Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Bagaimana Vaksin Dikembangkan...

Baca di App
Lihat Foto
Pixabay/Torstensimon
Ilustrasi vaksin
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Vaksin menjadi kunci penting dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Para ilmuwan dari berbagai negara pun terus berupaya mengembangkan vaksin yang cocok demi menghentikan penyakit yang disebabkan virus corona ini.

Namun, tahukah Anda tentang vaksin, bahan pembuatan vaksin, serta cara kerjanya? 

Berikut ulasan mengenai vaksin berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO):

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 8 Gejala dan Ciri Terinfeksi Covid-19, Apa Saja?

Bagaimana vaksin dikembangkan?

Sebagian besar vaksin telah digunakan selama puluhan tahun, dan jutaan orang telah menerima vaksin dengan aman setiap tahunnya.

Seperti semua obat-obatan, setiap vaksin harus menjalani tes yang menyeluruh dan ketat untuk memastikan keamanannya sebelum dimasukkan di dalam program vaksin suatu negara.

Setiap vaksin yang sedang dikembangkan pertama-tama harus menjalani skrining dan evaluasi untuk menentukan antigen mana yang sebaiknya digunakan untuk menimbulkan respons imun.

Fase praklinis ini dijalankan tanpa tes pada manusia. Vaksin uji coba dites terlebih dahulu pada hewan untuk mengevaluasi keamanannya dan potensinya mencegah penyakit.

Jika suatu vaksin memicu suatu respons imun, vaksin tersebut berikutnya dites pada uji klinis manusia dalam tiga fase.

Baca juga: Cara Melihat dan Unduh Sertifikat Vaksin Covid-19

Fase 1:

Vaksin diberikan kepada sejumlah kecil sukarelawan untuk menilai keamanannya, memastikan bahwa vaksin tersebut menghasilkan suatu respons imun, dan menentukan dosis yang tepat.

Umumnya, dalam fase ini vaksin dites pada sukarelawan dewasa yang masih muda dan sehat.

Fase 2:

Vaksin kemudian diberikan kepada beberapa ratus sukarelawan untuk menilai keamanannya lebih jauh dan kemampuannya menghasilkan suatu respons imun.

Para peserta dalam fase ini memiliki karakteristik yang sama (misalnya usia dan jenis kelamin) dengan orang-orang yang disasar oleh vaksin ini.

Biasanya beberapa uji coba dilakukan di dalam fase ini untuk mengevaluasi berbagai kelompok usia dan berbagai formulasi vaksin.

Dalam fase ini biasanya ada juga kelompok yang tidak mendapatkan vaksin, yang menjadi kelompok pembanding untuk menentukan apakah perubahan yang terjadi pada kelompok yang divaksinasi terkait dengan vaksin atau terjadi secara kebetulan.

Baca juga: WHO: Vaksin Covid-19 Tak Bahaya bagi Ibu Hamil

Fase 3:

Kemudian, vaksin diberikan kepada ribuan sukarelawan dan dibandingkan dengan kelompok orang yang tidak mendapatkan vaksin tetapi mendapatkan produk pembanding.

Hal itu untuk menentukan apakah vaksin tersebut efektif memberikan perlindungan terhadap penyakit yang disasar dan untuk mempelajari keamanannya pada orang dalam jumlah yang lebih besar.

Sering kali fase ketiga uji klinis dilakukan di beberapa negara dan di beberapa tempat di dalam satu negara untuk memastikan bahwa temuan tentang kinerja vaksin tersebut juga berlaku untuk berbagai populasi.

Baca juga: Perhatikan Ini Saat Akan Mendapatkan Vaksin Covid-19

Bahan-bahan dalam vaksin

Vaksin mengandung fragmen-fragmen kecil dari organisme penyebab penyakit atau cetak biru pembuatan fragmen-fragmen kecil tersebut.

Selain itu, vaksin juga mengandung bahan-bahan lain yang menjaga keamanan dan efektivitas vaksin itu sendiri.

Bahan-bahan lain ini telah dimasukkan ke dalam vaksin dan telah digunakan selama puluhan tahun dalam miliaran dosis vaksin.

