Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Masuki Fase Genting Covid-19, Ini Saran dari Epidemiolog

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA ACHMAD
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat apel di Lapangan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (13/6/2021) malam, bersama Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran dan Pangdam Jaya Mayjen TNI Mulyo Aji.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - DKI Jakarta sedang memasuki fase genting penyebaran Covid-19, yang ditandai dengan lonjakan kasus signifikan pasca-libur Lebaran 2021.

Diberitakan Kompas.com, Senin (14/6/2021), berdasarkan catatan Satgas Penanganan Covid-19 per 11 Juni 2021, kasus Covid-19 di Jakarta naik 302 persen dalam 10 hari.

Dalam kurun waktu empat hari terakhir, kasus harian Covid-19 di Ibu Kota juga tercatat selalu berada di atas angka 2.000.

Lonjakan kasus menyebabkan peningkatan beban pada sistem kesehatan, yang terlihat dari angka keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di Jakarta, yang sudah mencapai 75 persen.

Merespons situasi itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, mengimbau warga Ibu Kota untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ini adalah peringatan kepada kita semua, mari kita berjaga, mari kita kembali lebih disiplin. Saya ingin ingatkan pada semuanya, kita masih masa pandemi, usahakan di rumah," kata Anies di Lapangan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (13/6/2021)

Lonjakan kasus Covid-19 juga menyebabkan antrean pasien di Unit Gawat Darurat (UGD) RS Wisma Atlet.

Baca juga: Apa Itu Varian Covid-19 Alpha, Beta, dan Delta? Berikut Gejalanya

Saran epidemiolog

Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan, perlunya intervensi hingga level keluarga untuk mengurai beban sistem kesehatan yang terjadi di DKI Jakarta.

"Kita tahu masyarakat kita ini kalau sakit itu ya di rumah. Sakit itu mengobati sendiri di rumah. Diam di rumah. Tidak ke faskes atau rumah sakit," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/6/2021).

Menurut Dicky, persentase masyarakat yang memilih untuk berdiam di rumah ketika sakit mencapai 80 persen. Hal tersebut diketahui berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) sebelum pandemi Covid-19 melanda.

"Apalagi dalam situasi pandemi, dengan stigma dan lain sebagainya," ujar Dicky.

Sehingga, menurut Dicky, untuk mengurai beban sistem kesehatan, harus dimulai dengan adanya ada program kunjungan ke rumah dari instansi terkait.

Pelaksanaan program tersebut melibatkan kader kesehatan, mengingat keterbatasan tenaga kesehatan yang saat ini fokus menangani pasien di fasilitas kesehatan.

Baca juga: Bertambah Lagi, Ini Daftar Terbaru 29 Daerah Zona Merah Covid-19

Program kunjungan rumah

Dicky mengatakan, program kunjungan ke rumah bertujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap potensi penularan penyakit pada suatu kelompok masyarakat.

Dia menyebutkan, keberhasilan penanganan beragam penyakit menular di Indonesia, salah satunya adalah berkat program kunjungan ke rumah. 

"Artinya, kita harus lakukan itu. Kalau tidak kita gagal mendeteksi nanti. Karena begini, pada daerah yang terbatas testingnya, kita bisa langsung temukan orang yang terduga positif atau yang terduga terpapar orang yang positif," ujar Dicky.

Dicky mengatakan, dengan adanya deteksi dini terhadap orang-orang tersebut, maka jika ada suatu temuan kasus, bisa langsung dilakukan karantina, baik mandiri maupun terpusat, dengan cepat.

"Kalau bisa ada testing jauh lebih baik. Kalaupun tidak ada testing, yang penting dia bisa segera lakukan isolasi/karantina, yang efektif. Itu kuncinya dalam kunjungan rumah ini," kata Dicky.

Selain memiliki keuntungan deteksi dini Covid-19, kunjungan ke rumah juga memiliki andil dalam pemetaan faktor risiko masyarakat, misalnya mengetahui orang-orang dengan penyakit penyerta atau komorbid.

"Entah itu obesitas, diabetes, hipertensi, dan lain sebagainya. Itu bisa segera ditangani. Sehingga tidak menjadi parah, tidak membuat orang ini terlambat dirujuk," kata Dicky.

Baca juga: Studi: Varian Delta Meningkatkan Risiko Rawat Inap Pasien Covid-19

Screening sejak awal

Menurut Dicky, program kunjungan ke rumah juga bermanfaat untuk melakukan screening lebih awal, untuk memetakan orang yang perlu dirujuk ker rumah sakit.

Dengan adanya hal tersebut, diharapkan bisa mengurangi waktu antrean yang harus dihadapi pasien ketika dirujuk ke UGD rumah sakit.

"Jadi orang yang akan ke rumah sakit itu sudah bisa dideteksi sebetulnya. Sudah bisa kita estimasi. Itu sudah bisa kita siapkan fasilitasnya," ujar Dicky.

Dicky mengatakan, mekanisme perujukan pasien ke fasilitas kesehatan harus ditata dengan benar, dan dilaksanakan secara berjenjang, dengan memberikan prioritas pada pasien yang benar-benar membutuhkan.

"Ini yang harus diperkuat. Dengan adanya hal semacam ini, akan mengurangi beban di layanan kesehatan. Karena, pertama, sudah cepat diputus mata rantainya. Kedua, orang-orang yang berpotensi membebani layanan kesehatan segera ditangani sejak awal," kata Dicky.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi