Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala Terinfeksi Corona Varian Delta dan Alasan Mengapa Lebih Berbahaya

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Design_Cells
Ilustrasi virus corona menyebabkan pembekuan darah.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Virus corona varian Delta telah menyebar di Kudus, Jawa Tengah, dan mendominasi penularan virus corona di daerah itu.

Tak hanya di Kudus, kasus Covid-19 dengan varian Delta juga ditemukan di sejumlah daerah lainnya.

Temuan varian Delta ini terkonfirmasi berdasarkan hasil penelitian Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ketua Tim Peneliti WGS FK-KMK UGM Gunadi mengatakan, ditemukan 28 dari 34 sampel atau sekitar 82 persen, merupakan varian Delta.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 di Kudus belakangan memang mendapat banyak sorotan setelah meningkat tajam dalam waktu singkat.

Baca juga: INFOGRAFIK: Gejala Virus Corona Varian Alpha, Beta, dan Delta

Seperti gejala terinfeksi virus corona varian Delta?

Gejala infeksi varian ini pada dasarnya mirip dengan infeksi virus asalnya.

Akan tetapi, varian Delta membuat gejala-gejala tersebut menjadi lebih parah dan lebih sulit ditangani oleh tim medis.

Profesor kedokteran darurat dan kesehatan internasional di Johns Hopkins University Dr Bhakti Hansoti, seperti diberitakan Kompas.com, menyebutkan beberapa gejala terinfeksi virus corona varian Delta.

Berikut beberapa gejalanya:

Kebanyakan pasien yang terinfeksi varian ini membutuhkan perawatan medis di rumah sakit, bahkan memerlukan bantuan oksigen.

Sementara itu, profesor epidemiologi genetika di King's College London, Tim Spector menyebut gejala yang timbul akibat infeksi virus varian Delta terasa seperti flu yang parah.

"Covid sekarang berbeda, dia lebih menyerupai flu yang parah. Orang-orang mungkin berpikir hanya mengalami flu musiman dan mereka tetap pergi ke pesta, kami pikir ini masalah," kata Tim.

Tim juga menjelaskan beberapa gejala yang paling banyak dilaporkan oleh penderita Covid-19 varian Delta, yaitu sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam.

Baca juga: Benarkah Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19 karena Virus Corona Delta?

Bahaya

Pada 31 Mei 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan status atas varian Delta ini sebagai Variant of Concern (VOC) atau varian yang mengkhawatirkan.

Varian Delta juga diketahui jauh lebih menular dari varian lainnya.

Bahkan, WHO menyebut varian Delta dapat mengelabui sistem kekebalan tubuh.

Hal itu tak lepas dari adanya kandungan dua mutasi, yaitu L452R dan T478K, sehingga menjadikannya sebagai varian bermasalah.

Para dokter di China menemukan bahwa pasien yang terinfeksi varian Delta kondisinya lebih parah dan memburuk dengan lebih cepat.

Dalam laporan terbaru, sebanyak 12 persen pasien di China mengalami sakit parah atau kritis. Diberitakan Kompas.com, hal ini Ini terjadi dalam tiga hingga empat hari sejak gejala pertama kali muncul.

Direktur pengobatan perawatan kritis di Universitas Sun Yat-sen Guangzhou, Guan Xiangdong menyebut, sebelumnya kondisi pasien corona di China tak pernah separah ini.

"Sebelumnya, hanya 2 atau 3 persen pasien yang menjadi sakit parah atau kritis dalam jangka waktu tersebut, dengan jumlah yang terkadang meningkat hingga 10 persen," ujar Xiangdong.

Di Inggris, pemerintah terpaksa menunda pembukaan pembatasan selama empat minggu karena menyebarnya varian Delta ini.

Inggris sebelumnya berencana membuka sepenuhnya pembatasan pada 21 Juni 2021 setelah berbulan-bulan secara bertahap melonggarkan pembatasan.

Varian Delta bertanggung jawab atas 96 persen kasus di Inggris dan tes positif melonjak 50 persen pada pekan lalu.

Sumber: Kompas.com (Luthfia Ayu Azanella/Jawahir Gustav Rizal/Tilo Hilmawan Reditya | Editor: Rizal Setyo Nugroho/Rendika Ferri Kurniawan/Ardi Priyatno Utomo)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi