Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hari Janda Internasional dan Sosok Shrimati Pushpa Wati Loomba

Baca di App
Lihat Foto
screenshoot
Hari Janda Internasional 23 Juni 2021
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Setiap tanggal 23 Juni diperingati sebagai Hari Janda Internasional atau International Widows Day.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendeklarasikan 23 Juni sebagai Hari Janda Internasional sejak tahun 2011.

Beberapa wanita di seluruh dunia setelah kehilangan pasangan hidupnya menghadapi tantangan dan perjuangan jangka panjang untuk kebutuhan dasar, hak dan martabat mereka.

Pandemi memperburuk situasi tersebut. Banyak wanita yang menjanda setelah ditinggal suaminya yang meninggal karena Covid-19.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Valentina Tereshkova Menjadi Wanita Pertama yang Terbang ke Luar Angkasa

Sejarah Hari Janda Internasional

Mengutip Republic World, 22 Juni 2020, Hari Janda Internasional bertujuan untuk mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan yang dihadapi oleh jutaan janda dan tanggungan mereka di banyak negara.

Hari Janda Internasional diprakarsai oleh The Loomba Foundation, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berbasis di London, Inggris Raya, dan diluncurkan di House of Lords di London pada 26 Mei 2005.

Loomba Foundation kemudian memimpin program kampanye global untuk pengakuan PBB selama lima tahun.

Mereka berhasil ketika pada 2010, PBB dalam keputusan bulat, mengadopsi Hari Janda Internasional sebagai hari aksi global tahunan oleh Majelis Umum PBB.

Baca juga: Kronologi dan 7 Pesan Nyelaras, Perempuan yang Diduga Korban Pelecehan Gofar Hilman

 

Shrimati Pushpa Wati Loomba

Melansir One India, 23 Juni 2020, pada 23 Juni 1954 Shrimati Pushpa Wati Loomba, ibu dari pendiri yayasan, Rajinder Paul Loomba, menjadi janda pada usia 37 tahun.

Hal itu setelah Jagiri Lal Loomba, suami Pushpa Wati meninggal karena tuberkulosis. 

Pushpa Wati lalu harus menghidupi tujuh anak dari keluarga itu

Menurut Raj, ibunya Pushpa Wati Loomba adalah wanita yang kuat, bertekad untuk memastikan prospek anak-anaknya tidak dirugikan oleh tragedi ini.

Untuk memberi anak-anaknya kesempatan terbaik dalam hidup, Pushpa Wati memutuskan untuk mencurahkan seluruh sumber daya mereka untuk memastikan bahwa semua anak, termasuk anak perempuan, menerima pendidikan terbaik, sampai ke universitas.

Seperti saudara-saudaranya, Raj belajar keras dan melanjutkan untuk membangun bisnisnya di Inggris dan India, tetapi dia tidak pernah melupakan dampak dari peristiwa itu.

Dia menyadari betapa beruntungnya dia, dan banyak orang lain yang tidak seberuntung itu.

“Ibuku tidak akan bisa menyekolahkan kami ke perguruan tinggi atau memberi kami makanan bergizi dan pakaian bagus untuk dipakai. Gambaran dan keadaan janda miskin dan anak-anak mereka yang saya lihat di masa muda saya, semuanya kembali kepada saya,” kata dia dikutip dari Loomba Foundation. 

Raj menyadari bahwa jika dia adalah putra seorang janda miskin, dia tidak akan pernah mampu membangun perusahaan mode besar di London.

"Saya akan tumbuh buta huruf, mungkin naik becak di beberapa kota pinggiran di Punjab," kata dia lagi. 

Loomba telah menyaksikan perjuangannya dan diskriminasi sosial-ekonomi yang dihadapi para janda di komunitasnya secara langsung.

Setelah ibunya menjanda, Loomba memutuskan untuk mendirikan LSM tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang tantangan menjadi janda.

Dia juga mulai mengumpulkan dana, yang kemudian digunakan untuk membantu anak-anak janda di negara-negara miskin untuk bersekolah.

Yayasan Loomba secara aktif bekerja di India, dengan banyak negara Asia dan Afrika lainnya juga.

Baca juga: WHO: Negara Miskin Kehabisan Stok Vaksin untuk Program Vaksinasi

 

245 janda di dunia

Di negara-negara terbelakang dan berkembang, karena kurangnya pendidikan dan kesadaran, tidak jarang perempuan disalahkan atas kematian suaminya.

Mereka biasanya ditinggalkan oleh mertua mereka dan bahkan keluarga mereka sendiri dalam beberapa kasus.

Sebuah buku 2010, Invisible, Forgotten Sufferers: The Plight of Widows Around the World, memperkirakan bahwa ada 245 juta janda di seluruh dunia, 115 juta di antaranya hidup dalam kemiskinan dan menderita stigmatisasi sosial dan kekurangan ekonomi semata-mata karena mereka telah kehilangan suami.

Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingati 23 Juni sebagai Hari Janda Internasional (resolusi A/RES/65/189) sejak 2011.

Hal itu untuk menarik perhatian pada suara dan pengalaman para janda dan untuk mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.

Hari Janda Internasional pertama berlangsung pada tahun 2005 dan diluncurkan oleh Lord Loomba dan presiden yayasan, Cherie Blair.

Pada Hari Janda Internasional keenam tahun 2010, acara diadakan di Rwanda, Sri Lanka, Amerika Serikat, Inggris, Nepal, Suriah, Kenya, India, Bangladesh, dan Afrika Selatan.

Baca juga: Kisah Desa yang Dihuni 3.000 Janda, Para Suami Tewas Diterkam Harimau

 

Invisible Women, Invisible Problems

PBB dalam lamannya menggambarkan para janda sebagai wanita yang tidak terlihat dan masalahnya tak terlihat "Invisible Women, Invisible Problems".

Beberapa masalah yang dihadapi para janda antara lain kemiskinan, kekerasan, kesehatan, dan situasi terkait konflik.

Menurut PBB, dikutip laman UN, Hari Janda Internasional menjadi kesempatan untuk bertindak menuju pencapaian hak dan pengakuan penuh bagi para janda.

Ini termasuk memberi mereka informasi tentang akses ke bagian yang adil dari warisan, tanah, dan sumber daya produktif mereka; pensiun dan perlindungan sosial yang tidak didasarkan pada status perkawinan saja; pekerjaan yang layak dan upah yang sama; dan kesempatan pendidikan dan pelatihan.

Baca juga: Besok Ada Strawberry Supermoon, Cek Waktu Puncak dan Cara Melihatnya

Memberdayakan janda untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga mereka juga berarti mengatasi stigma sosial yang menciptakan pengucilan, dan praktik diskriminatif atau berbahaya.

Selanjutnya, Pemerintah harus mengambil tindakan untuk menegakkan komitmen mereka untuk memastikan hak-hak janda sebagaimana diabadikan dalam hukum internasional, termasuk Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan dan Konvensi Hak Anak.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi