Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kasus Covid-19 Meningkat dan Kepedulian Masyarakat Menurun...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/HADI MAULANA
Sebanyak 425 Warga Binaan dan Petugas Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II Tanjungbalai Karimun jalani vaksinasi Covid-19.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penyebaran virus corona penyebab Covid-19 masih terus terjadi, dan bahkan menunjukkan peningkatan signifikan di sejumlah negara.

Salah satu munculnya lonjakan kasus Covid-19 yakni kian menyebarnya berbagai varian baru virus SARS-CoV-2 yang memiliki karakter lebih mudah menular, seperti varian Alpha, Beta, dan Delta.

Di Indonesia sendiri, kasus Covid-19 telah menembus angka 2 juta kasus pada Senin (21/6/2021).

Baca juga: Efektivitas Vaksin Covid-19 terhadap Varian Alpha hingga Delta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendati terus menyebabkan korban jiwa, tidak sedikit yang menganggap Covid-19 hanyalah akal-akalan Pemerintah atau segelintir orang untuk mendapatkan keuntungan dari pandemi yang dibisniskan.

"Yakin tidak akan selesai meskipun di vaksin wong ini bisnis," kata seorang pengguna Instagram @pras.tiyo.121914 saat berkomentar di salah satu unggahan @kompascom terkait Covid-19 di Jakarta.

Banyak juga yang menganggap bahwa angka kasus selalu dinaikkan pada momen-momen tertentu.

Baca juga: Menilik Efektivitas Vaksin dalam Menangkal Virus Corona Varian Delta...

Belum lagi keyakinan keliru soal diagnosis Covid-19 pada seseorang yang justru mereka sebut sebagai "dicovidkan".

"Ambulan kosong ngapain keliling mulu sih.. Ngabisin bensin ama nipisin ban doang," bunyi komentar lain di unggahan yang sama, dari akun @dewantara_ginanjar.

Kelompok dengan keyakinan-keyakinan semacam itu kini kian mudah ditemui, padahal kasus infeksi di tengah masyarakat sedang merangkak naik dalam beberapa waktu terakhir.

Baca juga: Gejala Virus Corona Varian Delta yang Mendominasi Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia...

Percaya atau tidak, masing-masing ada konsekuensinya...

Peneliti pandemi sekaligus epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menyebut, fenomena tersebut sebagai sesuatu yang sangat disayangkan.

"(Meski masyarakat sudah jenuh dan bosan) Sayangnya virus ini tidak ikut jenuh juga bosan untuk terus menyebar. Dan berita buruknya dampak infeksi Covid-19 punya akibat jangka  panjang sebagaimana setiap pandemi virus lainnya," kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Senin (21/6/2021).

Ia tidak bisa sepenuhnya menyalahkan masyarakat atas pilihan mereka untuk tidak lagi meyakini Covid-19 dan justru mengabaikan penyakit berbahaya ini.

"Yang pasti, Covid-19 benar adanya dan semua ada di tangan kita, apakah akan melawannya, atau justru membiarkannya merusak kehidupan kita," kata dia.

"Jadi pilihannya adalah mau terus berjuang melawan virus ini dan segala dampaknya untuk kemudian hidup sehat dan terkendali, atau menyerah dan membiarkan virus ini memakan banyak korban jiwa dan menurunkan kualitas SDM kita di masa depan," lanjutnya.

Baca juga: Update Corona Global 22 Juni 2021: Kasus Covid-19 di Indonesia Tembus 2 Juta | Ancaman Duterte Penjarakan Warga Filipina yang Menolak Vaksinasi

Dicky hanya mengatakan pengabaian yang saat ini banyak dilakukan masyarakat sesungguhnya hanya akan menjadi catatan kelam pandemi di Indonesia, dan tidak akan membawa dampak baik bagi penanganan atau penyelesaian pandemi itu sendiri.

"Fenomena pengabaian sebagian masyarakat ini hanya akan jadi catatan buruk sejarah pandemi kita, karena sekali lagi hanya menyebabkan lebih banyak lagi orang yang menjadi korban.

"Sejarah 100 tahun lalu terulang kembali di Indonesia, dulu (Flu Spanyol 1918) sebagian masyarakat kita pun sama juga, abai dan tidak percaya, hasilnya 4 juta (jiwa) meninggal," sebut Dicky.

Baca juga: Tembus 2 Juta Kasus, Berikut Provinsi dengan Kasus Covid-19 Tertinggi di Indonesia

Berlaku di seluruh dunia

Terkait ketidakpercayaan masyarakat semacam yang saat ini ditemui di Indonesia, Dicky menjelaskan sesungguhnya hal itu merupakan hal lumrah dalam pandemi yang juga terjadi di negara-negara lain.

"Semua negara seperti ini, di Amerika saja seperti ini, sama. Hanya proporsinya saja. Teori konspirasi, penolakan-penolakan, sama itu ada di setiap negara dan di setiap pandemi, itu namanya infodemik," kata dia.

Ketidakpercayaan sebagian masyarakat terhadap penyakit juga bukan hanya terjadi kali ini atau pada pandemi Flu Spanyol seabad yang lalu, melainkan terjadi pula di sejarah-sejarah pandemi sebelumnya.

Baca juga: Waspadai Gejala Baru Covid-19, Mirip Flu Musiman

Hanya saja terjadi dalam skala yang berbeda.

"Bukan hanya yang 100 tahun lalu saja, sebelum-sebelumnya juga ada (penolakan/ketidakyakinan) dalam skala yang beda, tapi intinya sama," ucap Dicky.

"Oleh karena itu, untuk melihat ke depan kita harus merujuk ke belakang, lihat sejarah. Sebagai peneliti pandemi, saya siap menjelaskan. Akibatnya kalau seperti ini, ya bahaya," pungkas dia.

Baca juga: Menilik Penambahan Kasus Covid-19 di Indonesia...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Efektivitas Vaksin Covid-19 Tangkal Varian Alpha hingga Delta

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi