Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Suntik Vaksin Segera, Jangan Ditunda-tunda Saat Siap dan Tersedia

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT
Seorang tenaga kesehatan membawa lilin saat akan memberi penghormatan terakhir pada jenazah rekannya Liza Putri Noviana di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Kamis (24/6/2021) Liza merupakan tenaga kesehatan pertama di RSDC yang meninggal dunia karena terpapar COVID-19.
Editor: Heru Margianto

APA kabar? Semoga kabarmu baik juga kabar orang-orang yang kamu kasihi. Jika kabarmu baik dan orang-orang yang kamu kasihi juga baik kabarnya, bersyukurlah.

Ungkapan syukur itu bisa diwujudkan dalam upaya tetap disiplin dan lebih gigih menjaga kesehatan sebagai pijakan kabar baik kita. 

Hari-hari ini, kabar baik tampaknya jauh dari pengalaman harian banyak orang, juga orang-orang yang mereka kasihi.

Di grup percakapan dan di media sosial, silih berganti kabar duka datang dari orang-orang yang kita kenal. Permohonan doa dan dukungan disampaikan untuk orang-orang yang dekat dengan kita.

Tidak lama kemudian, kabar duka dari pemohon doa disampaikan. Teman atau saudara yang sakit tidak tertolong lagi karena tidak tertangani.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hening grup percakapan selain berurutan saling memberi ucapan duka dan doa untuk menguatkan dari kejauhan.

Beberapa teman saya menjauhi situasi yang menekan ini dengan menonaktifkan sementara grup percakapan dan juga media sosial. Mengambil jeda dan jarak dilakukan dengan sadar.

Dengan jeda dan jarak, apakah fakta tidak lagi ada?

Fakta tidak berubah dan tetap nyata adanya. Namun, fakta yang terjadi dan ada di luar kendalinya tidak menjadi beban pikiran. Fakta itu tidak sempat mampir ke pikiran apalagi menggangu jiwa.

Hari-hari teman saya menjadi lebih tenang. Mekanisme di dalam diri yang dipilih dengan sadar membantunya menghadapi situasi yang tidak mudah ini. 

Bagaimana mekanisme dalam dirimu untuk menghadapi situasi tidak mudah hari-hari ini?

Alarm tanda bahaya sudah dibunyikan seminggu terakhir oleh banyak pihak yang memiliki otoritas. Makin kerap bunyi ambulans terdengar di sekitar kita.

Wisma Atlet di Kemayoran yang menjadi rumah sakit darurat Covid-19 mulai kewalahan. Pasien yang sudah membaik kondisinya meskipun masih positif, dipulangkan.

Ambulans bergantian datang tidak habis-habis. Wisma Atlet tidak mampu lagi menampung pasien kecuali pasien yang membaik kondisinya meskipun masih positif dipulangkan.

Wisma Atlet adalah gambaran. Di banyak tempat di Pulau Jawa, kondisi serupa kita dengar.

Untuk permintaan tolong mencarikan tempat perawatan intensif di rumah sakit, kita warga masyarakat pada umumnya tidak berdaya. Aparat negara demikian pula, dalam posisi tidak berdaya.

Karena itu, jika kabar kita baik, sehat begitu juga orang-orang yang kita kasihi bersyukurlah. Ungkapan syukur itu bisa dilakukan dengan tetap menjaga kesehatan agar tidak menambah beban rumah sakit.

Gambaran kondisi genting ini tergambar dari kisah Agus Rahmanto. Wakil Kepala Polres Jakarta Selatan ini akhirnya menangis lantaran gagal menyelamatkan nyawa warga yang tidak berdaya karena Covid-19.

Kamis, 24 Juni 2021, Agus hendak mengevakuasi Budi (59), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dengan masker dobel, pelindung mata dan keberanian, Agus dan tiga orang lain memberanikan diri menggotong dan mengeluarkan Budi dari rumahnya.

Agus tidak mengenal Budi yang telat mendapat pertolongan. Saat dievakuasi, Budi yang lemah kondisinya megenakan baju dan sarung saja. Ambulans yang dinanti-nantikan untuk mengevakuasi Budi ke rumah sakit tidak kunjung tiba.

Akhirnya ambulans tiba di kawasan yang separuh warganya terpapar Covid-19. Namun, sopir ambulans bertanya-tanya hendak di bawa ke mana dan akhirnya tidak jalan-jalan juga. 

Agus berinisiatif memakai mobil Kijang milik warga yang dipinjamkan untuk membawa Budi. Budi dimasukkan ke dalam mobil Kijang lalu Agus mengemudikannya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Minggu sambil berkoordinasi.

Namun, upaya Agus dan beberapa orang lain tidak membawa hasil yang diharapkan. Budi tidak tertolong saat sampai di RSUD Pasar Minggu.

Tubuh Budi yang sebelumya lemas terbujur kaku saat diturunkan dari mobil Kijang di lobi RSUD Pasar Minggu. Agus menangis di trotoar RSUD mendapati kenyataan ini.

Kisah Agus dan Budi adalah gambaran kita hari-hari ini. Upaya kita kerap berhadapan dengan keterbatasan dan ketidakberdayaan menghadapi realita.

Kita mendengar keluarga, saudara, teman, kawan atau kenalan meminta pertolongan dan bantuan. Sejumlah upaya kita lakukan. Banyak yang tidak bisa berbuat apa-apa juga. Ujung kisah mengharapkan keajaiban atau mengikhlaskan.

Pilu dan menyayat-nyayat perasaan. Kondisi memang sangat tidak memungkinkan. Karena itu, buat kamu yang masih sehat dan orang-orang yang kamu kasihi masih sehat, mari bersama-sama melandaikan kurva penularan.

Rumah sakit dan tenaga medis yang serba terbatas di benteng terkahir pertahanan perlu kita perkuat tidak justru membuat mereka makin kewalahan. Kondisi buruk yang menyesakkan ini jangan sampai tidak berkesudahan.

Minggu lalu, dua rekor berturut-turut terjadi untuk penambahan kasus Covid-19 di Indonesia. Minggu (27/6/2021), dilaporkan ada  21.342 kasus atau naik 247 kasus dari Sabtu (26/6/2021) sebanyak 21.095.

Total kasus Covid-19 yang dilaporkan hingga Minggu ini mencapai 2.115.304 orang terhitung sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020 lalu.

Varian Delta yang pertama kali teridentifikasi di India menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus di Indonesia. Varian Delta didapati sangat mudah menular dan lebih berbahaya dibandingkan varian lainnya.

Kepala petugas Kesehatan Queensland, dr Jeannete Young menyebut, varian Delta ini dapat menular melalui kontak dengan durasi sekitar 5 hingga 10 detik saja.

Mar kita mengenali gejalanya agar kita lebih waspada dan tahu harus berbuat apa di tengah keterbatasan fasilitas kesehatan saat ini.

Mereka yang terpapar varian Delta memiliki beberapa gejala umum seperti sakit perut, selera makan hilang, mual, nyeri sendi, gangguan pendengaran, sakit kepala, sakit tenggorokan, demam.

Berbeda dengan yang kita ketahui sebelumnya, batuk dan kehilangan penciuman merupakan gejala awal yang jarang terjadi untuk mereka yang terpapar varian Delta.

Dengan menerapkan disiplin protokol kesehatan, upaya kita untuk melandaikan kurva jika mampu adalah meminimalkan mobilitas dan aktivitas di luar rumah.

Setidaknya ada enam tempat yang perlu dihindari agar tidak memasukkan kita dalam bahaya itu. Hindari kedai tempat makan dan minum, gedung konser dan tempat ibadah, transportasi umum, pasar, sekolah dan tempat kerja atau kantor.

Sambil kita berupaya disipilin dengan protokol kesehatan, kita dorong dan pastikan orang-orang di sekitar kita untuk mendapatkan vaksin saat siap dan tersedia. Jangan ditunda-tunda jika kesempatannya terbuka.

Kabar baik untuk vaksinasi adalah kemampuan tenaga medis kita melakukan vaksinasi lebih dari satu juta dalam sehari.

Di saat rekor penambahan kasus positif Covid-19 terjadi, pada Sabtu (26/6/2021), vaksinasi Covid-19 di Indonesia menembus 1,3 juta orang.

Target yang ditetapkan Presiden Joko Widodo soal satu juta vaksinasi Covid-19 per hari tercapai lebih awal dan jadi harapan untuk melawan pandemi.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, per 26 Juni 2021, vaksinasi dosis pertama telah dilakukan pada lebih dari 27 juta orang dan vaksinasi dosis kedua lebih dari 13 juta orang.

Target vaksinasi satu juta per hari dicapai berkat usaha dari berbagai pihak terutama TNI/Polri, pemerintah daerah, BUMN dan pihak swasta yang turut membantu.

Kemenkes menghapus syarat KTP domisili bagi peserta vaksinasi Covid-19. Ketentuan vaksinasi Covid-19 bebas KTP domisili ini berlaku di seluruh pos pelayanan vaksinasi saat vaksinya tersedia.

Kabar baik berikutnya adalah mereka yang belum memiliki KTP alias anak-anak usia 12-17 tahun juga mendapat izin untuk vaksinasi. Seperti kita ketahui, 1 dari 7 kasus positif Covid-19 di Jakarta adalah kasus pada anak-anak.

Pemberian vaksin Sinovac untuk anak usia 12 tahun telah direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Rekomendasi penggunaan vaksin Sinovac untuk anak usia 12-17 tahun tertuang dalam surat BPOM yang dialamatkan kepada PT Bio Farma.

Surat rekomendasi itu dikeluarkan berdasarkan hasil rapat dengan Komite Nasional Penilai Khusus Vaksin Covid-19 yang diselenggarakan pada 26 Juni 2021.

Dalam surat yang dikeluarkan pada 27 Juni 2021 itu, BPOM menuliskan sejumlah pertimbangan hingga akhirnya vaksin itu dapat digunakan untuk anak usia 12-17 tahun. 

Presiden Jokowi bersyukur atas izin penggunaan darurat atau emergency use authorization untuk vaksin Sinovac bagi anak usia 12 sampai 17 tahun. Ia minta agar vaksinasi anak-anak usia 12-17 tahun segera dimulai.

Bersamaan dengan itu, Presiden juga minta upaya pencapaian terget angka 1 juta suntikan vaksin per hari konsisten terjadi mulai Juli 2021.

Bersama upaya-upaya baik di tengah situasi yang tidak mudah ini, sediakan dirimu dan ajak orang-orang di sekitarmu untuk vaksin.

Segera. Jangan ditunda-tunda saat siap dan vaksinya tersedia.

Salam upaya,

Wisnu Nugroho

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi