Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menjunjung Tinggi Warisan Kearifan Leluhur

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Sepatu Cibaduyut, salah satu produk dalam negeri
Editor: Heru Margianto

17 JUNI 2021 sebagai awal musim tanam padi skala penuh, Kincir Air Hishino mulai resmi difungsikan kembali di Kota Asakura, Fukuoka, Jepang. Peristiwa teknologi tradisional Jepang tersebut merupakan lambang kebangkitan kota Asakura.

Jepang

Upacara resmi sengaja diselenggarakan demi merayakan kincir air mulai difungsikan kembali serta ditanggapi dengan sorak sorai masyarakat setempat yang sudah lama menunggu peristiwa bermakna peradaban tersebut.

Kincir air kuno tersebut membawa air dari Sungai Chikugo, yang diambil di Bendungan Yamada sekitar 2 km, dari saluran irigasi ke sawah.

Tiga Kincir Air Hishino di Kota Asakura, Prefektur Fukuoka, telah ditetapkan sebagai situs bersejarah nasional yang telah beroperasi selama sekitar 230 tahun lalu sempat rusak tak bisa beroperasi sejak tahun 2017 akibat terlanda bencana banjir yang ternyata tidak hanya terjadi di kota Jakarta saja.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia

Kebetulan saya dibesarkan di keluarga Suprana yang mendirikan perusahaan Jamu Jago pada tahun 1918 maka menghormati warisan kearifan leluhur sudah mendarah-daging di jiwaraga keluarga Suprana termasuk saya.

Sudah lama saya merasa prihatin menyimak gejala psiko kultural bangsa Indonesia akibat terhanyut di dalam gelombang globalisasi malu dianggap tidak modern maka sangat kurang menghormati warisan luluhur bangsa Indonesia yang dahulu disebut sebagai Nusantara.

Sebagian (tidak semua) warga Indonesia masa kini lebih menghormati bahkan mengagumi kebudayaan asing ketimbang kebudayaan bangsa sendiri maka lebih bangga makan hamburger ketimbang perkedel, Kentucky Fried Chicken ketimbang Ayam Goreng Mbok Berek, menggemari K-Pop ketimbang Koes Ploes, jazz ketimbang dangdut, Dior ketimbang Irwan Tirta, Cole Porter ketimbang Ismail Marzuki, mengagumi Dante ketimbang Sutan Takdir Alisyahbana, Plato ketimbang Driyarkara, Von Braun ketimbang Habibie, mejeng pakai sepatu bermerek asing ketimbang buatan Cibaduyut padahal produk asing yang dibanggakan itu dibuat oleh warga Cibaduyut di Cibaduyut.

Baca juga: Seruan Jokowi soal Benci Produk Luar Negeri yang Berujung Kontroversi

Kebanggaan Nasional

Seharusnya bangsa Indonesia bukan malu namun bangga atas mahakarsa dan mahakarya kebudayaan bangsa Indonesia sendiri seperti bangsa Jepang yang tergolong bangsa paling maju di planet bumi abad XXI ini bukan malu namun bangga atas mahakarsa dan mahakarya warisan kearifan leluhur bangsa Jepang sendiri.

Pengejawantahan Semangat Kebanggaan Nasional yang terbukti nyata pada kisah nyata para kincir angin di Fukuoka yang memantapkan keyakinan saya bahwa masih begitu banyak warisan kearifan leluhur bangsa Indonesia dalam bidang pertanian, ekonomi, politik, kesenian, ilmu pengetahuan alam, kesehatan, filsafat serta segenap aspek kebudayaan bahkan peradaban tak lekang dimakan zaman yang siap digali untuk didayagunakan sebagai bekal bukan hanya bangsa Indonesia namun segenap umat manusia dalam menempuh perjalanan peradaban ke masa depan yang lebih baik ketimbang masa kini. Merdeka!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi