KOMPAS.com - Penjualan foto KTP dan foto selfie dengan KTP diperbincangkan di media sosial.
Akun Twitter @cryptovasi mengunggah tangkapan gambar Facebook dari salah satu akun penjual foto KTP dan foto selfie dengan KTP.
"Data dan fotomu bisa dijual oleh orang-orang tidak bertanggungjawab. WASPADALAH!," tulis dia.
Sampai pada Jumat (25/6/2021) unggahannya mendapat 167 balasan, 2,3 ribu retweet dan 3,5 ribu like.
Kebocoran dan jual beli data penduduk semacam ini bukan pertama kali terjadi.
Data pribadi bisa dihargai sangat mahal karena bisa menjadi akses hal-hal informasi vital, seperti bank dan pinjaman online.
Pasalnya, foto KTP dan foto selfie menggunakan KTP menjadi data yang menjadi verifikasi lembaga keuangan dan berbagai instansi.
Baca juga: Viral, Kisah Hasil Menabung Setelah Berhenti Merokok, Ini Ceritanya
Bahaya kebocoran data
Melihat maraknya kebocoran dan jual-beli data penduduk, pengamat teknologi dan digital foransik PT Digital Forensic Indonesia (DFI) Ruby Alamsyah, ST, MTI mengatakan, sistem verifikasi menggunakan selfie KTP hanya menguntungkan satu pihak saja.
"Efektif mungkin bagi industri keuangan itu sendiri, verifikasi data," kata Ruby, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (25/6/2021).
Menurutnya, sistem verifikasi menggunakan selfie KTP ini tidak diimbangi dengan sistem dan regulasi keamanan digital yang memadai.
Sehingga, risiko yang dihadapi masyarakat jauh lebih besar.
"Manfaatnya hanya berguna bagi industri tersebut saja, ternyata dampak negatifnya jauh lebih banyak alias banyaknya terjadi kebocoran data," tutur Ruby.
Lebih lanjut, Ruby menjelaskan bahwa kebocoran data semacam ini paling berisiko pada kerugian finansial.
Orang yang menyalahgunakan data dan foto KTP bisa mengajukan pinjaman online dan merugikan orang yang datanya tersebar.
"Selain dijualbelikan, orang segampang itu bisa mengajukan pinjaman atas nama orang lain yang didapat dengan foto tersebut. Akhirnya manfaatnya lebih kecil daripada risikonya," jelas dia.
Baca juga: Viral, Video Mobil Goyang Saat Isi Bensin, Apa Sih Manfaatnya?
Sistem verifikasi ditinjau ulang
Gagasan e-KTP sudah sejak lama digadang manjadi sistem data penduduk yang terpusat dan terkoneksi pada berbagai sektor.
"Di kita kan masih belum solid sistemnya meskipun kita sudah menggadang-gadang KTP cukup lama, tetapi penggunaan NIK sebagai single identity number itu tidak bisa dimanfaatkan dengan optimal," terang Ruby,
Akibatnya, banyak pihak memanfaatkan opsi celah keamanan data untuk mengambil keuntungan darinya.
"Jadi menurut saya, mestinya verifikasi selfie pakai KTP itu mesti dipertimbangkan kembali oleh pihak regulator," kata Ruby.
Baca juga: Viral, Video Anak Terapung di Laut Selama 3 Jam Diselamatkan TN AL, Ini Kronologinya
Regulasi dan sistem keamanan
Ruby mencontohkan sistem verifikasi di Amerika Serikat, menggunakan social security number (SSN).
Nomor ini menjadi acuan utama untuk menghubungkan semua data. Kebijakan SSN ini menurutnya bisa berjalan saat diimbangi dengan regulasi dan sistem keamanan yang baik. Ada jaminan privasi dan keamanan data penduduk.
"Sudah bisa digunakan sebagai referensi fix dan disiapkan keamanannya yang proper, kalau kita ternyata enggak," kata Ruby.
Maka dari itu, verifikasi data menggunakan foto KTP dan foto selfie KTP ini perlu diperimbangkan lagi risikonya bagi masyarakat.
"Menggunakan cara lain agar kebutuhan industri dapat tetap terpenuhi verifikasinya, tetapi data pelanggan ataupun masyarakat bisa tetap optimal diamankan ataupun disalahgunakan," imbuh dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.