KOMPAS.com - Tahun kedua pandemi Covid-19 menginfeksi, dunia kini disibukkan dengan kemunculan varian-varian baru virus corona.
Satu di antaranya adalah varian B.1.617.2 atau disebut dengan varian Delta yang pertama kali muncul di India.
Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO Dr Mike Ryan memperingatkan, varian Delta merupakan jenis mutasi Covid-19 tercepat dan terkuat yang pernah ada.
Baca juga: 33 RS yang Jalankan Program Vaksinasi Covid-19 Tanpa Syarat Domisili
Menurutnya, varian Delta akan menginfeksi orang yang paling rentang, terutama di tempat-tempat dengan tingkat vaksinasi rendah.
"Tidak ada varian yang benar-benar menemukan kombinasi penularan dan kematian yang tinggi, tetapi Delta adalah varian yang paling cepat dan terkuat dari varian-varian lain," kata dia, dikutip dari CNBC.
"Varian ini memiliki potensi lebih mematikan karena lebih efisien dalam cara penularan dan pada akhirnya akan menemukan individu-individu rentan yang akan menjadi sakit parah, harus dirawat di rumah sakit dan berpotensi mati," sambungnya.
Baca juga: Ragam Gejala Covid-19, Apa Saja yang Perlu Diwaspadai?
Varian paling dominan
Ia menuturkan, para pemimpin dunia dan pejabat kesehatan masyarakat dapat membantu melindungi yang paling rentan melalui vaksin Covid-19.
Pekan lalu, WHO menyebut Delta menjadi varian dominan di seluruh dunia.
Badan PBB yang bermarkas di Geneva itu sebelumnya juga memasukkan varian Delta ke dalam kategori "varian yang menjadi perhatian".
Baca juga: Efektivitas Vaksin Covid-19 terhadap Varian Alpha hingga Delta
Sebuah varian dapat diberi label itu jika terbukti lebih menular, lebih mematikan atau lebih resisten terhadap vaksin dan perawatan saat ini.
Direktur Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia Dr Paul Offit mengatakan, Delta sekarang menggantikan Alpha, varian yang sangat menular dan melanda banyak negara awal tahun ini.
Baca juga: Penambahan Kasus Covid-19 Indonesia Peringkat Ke-5 Sedunia
Studi menunjukkan, varian Delta sekitar 60 persen lebih mudah menular daripada Alpha.
Sebagai perbandingan, varian Alpha diketahui lebih menular dari jenis awal Covid-19 yang muncul di Wuhan.
"Kita perlu memvaksinasi semua orang sekarang," ujar Offit.
Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di 6 Provinsi Pulau Jawa dan Nasional, Mana Saja?
Gejala yang lebih parah
Pimpinan Teknis WHO untuk Covid-19 Maria Van Kerkhove menuturkan, varian Delta telah menyebar ke hampir 100 negara.
Varian itu membuat setidaknya 10 persen dari semua kasus di Amerika Serikat dan akan diyakini akan menjadi varian dominan di negara tersebut.
Pejabat WHO mengatakan, ada laporan bahwa varian delta juga menyebabkan gejala yang lebih parah, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi kesimpulan tersebut.
Baca juga: Kemenkes Tegaskan Penghapusan Syarat Domisili Vaksinasi Covid-19 Terbatas di Tempat Berikut
Namun, ada tanda-tanda bahwa varian Delta dapat memicu gejala yang berbeda dari varian lainnya.
Karena kondisi itu, WHO telah mendesak negara-negara kaya termasuk AS untuk menyumbangkan vaksin.
"Vaksin ini sangat efektif melawan penyakit parah dan kematian. Untuk itulah mereka dimaksudkan, dan untuk itulah mereka perlu digunakan," kata Van Kerkhove.
Baca juga: Cara Melihat dan Unduh Sertifikat Vaksin Covid-19