Setiap komponen vaksin memiliki tujuan tertentu, dan setiap bahan dites dalam proses pembuatan. Tes keamanan dijalankan atas semua bahan.

Baca juga: Menilik Efektivitas Vaksin dalam Menangkal Virus Corona Varian Delta...

  • Antigen

Semua vaksin mengandung sebuah komponen aktif (antigen) yang menghasilkan respons imun, atau cetak biru untuk membuat komponen aktif tersebut.

Antigen dapat berupa sebagian kecil dari organisme penyebab penyakit, seperti protein atau gula, atau keseluruhan organisme dalam bentuk yang dilemahkan atau diinaktivasi.

Bahan utama dalam suatu vaksin adalah antigen.

Antigen dapat berupa sebagian kecil dari organisme penyebab penyakit atau versi dilemahkan yang tidak berbahaya.

Sehingga tubuh akan dapat mempelajari cara yang spesifik untuk melawan antigen tanpa jatuh sakit.

  • Pengawet

Pengawet mencegah vaksin menjadi terkontaminasi setelah ampulnya dibuka, jika akan digunakan untuk memvaksinasi lebih dari satu orang.

Beberapa vaksin tidak memiliki pengawet karena disimpan dalam ampul dosis tunggal dan dibuang setelah vaksin diberikan.

Pengawet yang paling sering digunakan adalah 2-fenoksietanol.

Pengawet ini telah digunakan selama bertahun-tahun pada sejumlah vaksin, digunakan pada beberapa produk perawatan bayi.

Namun tak perlu ragu, pengawet tersebut aman untuk digunakan pada vaksin, karena hampir tidak memiliki kadar racun bagi manusia.

Baca juga: Kemenkes Hapus Syarat KTP Domisili bagi Peserta Vaksin Covid-19, Ini Penjelasannya

  • Stabilisator

Stabilisator mencegah terjadinya reaksi kimia di dalam vaksin dan menjaga agar komponen-komponen vaksin tidak menempel pada ampul vaksin.

Stabilisator dapat berupa gula (laktosa, sukrosa), asam amino (glisin), gelatin), dan protein (rekombinan albumin manusia, yang diambil dari ragi).

  • Surfaktan

Surfaktan memastikan semua bahan di dalam vaksin tetap tercampur.

Surfaktan mencegah pengendapan dan penggumpalan unsur-unsur yang ada dalam vaksin yang berbentuk cair.

Surfaktan juga sering digunakan pada makanan seperti es krim.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca Efektif Melawan Varian Delta dan Kappa

  • Residu

Residu adalah jumlah kecil berbagai zat yang digunakan selama pembuatan atau produksi vaksin yang bukan merupakan bahan aktif dalam vaksin jadi.

Zat-zat ini berbeda-beda tergantung proses pembuatan yang digunakan dan dapat meliputi protein telur, ragi, atau antibiotik.

Sisa-sisa residu zat-zat ini dapat ada di dalam vaksin dalam jumlah yang begitu kecil sehingga perlu diukur dalam satuan bagian per juta atau bagian per miliar.

  • Pelarut

Pelarut merupakan cairan yang digunakan untuk melarutkan vaksin hingga pada konsentrasi yang sesuai tepat sebelum digunakan. Pelarut yang paling sering digunakan adalah air steril.

  • Adjuvan

Beberapa vaksin juga mengandung adjuvan.

Adjuvan meningkatkan respons imun terhadap vaksin, terkadang dengan cara mempertahankan vaksin agar tetap berada di lokasi suntikan untuk waktu yang sedikit lebih lama atau dengan cara menstimulasi sel imun lokal.

Adjuvan dapat berupa garam aluminium (seperti aluminium fosfat, aluminium hidroksida, atau kalium aluminium sulfat) dalam jumlah sangat kecil.

Aluminium terbukti tidak menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, dan manusia terbiasa menelan aluminium melalui tindakan makan dan minum.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Abdala Buatan Kuba Diklaim Punya Efikasi 92 Persen

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi