahaya dari Virus Corona Varian Delta

Beruntung, dua dosis vaksin masih mampu memberikan perlindungan yang kuat.

"Jika Anda dites positif Covid-19, maka dua dosis vaksin atau satu dosis selama 28 hari secara kasar mengurangi risiko Anda dirawat di rumah sakit hingga 70 persen," kata dia, dikutip dari Reuters.

Studi tersebut juga memaparkan bukti awal yang menunjukkan perlindungan vaksin terhadap varian Delta mungkin lebih dari efetivitasnya terhadap varian Alpha.

Dua minggu setelah dosis kedua, vaksin Pfizer-BioNTech ditemukan memiliki 79 persen perlindungan terhadap infeksi dari varian Delta.

Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan 92 persen terhadap varian Alpha.

Untuk vaksin Oxford-AstraZeneca, ada 60 persen perlindungan terhadap Delta dan 73 persen untuk Alpha.

Para peneliti mengatakan, dua dosis vaksin memberikan perlindungan yang jauh lebih baik daripada satu dosis terhadap varian Delta.

Baca juga: Alpha, Delta, dan Petunjuk Jokowi yang Mengubah Prabowo 

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Varian Virus Corona Delta

Selain itu, penundaan pelonggaran penguncian di Inggris akan membantu lebih banyak orang mendapatkan dosis kedua dan meningkatkan respons kekebalan mereka.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pun mengumumkan penundaan empat minggu untuk mencabut secara penuh pembatasan Covid-19 di negaranya, Senin (15/6/2021).

Inggris sebelumnya berencana membuka sepenuhnya pembatasan pada 21 Juni 2021 setelah berbulan-bulan secara bertahap melonggarkan pembatasan.

Akan tetapi, Johnson menyebut peningkatan tajam dalam infeksi telah mendorong keputusan untuk fokus pada peningkatan vaksinasi.

"Pada bukti yang bisa saya lihat sekarang, saya yakin bahwa kita tidak akan membutuhkan lebih dari empat minggu dan tidak perlu melampaui 19 Juli," kata Johnson dalam konferensi pers, dikutip dari AFP.

Di Inggris, varian Delta bertanggung jawab atas 96 persen kasus di Inggris dan tes positif melonjak 50 persen pada pekan lalu.

Total kasus yang dilaporkan sekarang berada pada level tertinggi sejak Februari, sekitar 8.000 infeksi baru dalam sehari.

Varian Delta diyakini sekitar 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi