Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Orang yang Divaksin Bisa Lebih Cepat Meninggal

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi hoaks, hoax
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

 

KOMPAS.com - Beredar unggahan di facebook yang menyebut vaksinasi dapat mempercepat seseorang meninggal.

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta, informasi yang disebarkan itu dipastikan hoaks atau tidak benar.

Sejumlah Vaksin yang beredar dan digunakan dalam program vaksinasi dipastikan aman dan telah lulus uji klinis. 

Kemenkes RI juga menyebut, tidak ada kasus meninggal yang disebabkan langsung oleh vaksin. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narasi yang beredar

Akun Facebook Muhammad Al Fais membagikan tangkapan layar tulisan dan tautan media online luar negeri yang mengklaim vaksin bisa mempercepat seseorang meninggal.

Pesan yang ditulis dalam gambar itu adalah:

"Yang sudah divaksin siap2 mati dini.
Mike Yeadon bekas ketua saintis di firma vaksin pFizer menyatakan bahwa kini sudah amat terlambat untuk menyelamatkan siapa yang sudah divaksin covid 19.
Beliau menyeru kepada semua yang belum menerima vaksin yang bisa membunuh itu untuk berjuang demi kesinambungan manusia dan nyawa anak2.
Pakar imunisasi terkenal ini mengingatkan fakta bhw proses menurunkan jumlah besar manusia yang hidup pada masa kini.
Sejurus selepas suntikan vaksin pertama terdapat sejumlah 0,8%..."

Sementara itu dia menambahkan narasi sebagai berikut:

"Untung aku belum di vaksin.."

Unggahan yang dibuat pada 20 Juni 2021 tersebut telah disukai sebanyak 17 kali, dikomentari sebanyak 11 kali, dan dibagikan ulang 1 kali.

Konfirmasi dan penelusuran Kompas.com

Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri artikel yang ditautkan oleh akun Facebook Muhammad Al Fais. Judul artikel itu adalah Former Pfizer VP: ‘Your government is lying to you in a way that could lead to your death.’

Artikel tersebut ditemukan di media Life Site yang terbit pada 7 April 2021. Artikel itu berisi wawancara Life Site dengan Dr. Michael Yeadon, mantan Wakil Presiden dan Kepala Ilmuwan Alergi & Pernapasan Pfizer.

Menanggapi Yeadon, juru bicara Departemen Kesehatan & Perawatan Sosial Inggris mengatakan bahwa klaim tersebut salah.

"Klaim ini salah, berbahaya dan sangat tidak bertanggung jawab," ujar pernyataan itu.

Dikutip dari Reuters, CDC Amerika Serikat menyebut VAERS (Vaccine Adverse Event Reporting System) memang menerima 4.178 laporan kematian (0,0017 persen dari semua dosis vaksin) antara 14 Desember 2020 dan 3 Mei 2021.

Namun, laporan ini tidak menunjukkan hubungan sebab akibat antara menerima vaksin dan kematian.

Pada 11 Mei 2021, CDC mengatakan bahwa “peninjauan informasi klinis yang tersedia, termasuk sertifikat kematian, otopsi, dan catatan medis belum menetapkan hubungan sebab akibat dengan vaksin Covid-19.”

Kemenkes RI

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tirmizi juga menegaskan bahwa informasi tersebut adalah hoaks atau tidak benar.

"Ini hoaks. Mana mungkin vaksin mempercepat orang meninggal. Itu (kalau menyebabkan meninggal) sudah pasti tidak akan lulus uji klinisnya," kata Nadia pada Kompas.com, Selasa (22/6/2021).

Dia juga mengatakan hingga kini tidak ada kasus pasien Covid-19 meninggal karena vaksin.

Selain itu, vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi juga dipastikan aman dan telah melalui uji klinis.

"Tidak ada kasus meninggal yang disebabkan oleh vaksin," jelasnya.

Kesimpulan

Informasi yang menyebut bahwa vaksin mempercepat seseorang meninggal adalah tidak benar atau hoaks.

Vaksin Covid-19 yang beredar dan digunakan dalam program vaksinasi sudah melalui tahapan uji klinis dan dinyatakan lulus dan aman. 

Selain itu, belum ditemukan hubungan sebab akibat seseorang yang meninggal setelah disuntik vaksin Covid-19. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi