Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpilih Jadi Presiden Baru Iran, Berikut Profil Ebrahim Raisi

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/EBRAHIM NOROOZI
Calon presiden Iran Ebrahim Raisi melambai ke media setelah memberikan suaranya di tempat pemungutan suara di Teheran, Iran, Jumat (18/6/2021). Iran menggelar pemungutan suara dalam pemilihan presiden pada Jumat.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Ebrahim Raisi hampir bisa dipastikan akan menjadi presiden Iran berikutnya setelah memenangkan sebagian besar penghitungan suara.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif bahkan telah menyatakan bahwa Raisi merupakan presiden terpilih Iran.

Karenanya, Jariv meminta negara-negara lain harus bekerja dengan Raisi mulai saat ini.

Dengan kemenangan ini, Raisi menjadi presiden kedelapan Iran sejak Revolusi 1979, menggantikan Hassan Rouhani.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raisi sebelumnya pernah menantang Rouhani di Pemilu 2017, tapi kalah dengan perolehan suara 38 persen.

Berikut profil Ebrahim Raisi...

Baca juga: Menteri Luar Negeri: Ebrahim Raisi Presiden Terpilih Iran

Lahir di Kota Masyhad

Melansir Alarabiya, pria yang bernama lengkap Ebrahim Raisi as-Sadati itu lahir pada 14 Desember 1960 di Kota Masyhad, Provinsi Razavi Khorasan.

Ayahnya merupakan seorang pemuka agama dan meninggal saat Ebrahim berusia lima tahun.

Tak lama sebelum Revolusi 1979, Ebrahim mengenyam pendidikan agama di Kota Qom. Saat berusia 15 tahun, ia telah berguru ke sejumlah ulama terkenal, seperti Ali Meshkini, Hossein Nouri Hamdani, dan Abul Qasim Khazali.

Kariernya dimulai sejak usia 20 tahun saat ia menjadi Jaksa di Kota Karaj pada 1980.

Ia ditugaskan ke beberapa ke kota, termasuk Kota Hamdan (1982) dan Teheran (1984) hingga 1990-an.

Anggota "Komite Kematian"

Belum genap 30 tahun, Ebrahim ditunjuk sebagai anggota "Komite Kematian", sebuah komite yang dibentuk untuk menentukan nasib ribuan tahanan politik pada 1988.

Ribuan tahanan politik itu pun dijatuhi hukuman mati. Ini merupakan salah satu pelanggaran hak asasi manusia paling serius dalam sejarah Iran.

Iran tidak pernah mengakui eksekusi massal itu, sementara Raisi tidak pernah membahas tuduhan tentang perannya di dalamnya.

Amnesty International juga mengatakan bahwa sebagai kepala kehakiman, Raisi mengawasi impunitas bagi pejabat dan pasukan keamanan yang dituduh membunuh pengunjuk rasa selama kerusuhan pada 2019.

Baca juga: Profil Mohsen Fakhrizadeh, Ilmuwan Nuklir Top Iran yang Tewas Dibunuh

Perjalanan karier

Pada 2014, Raisi menjadi Jaksa Agung Iran. Setelah kematian Imam Reza Vaezi Tabsi, Khamenei mengangkatnya sebagai kepala salah satu pusat agama dan ekonomi terpenting yang memiliki miliaran dana abadi.

Raisi juga diangkat sebagai kepala kehakiman pada 2019, dua tahun setelah kalah telak dari Hassan Rouhani dalam Pemilu, dikutip dari BBC.

Ia telah menampilkan dirinya sebagai orang terbaik untuk memerangi korupsi dan memecahkan masalah ekonomi Iran.

"Keluhan rakyat kami atas kekurangan adalah nyata," kata dia saat memberikan suaranya di Teheran.

Karena kedekatan dan kesetiaannya dengan Ayatollah Khamenei, Raisi diyakini akan menjadi penerus pemimpin tertinggi Iran.

Baca juga: Jokowi Utang Lagi Rp 13 Triliun dari Bank Dunia, Ekonom: Kurang Pas

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi